Opini

Kapitalisme Membunuh Fitrah Keluarga

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Riannisa Riu

wacana-edukasi.com, OPINI– Lagi, fitrah kasih sayang keluarga dan orang tua semakin dipertanyakan. Melansir news.detik.com, Rabu, 11/10/2023 seorang ibu membunuh anak kandungnya di Subang, Jawa Barat. Korban ditemukan tewas di saluran irigasi di Kabupaten Indramayu dengan kondisi luka di kepala dan kedua tangan terikat ke belakang.

Kasus ini terungkap usai penemuan mayat remaja laki-laki di saluran irigasi Blok Sukajati, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu pada hari Rabu (4/10/2023).

Kapolres Indramayu, AKBP M Fahri Siregar menjelaskan bahwa sekitar pukul 09.00 WIB, korban ditemukan oleh warga yang sedang mencari ikan. Setelah dilakukan olah tempat kejadian perkara, petugas menemukan sejumlah luka di tubuh korban dan kedua tangannya terikat ke belakang.

Polisi menyebut korban adalah remaja laki-laki berinisial MR (13). Korban mengenakan baju berwarna hijau bergaris kuning. Berdasarkan informasi, petugas akhirnya menemukan kediaman terduga pelaku yang berada di Desa Parigi Mulya Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang.

Berdasarkan penyelidikan polisi, ternyata MR dianiaya sebelum meninggal. Awalnya MR pulang ke rumah sekitar pukul 22.00 lewat atap rumahnya. Kakek korban, Warim (70) memergoki aksi cucunya tersebut dan mencoba menegur. Namun, korban tidak terima dan memukul Warim.

Setelah itu, Warim memukul MR dengan menggunakan gergaji. Warim pun berteriak dan memanggil Nurhani (43) ibu MR. Nurhani dan Suganda (24) paman MR datang.

Nurhani menyuruh Suganda untuk mengikat MR. Setelah diikat korban dibawa ke area dapur dan kamar. Kemudian, Nurhani meminjam sepeda motor tetangganya untuk mengantarkan MR ke rumah mantan suaminya alias ayah MR di Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu.

Nurhani pun pergi dan menaruh MR di bagian jok depan sekitar pukul 02.00 WIB. Di tengah perjalanan, Nurhani ketakutan jika mantan suaminya marah dengan kondisi MR yang penuh luka. Akhirnya terbesit di pikirannya untuk membuang korban ke aliran irigasi di Desa Bugis.

Polisi menyebutkan bahwa saat dibuang ke irigasi, MR masih dalam kondisi hidup. Sepanjang perjalanan, Nurhani kerap mendengar rintihan MR.

Kepala Dusun Parigi 2, Karnoto mengatakan bahwa sosok MR dikenal memiliki kebiasaan buruk. Korban sudah beberapa kali mengambil barang-barang berharga milik warga sekitar di Dusun Parigi 2.

Kematian sosok MR yang masih berusia 13 tahun tentunya merupakan peristiwa naas yang amat memilukan. Zaman sekarang, sering sekali mendengar kasus seperti ini. Ibu bunuh anak, anak bunuh ayah, Ayah bunuh ibu, dan seterusnya. Kasus MR ini lebih parah karena satu keluarga justru terlibat dalam penganiayaan anak. Astaghfirullah.

Bagaimana semua hal ini bisa terjadi? Bukankah keluarga seharusnya justru menjadi penyokong dan pelindung utama bagi anak? Apalagi si anak masih berusia tiga belas tahun yang justru sangat membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tua dan keluarga.

Faktor penyebab pertama dari semua peristiwa ini adalah tidak adanya iman dalam diri orang tua maupun semua orang di keluarga tersebut. Ketika Ibu atau Ayah memiliki iman dan rasa takut kepada Allah Taala, maka seharusnya Ibu atau Ayah tersebut tidak akan melakukan penganiayaan kepada anak, apalagi anak kandungnya sendiri.

Kalaupun si Ibu atau Ayah tersebut dalam keadaan khilaf, misalnya diliputi amarah yang luar biasa, ia tetap tidak akan sampai membunuh, karena sejatinya manusia memiliki rasa takut, dan rasa takut ini akan membimbingnya untuk menjauhi pembunuhan. Apalagi yang akan disakitinya itu adalah anaknya sendiri. Meskipun ia tidak takut pada Allah, pasti minimal akan terlintas dalam pikirannya takut dipenjara atau takut berurusan dengan polisi.

Namun, berbeda jika sang Ibu atau Ayah ini beranggapan bahwa penganiayaan atau pembunuhan merupakan sebuah solusi bagi masalah yang sedang mereka hadapi. Misalnya mereka terbiasa untuk memukul atau menyiksa anak, karena setelah dipukul atau disiksa, si anak jadi lebih pendiam dan penurut. Ketika sudah terbiasa untuk menganiaya, Ibu atau Ayah akan menganggap penganiayaan ini adalah solusi, dan merasa bisa mengontrol anak dengan cara menganiayanya.

Oleh karena itu, inilah urgensinya memiliki iman dalam diri Ibu atau Ayah. Sebab jika mereka memiliki iman dan rasa takut kepada Allah, niscaya tidak akan pernah mereka berani menganggap penganiayaan apalagi pembunuhan sebagai solusi. Mereka akan sadar bahwa penganiayaan apalagi terhadap anak kandung adalah dosa besar, sebab anak itu adalah titipan dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.

Faktor kedua, tidak adanya kepedulian dari masyarakat sekitar. Betapa mahalnya kepedulian dari masyarakat di zaman sekarang ini. Banyak orang yang terkena musibah, tabrakan, kecelakaan atau jatuh di pinggir jalan tapi hanya sedikit yang bersedia menolong atau sekadar menawarkan bantuan. Malah lebih banyak yang beraksi dengan kamera ponselnya untuk mengabadikan ‘kecelakaan’ yang mungkin baru pertama kali mereka lihat secara langsung. Astaghfirullah.

Individu yang tak memiliki iman kepada Allah secara otomatis akan membentuk masyarakat yang tidak punya kepedulian pada sekitarnya. Warga Dusun Parigi 2 jelas-jelas mengetahui bahwa MR memiliki kebiasaan buruk suka mencuri. Tetapi adakah warga yang peduli dan bertanya apa alasan MR mencuri dan berkelakuan buruk? Adakah warga yang bersedia datang dan memberikan bantuan materil atau moril kepada keluarga MR ketika mengetahui buruknya kondisi keluarga tersebut? Atau adakah yang bersedia berbaik hati menawarkan pekerjaan kepada keluarga MR agar anak tersebut memiliki pekerjaan dan tidak lagi mencuri?

Sesungguhnya sesama muslim adalah saudara, dan persaudaraan muslimin itu layaknya satu tubuh. Ketika satu bagian tubuh mengalami rasa sakit maka yang lain pun akan merasakannya. Namun hari ini, persaudaraan muslim itu bagaikan kabut yang lenyap perlahan di bawah cahaya matahari.

Faktor ketiga dan yang terburuk adalah tidak adanya peran negara dalam pengurusan masyarakat saat ini. Inilah permasalahan terbesar yang membuat seluruh bagian kehidupan masyarakat hari ini ambruk dan hancur. Peran negara sesungguhnya sangat vital bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan generasi muda.

Namun sayangnya, hari ini negara kita masih dengan bahagianya memeluk sistem kapitalisme sekuler yang amat sadis. Masih dengan semangat 45 menjunjung tinggi demokrasi dan memujanya setinggi langit. Padahal kondisi rakyat sudah babak belur. Tetapi masih saja terbuai dengan sistem kapitalisme sekuler yang keji.

Kapitalisme sekuler telah melepaskan pengurusan negara pada masyarakat. Sistem ini menganjurkan pemerintah hanya sebagai regulator penghubung semata antara pengusaha elit global dengan masyarakat umum. Padahal dalam Islam, sejatinya pemerintah adalah pengurus rakyat yang memiliki kewajiban atas seluruh masyarakat.

Sistem kapitalisme ini memiliki prinsip ‘tidak ada yang gratis di dunia ini’. Dengan kata lain, segalanya harus membayar. Maka sistem ini mewajibkan masyarakat untuk bekerja dan membayar untuk segala hal, mulai dari pendidikan anak, kesehatan, biaya hidup, rumah tangga, pajak, sumber daya alam seperti listrik dan air, dsb. Inilah penyebab bencana yang sesungguhnya.

Bagaimana masyarakat bisa mempedulikan orang lain ketika mereka harus menyelamatkan diri mereka sendiri dari kemiskinan struktural yang terjadi saat ini? Seluruh masyarakat mengalami kesulitan ekonomi secara umum. Ditambah lagi, kekejian kapitalisme tidak berakhir sampai di situ saja.

Pemikiran kapitalisme yakni prinsip azas manfaat ini ditanamkan ke seluruh sekolah-sekolah dan pusat pendidikan. Moderasi agama dilancarkan dengan begitu gencar. Semua ini dilakukan untuk mengikis habis iman dan islam yang masih tersisa dalam dada masyarakat. Agar masyarakat tidak lagi beriman, tidak lagi takut kepada Allah, dan sepenuhnya memisahkan diri dari agama dalam setiap aspek kehidupan.

Maka tidak heran jika banyak orang tua yang sibuk mencari uang tapi tidak peduli pendidikan anak. Tidak mengherankan jika banyak anak yang terlantar pendidikan moralnya dan semakin lama semakin individualis. Tidak mengherankan jika bunuh diri dan pembunuhan menjadi salah satu solusi yang paling digemari. Sebab iman di dada sudah nyaris tak ada lagi.

Sistem Islam sepenuhnya mewajibkan negara menjaga keimanan setiap masyarakat dan individu dengan memperketat ibadah, menjaga tidak terjadi hal-hal yang haram, dan mengadili segala sesuatu dengan menggunakan hukum Allah. Tayangan dan konten yang tidak bermanfaat dan berasal dari sesuatu yang haram pun tidak akan diizinkan. Begitu pula negara Islam wajib memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya. Seluruh warga harus mendapat pekerjaan, pendidikan gratis dan kesehatan gratis, sedangkan anak yatim dan terlantar akan mendapatkan pembiayaan dari baitul mal untuk segala kebutuhannya.

Seluruh metode sistem Islam amat berbeda dengan sistem kapitalisme, sebab Islam mengupayakan yang terbaik untuk seluruh umat. Karena sistem ini adalah sistem yang berasal langsung dari Allah Taala sang Pencipta manusia. Sehingga, kasus penganiayaan seperti kasus MR di atas tidak akan terjadi, sebab penganiayaan akan dianggap sebagai dosa besar dan diadili dengan seadil-adilnya.

Jika Ibu, paman dan kakek MR menganiayanya karena masalah ekonomi, maka insyaAllah permasalahan ekonomi tersebut akan dituntaskan oleh sistem Islam yang meriayah seluruh umat. Sehingga penganiayaan tersebut tidak akan terjadi. Sistem islam pun insyaAllah akan mampu memperkuat tatanan keimanan dalam diri setiap individu muslim kepada Allah, sehingga tidak akan ada yang berpikir bahwa penganiayaan adalah sebuah solusi. Apalagi sampai melakukan pembunuhan atau bunuh diri. Wallahu’alam bisshawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 14

Comment here