Opini

Kapitalisme, Mematikan Fitrah Keibuan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Dyan Shalihah

wacana-edukasi.com, OPINI-– Beratnya beban hidup di bawah sistem kapitalisme sekuler mematikan fitrah keibuan untuk melindungi anak-anaknya. Sebagaimana terjadi pada seorang ibu di Bangka Belitung tega membunuh bayi yang baru dilahirkannya lantaran merasa tak mampu untuk menghidupinya.

Hal ini semakin mengindikasikan fitrah seorang ibu telah sedemikian rusak akibat dari penerapan sistem kapitalisme sekuler. Adanyak faktor yang melatarbelakangi semakin maraknya tindak kriminal yang dilakukan seorang ibu. Seperti lemahnya ketahanan iman, minimnya pengetahuan ilmu agama menjadikan seseorang jauh dari kata beriman.

Penerapan sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, menyebabkan seseorang tak lagi menggunakan agama sebagai landasan dalam berfikir dan bertindak. Pola pikir yang labil rentan akan stres dan depresi, sehingga mengakibatkan seorang ibu yang harusnya melindungi dan menyayangi buah hati menjadi gelap mata yang berujung menghabisi nyawa.

Tidak berfungsinya keluarga, peranan suami sebagai pencari nafkah kian sulit karena semakin menyempitnya peluang kerja bagi kaum pria. Beratnya beban hidup yang harus ditanggung para orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga memaksa seorang ibu juga berperan sebagai tulang punggung. Dalam sistem sekuler, perempuan menjadi penopang perputaran roda perekonomian. Peran perempuan dalam dunia kerja justru mendominasi, lapangan pekerjaan lebih tertuju pada perempuan daripada pria.
Akhirnya perempuan yang notabene seorang ibu dan istri dipaksa keluar rumah bahkan bertukar peran dengan laki-laki.

Selain itu, lemahnya kepedulian masyarakat, sistem kapitalisme menjadikan manusia berfikir individualis yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Kesibukan masing-masing telah membutakan mata hati sehingga tidak ada lagi rasa peduli sesama. Kurangnya kepedulian di antara sesama semakin menjauhkan rasa untuk ta’awun atau tolong menolong.

Lebih lagi tidak adanya jaminan kesejahteraan negara, lalainya negara dalam memberikan jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya adalah buah diterapkannya sistem kapitalisme yang hanya berpihak pada pemilik modal, serta mengambil kebijakan berdasarkan untung dan rugi serta manfaat.Rakyat seakan menjadi beban bagi negara, padahal seharusnya negara berperan sebagai pelayan serta pelindung bagi umat, sesuai dengan sabda Rasul Saw, ” Imam adalah raa’in (penggembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari)

Islam Memuliakan Wanita

Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak, Islam sangat memuliakan wanita sesuai dengan fitrahnya yaitu sebagai al umm wa rabatul ba’it. Islam tidak mewajibkan wanita untuk bekerja karena kewajiban mencari nafkah adalah tanggung jawab seorang suami seperti yang telah di Sabdakan oleh Baginda Nabi Saw, ” Barang siapa bekerja untuk anak dan istrinya melalui jalan yang halal, bagi mereka pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah.” ( HR Bukhari ).

Jaminan kesejahteraan bagi ibu dan anak bisa melalui berbagai mekanisme, di antaranya :

Jalur nafkah, seorang wanita mutlak menjadi tanggung jawab sang ayah sampai dia menikah. Setelah menikah maka tanggung jawab nafkah berpindah kepada suami. Apabila suami meninggal atau berpisah maka beban nafkah menjadi tanggung jawab ayah, saudara laki laki. Apabila sudah tidak ada lagi keluarga yang menanggung maka negara wajib bertanggung jawab atas kesejahteraanya.

Dukungan masyarakat, Islam mengajarkan kepada kita untuk peduli kepada sesama, saling membantu dan saling meringankan beban saudaranya. Sehingga tidak ada sikap individualis di antara saudara. Nabi bersabda, “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat.” (HR Abu Hurairah Ra)

Santunan negara, di dalam islam negara wajib menjamin penghidupan secara layak bagi rakyatnya. apabila penanggung nafkah bagi seorang wanita dan anak tidak ada maka wajib bagi negara menjamin penghidupan mereka. Karena sesungguh negara adalah pelayan dan pelindung bagi umatnya

Islam Memiliki Sistem Ekonomi Yang Kuat.

Islam memiliki berbagai sumber pendapatan untuk mensejahterakan rakyatnya, Misalnya:

Sumber daya alam, yang tentunya menjadi milik umum maka negara wajib mengelola dengan benar. Pengelolaan sumber daya alam dalam Islam bukan dengan jalan investasi ataupun swastanisasi tetapi negara boleh mempekerjakan orang untuk mengelola dengan imbalan upah, kemudian hasilnya di kembalikan kepada rakyat untuk kesejahteraan rakyat seluas luasnya.

Pengelolaan dana zakat, zakat adalah kewajiban bagi seorang muslim ketika sudah mencapai nishab yang dibayarkan kepada baitul maal dan disalurkan kepada yang berhak.

Ghanimah, yaitu harta yang didapat dari hasil rampasan perang.Kemudian dari fai’, kharaj, jizyah, ‘usyur, dll.Semuanya di kelola oleh Baitul maal untuk kesejahteraan rakyat. Rakyat tidak di pungut pajak kecuali dana di Baitul maal kosong, itupun di ambil hanya dari orang orang kaya saja.

Maka dari situ bisa dilihat betapa Islam mampu menjamin kesejahteraan umat terutama ibu dan anak. Ketika kesejahteraan rakyat khususnya ibu dan anak maka peran seorang ibu akan menjadi maksimal dalam mendidik generasi-generasi calon mujahid.
Tentunya itu hanya bisa diterapkan oleh negara yang berlandaskan ideologi Islam.
Jika sekarang belum ada, maka wajib bagi kita memperjuangkan tegaknya syari’at Islam, di bawah naungan Khilafah Rasyidah.

Allahu a’lam bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here