Oleh: Lely Novitasari
(Aktivis Generasi Peradaban Islam)
wacana-edukasi.com– Siapa tak kenal Amerika, negara besar yang dikenal maju dan berpengaruh di dunia saat ini. Dengan sistem kapitalisme yang menjadi ruh ekonominya, namun siapa sangka inflasi pun kini terus berulang melanda sang polisi dunia. Bahkan kini Amerika mencatatkan rekor inflasi tertingginya dalam empat dekade pada Juli 2022. Secara agresif Federal Reserve mengambil sikap bertekad untuk menaikkan suku bunga walau memiliki resiko menjungkirbalikkan ekspansi ekonomi Amerika. (Sumber: Merdeka.com)
Apa sebab dibalik terjadinya inflasi Amerika? Dilansir dari media bisnis. com, Kepala ekonom di Comerica Bank Bill Adams mengatakan inflasi ini diduga dipicu oleh perang Rusia vs Ukraina yang terjadi sejak akhir Februari 2022.
Negara Rusia yang tercatat sebagai peringkat ke- 2 setelah Arab Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar di dunia niscaya memiliki pengaruh besar dalam pergerakan harga minyak bumi. Sanksi yang diberlakukan secara resmi pada Rusia oleh Amerika Serikat sebagai tambahan tanggapan atas konflik geopolitik yang terjadi kemungkinan akan mendorong lagi harga minyak dunia. Melansir Kompas.com pada 2019 sebanyak 48 negara membeli minyak mentah Rusia senilai 123 miliar dollar AS. Amerika Serikat sendiri mengkonsumsi sekitar seperlima dari konsumsi minyak harian dunia. Dengan asumsi jika produk rumah tangga, termasuk plastik, deterjen dan pakaian yang berasal dari sumber daya tak terbarukan yaitu minyak mentah ini maka tentu akan terpengaruh keberadaannya serta harganya.
Demikianlah inflasi tak kan bisa terhindarkan dan ini akan berefek domino pada harga gas hingga harga pangan di Amerika Serikat yang mulai merangkak naik. Hal ini pun membuat ribuan keluarga berbondong- bondong mengantri makanan bantuan di berbagai organinasi bank makanan. Melansir dari CNN Indonesia, Juru bicara Bank Makanan St. Mary, Jerry Brown, mengatakan lebih dari 900 keluarga rela mengantri berbaris di berbagai cabang organisasi mereka setiap hari. Bahkan banyak dari keluarga yang mengantri ini, sebenarnya tak pernah mencari bantuan pangan sebelumnya.
Bila Amerika saja bisa dilanda inflasi, apa kabar Indonesia yang dikenal sebagai negara berkembang? Berdasarkan standar garis kemiskinan pada Maret 2022 sebesar Rp.505.469, tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak 26,16 juta orang termasuk dalam kategori penduduk miskin. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Suhajar Diantoro mengungkapkan sebanyak 135.345 warga Ibu Kota yang tergolong sebagai penduduk dengan kemiskinan ekstrem dan perlu perhatian serius. (Sumber: Tempo.com). Apakah standar garis kemiskinan ini sudah layak mencukupi kebutuhan hidup?
Kembali melihat kondisi Amerika Serikat, kendati inflasi hari ini mencapai titik tertinggi di Amerika dalam kurun 4 dekade, nampak Amerika masih optimis memperbaiki keadaan dengan sistem kapitalisnya.
Mengutip dari laman resmi BI, inflansi merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Sebab inflasi ada beberapa faktor, diantaranya: adanya peningkatan biaya produksi, bertambahnya uang yang beredar di masyarakat, dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Amerika sendiri mengalami inflasi akibat biaya produksi yang membutuhkan minyak mentah. Dampak inflasi ini dirasakan hampir seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pengusaha karena berkaitan dengan biaya operasional perusahaannya hingga masyarakat menengah ke bawah yang tentunya akan terpengaruh daya belinya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengingat harga-harga pangan dan jasa yang merangkak naik akan membuat masyarakat bersikap mengencangkan ikat pinggang, agar tak besar pasak daripada tiang.
Kekacauan akibat inflasi yang terjadi akhir-akhir ini membuat masyarakat yang tak mampu, berat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, namun kini tak hanya terasa di masyarakat negara berkembang tapi juga di masyarakat negara maju. Semakin nampak kapitalisme gagal membangun kesejahteraan bagi masyarakatnya dan setiap negara penganutnya.
Berulang kali inflasi global terjadi di iklim kapitalisme. Berbagai pemicu inflasi tak mampu dihindari dan berimbas ke berbagai negara yang tak memiliki solusi tuntas.
Islam bukan hanya sekedar agama melainkan sebuah ideologi yang memiliki sistem sendiri yang khas, berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis. Ciri utama yang membedakan sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi Islam memastikan distribusi ekonomi yang adil dan merata hingga dalam lingkup individu. Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang mengukur tingkat kemajuan ekonomi suatu negara berdasarkan GDP yang perhitungannya berdasarkan rata- rata tingkat ekonomi suatu negeri. Yang jelas akan menimbulkan ketimpangan ekonomi. Misalnya, penghasilan seorang multitrilioner dijumlahkan dengan penghasilan penjual kaki lima di pasar lalu di rata-ratakan tentu akan menghasilkan tingkat ekonomi yang luar biasa tinggi.
Sistem permerintahan ekonomi Islam pernah dicontohkan di masa Rasulullah dan generasi setelahnya.
Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, pada masa paceklik dan kelaparan, ia Radhiyallahu ‘anhu hanya makan roti dan minyak hingga kulitnya menghitam. Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”
Dalam riwayat yang lain, mengutip dari buku Sang Legenda Umar bin Khattab karya Yahya bin Yazid al-Hukmi al-Faifi, ketika rakyat sedang dilanda kelaparan, Umar bin Khattab selaku khalifah naik mimbar dengan perut yang keroncongan. Sambil menahan lapar, Umar bin Khattab berpidato di hadapan orang-orang. Dia mengatakan kepada perutnya, “Hai, perut, walau engkau terus meronta-ronta, keroncongan, saya tetap tidak akan menyumpalmu dengan daging dan mentega sampai umat Muhammad merasa kenyang.”
Berdasarkan beberapa riwayat di atas tergambar bahwa hasil sistem pemerintahan ekonomi Islam akan terbangun sistem ekonomi yang kokoh dan nyata tolak ukurnya. Lain halnya yang kita saksikan berbagai krisis berulang yang terjadi melanda dunia saat ini adalah buah dari cacatnya sistem ekonomi kapitalis. Kemajuan yang mereka raih hanya fatamorgana sangat rapuh dan dapat runtuh kapanpun hanya oleh guncangan yang minim. Maka jangan heran ketika perang terjadi di belahan dunia yang lain efek guncangannya akan terasa hampir ke seluruh dunia. Berbagai kemajuan dan kemakmuran yang mereka raih hakikatnya sangat lemah dan rentan akan perubahan baik secara politik maupun ekonomi. Buktinya kita saksikan pada negara Amerika Serikat, masyarakat yang digolongkan strata menengah hanya dalam waktu sangat singkat menjadi golongan bawah dan harus mengantri sekedar makanan sehari-hari.
Jadi, jika peradaban saat ini ingin selamat dan tidak terus menerus mengalami kerusakan di berbagai lini kehidupan khususnya dalam konteks ekonomi, maka langkah yang harus segera dilakukan adalah mencampakkan jauh-jauh sistem ekonomi buatan akal manusia (kapitalis, sosialis, dan semacamnya), serta memperdalam sistem ekonomi Islam yang berasal dari sang Pencipta kehidupan, Allah Swt. Hanya dengan demikianlah keadilan dan kesejahteraan hakiki akan diraih, tidak hanya untuk umat Islam tapi juga umat manusia secara umum.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum Ayat 41)
Wallahu’alam bishowab.
Views: 28
Comment here