wacana-edukasi.com– Menyedihkan, kisah pilu lagi-lagi muncul dari ranah keluarga. Baru-baru ini publik dibuat geger dengan tindakan seorang anak yang menitipkan orang tuanya ke panti jompo dengan alasan tak mampu mengurusinya. Dilansir dari viva.co.id, seorang ibu berusia 65 tahun asal Magelang (Jawa Tengah) harus menelan nasib pahit di usia tua untuk tinggal di panti jompo. Dalam wawancara dengan tvOne, alasan beliau dititipkan ke panti jompo adalah karena anak-anaknya tak mampu membiayainya (31/10).
Tak hanya itu, kasus serupa banyak terjadi di negeri ini bahkan terjadi pula di banyak negara di dunia ini. Salah satunya di Malaysia, kisah pilu lansia dibuang di jalan oleh putrinya membuat hati ini tercabik-cabik, kronologisnya cukup mengiris hati. Dikutip dari Tribunnews.com, seorang ibu berusia 80 tahun, diturunkan dari mobil anaknya untuk membeli barang ke sebuah toko, lalu anaknya pergi dan tak kunjung kembali (21/10).
Miris! Kondisi ini sangat menyedihkan. Ada apa dengan pribadi yang mulai tak tahu diri pada orang tua sendiri? Ke manakah letak hati nurani seorang insan sejati? Dan mengapa kasus ini bisa terjadi di berbagai negeri? Jika kita telusuri, hal ini sangatlah sistematis. Perlu keseriusan solusi yang sistematis pula.
Sebagai seorang anak, sudah menjadi kewajiban mutlak untuk berbakti kepada kedua orang tua. Jerih payah orang tua dalam mengurus, mendidik, dan membesarkan kita merupakan jasa yang paling berharga di dunia. Bahkan, sampai kapan pun kita tak akan bisa membalasnya. Berbuat baik sepanjang masa dan memberikan pelayanan terbaik untuk orang tua adalah perbuatan mulia. Bahkan, mencederai dengan kata “ah” pun dilarang oleh Allah Swt. Inilah pentingnya birrul walidain (menghormati orang tua).
Kewajiban ini sudah Allah perintahkan dalam QS. Al-Isra ayat 23 yang artinya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Namun, fakta tadi telah mencederai kewajiban birrul walidain yang diperintahkan langsung oleh Allah Swt. Ekonomi menjadi salah satu alasan yang membuat mereka tega membuang, membiarkan, dan tak peduli kepada kedua orang tua.
Dalam Islam, ketakwaan individu haruslah dimiliki setiap manusia, sehingga tuntas dengan dirinya sendiri dan tak akan berani melakukan hal yang dilarang Allah karena menyadari bahwa hidup haruslah berdasarkan aturan Allah Swt. Begitupun ketika Khilafah Islam tegak, masyarakat akan di riayah (diurusi) urusannya oleh syariat Islam.
Kesenjangan ekonomi yang terjadi hari ini akibat penerapan konsep batil kapitalis, tidak akan terjadi di dalam Khilafah. Sebab, syariat Islam akan mengatur pengelolaan sumber daya alam untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyat. Sehingga konsep kaya makin kaya, miskin makin miskin bisa ditebang. Bukan seperti sekarang, SDA di privatisasi oleh segelintir orang, bahkan dilelang pada asing pendatang.
Negara yang menerapkan syariat Islam akan menjamin kesejahteraan rakyat, karena di sana hanya ada aturan Allah yang ditegakkan. Bukankah ini yang kita butuhkan? Sebaik-baik sistem yang mengurusi kehidupan hanya akan tercipta dengan Khilafah. Sehingga akan tercipta insan mulia yang akan menjunjung birrul walidain, bukan mencederainya.
Dinda Pramesti Utami
Cianjur
Views: 13
Comment here