wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA–Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh pihak. Terlebih pada era Industri, perusahaan dianggap bertanggung jawab besar karena mereka sangat membutuhkan SDM yang berkualitas. Inilah yang menjadi pemikiran sistem hari ini, yakni menyerahkan perihal pendidikan kepada swasta.
Misalkan saja penyelarasan pembelajaran berbasis dunia kerja diterapkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Pontianak. Tujuannya dalam rangka mewujudkan sekolah pusat keunggulan yang antara lain bersinergi dengan industri. Para guru sekolah itu menjadi peserta lokakarya untuk selanjutnya berperan penting dalam melahirkan lulusan yang siap dan relevan dengan tuntutan dunia industri. Para lulusan sekolah itu diharapkan menjadi tenaga kerja yang kompeten dan berkontribusi positif bagi kemajuan dunia kerja.
Kepala SMK Negeri 8 Pontianak Mulyo mengatakan bahwa bentuk langkah nyata dan sinergi tersebut seperti menghadirkan workshop (lokakarya) penyelarasan pembelajaran berbasis dunia kerja dengan menghadirkan para pihak di antaranya Ketua Pusat Pembinaan Pelatihan dan Sertifikasi Mandiri (P3SM) Kalbar. (https://kalbar.genpi.com 22/08/2023)
Sistem ekonomi kapitalisme pun menjadikan pemerintahan tunduk pada korporasi. Ini karena pemilik modal sistem demokrasi memang mampu menyetir para politisi. Akhirnya, kebijakan pemerintah selalu saja pada pengusaha. Lihat saja UU Omnibus Law dan UU lainnya, kian hari makin terlihat keberpihakannya pada mereka.
Tidak heran jika seluruh urusan umat malah diserahkan pada swasta. Ini karena pemerintah hanya berperan sebagai regulator yang siap mengamankan aset swasta. Saking berkelindannya para pengusaha dan penguasa di negeri ini, rakyat sampai sulit membedakan mana pemimpin perusahaan dan mana pemimpin rakyatnya. Semuanya bekerja hanya untuk kepentingan sendiri, bukan untuk rakyat banyak.
Begitu pun dengan pendidikan vokasi, link and match dunia pendidikan dan dunia industri yang tengah dideraskan pemerintah sejatinya hanya untuk mengakomodasi keinginan korporasi untuk memiliki SDM murah, tetapi berkualitas. Kualitasnya pun sesuai dengan kebutuhan perusahaan, bukan negara. Artinya, dalam tata kelola sistem ekonomi kapitalisme, seluruh kendali ada di tangan korporasi, mulai dari arah politik hingga pendidikan.
Potensi pemuda sungguh tengah dikerdilkan sistem sekarang. Padahal, pemuda adalah sosok yang mampu mengembalikan peradaban mulia, yaitu Islam. Dengan kekuatan akalnya, pemuda mampu melahirkan berbagai terobosan untuk menyelamatkan umat manusia. Kekuatan mata dan hatinya akan melahirkan kepekaan terhadap persoalan yang tengah menimpa umat.
Pendidikan dalam Islam akan mampu menjadikan pemuda sebagai garda terdepan dalam seluruh persoalan karena berbasiskan akidah Islam, bukan berbasis link and match dengan industri. Mereka akan terus dididik agar mampu memahami hakikat penciptaan, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala. Terbentuklah kepribadian Islam yang kuat dan kukuh dalam diri para pemuda.
Mereka pun dipahamkan bahwa yang membimbing umat manusia adalah Al-Qur’an, sedangkan konsekuensi atas keimanannya pada Sang Pencipta adalah terikat seluruhnya dengan aturan Allah Ta’ala. Jadilah mereka itu pemuda taat syariat, bukan “budak korporat”.
Dalam hidupnya, mereka akan terus berambisi untuk menolong umat, bukan memperkaya diri sendiri. Mereka akan mampu melihat bahwa kesengsaraan umat saat ini adalah akibat dunia tidak menerapkan syariat, termasuk dalam kehidupan bernegara. Dengan begitu, dalam kesehariannya, para pemuda akan terus berjuang mengembalikan kehidupan Islam agar seluruh persoalan umat dapat terselesaikan.
Nunung J.
Mempawah-Kalbar
Views: 8
Comment here