Surat Pembaca

Kapitalisme, Menghilangkan Peran Ibu

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Moni Mutia Liza, S.Pd / Pegiat Literasi Islam

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Menjadi ibu dan menjalankan perannya yang mulia begitu sulit di abad 21 ini. hal ini ditandai dengan berbagai fenomena tragis lagi menyanyat hati. Bagaimana mungkin seorang ibu tega membuang anaknya, membunuh darah dagingnya, bahkan menelantarkannya. Sebagaimana yang terjadi di Kabupaten Belitung, seorang ibu membunuh bayinya yang baru ia lahirkan dengan cara memasukkan bayi ke dalam ember yang berisikan air,(kumparannews.com/24/01/2024). Bahkan kasus yang sama juga terjadi di Padukuhan Tambakrejo, Kelurahan Semanu yaitu seorang ibu membunuh anak bayinya yang baru ia lahirkan dengan cara membekap mulutnya dan membungkusnya di dalam handuk lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik, (Kompas.com/07/11/2023).

Bukankah tindakan tersebut menunjukkan kepada kita bahwa telah hilangnya hati nurani seorang ibu? Bagaimana bisa, seorang ibu yang melekat padanya fitrah kasih sayang, kelembutan, kesabaran, perhatian, menjadi begitu bringas lagi menakutkan? Apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu di jaman yang serba canggih ini?.

Peristiwa yang memilukan ini bukan terjadi sekali atau dua kali, bahkan sudah puluhan atau ratusan kasus serupa yang terjadi di negeri ini. Terasa mustahil namun itulah faktanya. Berdasarkan wawancara dengan pelaku ternyata diperoleh bahwa faktor ekonomi menyebabkan seorang ibu kehilangan kewarasannya. Peran ibu yang harusnya dilakukan tergadai dengan mencari uang untuk kebutuhan keluarga. Apakah uang yang mereka peroleh berjumlah besar dan mencukupi kebutuhan keluarga?, nyatanya tidak, justru ibu mendapatkan kelelahan ekstra dari fisik dan terganggunya mental. Pasalnya ibu harus berperan ganda sebagai pekerja sekaligus mengurus keluarga.

Lantas bagaimana dengan ibu yang memilih kerja dengan penghasilan besar, apakah mereka memiliki mental yang baik? Nyatanya juga sama. Fisik dan pikirannya lelah begitu pula mental yang tidak stabil.
Faktor ekonomi yang sulit memang menjadi salah satu penunjang ketidak-kewarasan seorang ibu. Namun perlu kita pahami bahwa miskinnya kehidupan saat ini bukan terjadi karena malasnya masyarakat khususnya laki-laki dalam bekerja, melainkan karena sempitnya lapangan pekerjaan, serta penguasaan asing atas sumber kekayaan alam rakyat, baik berupa tambang, hutan, laut, pulau dan sebagainya.

Seharusnya, negara mengelola SDA yang ada, boleh dengan bantuan swasta namun kendali penuh tetap ada pada negara, dengan demikian negara mampu membuka lowongan pekerjaan untuk rakyatnya secara besar-besaran, tentunya dengan upah yang besar pula. Sedangkan keuntungan dari hasil kekayaan alam bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, misal dengan memberikan fasilitas pendidikan, kesehatan yang berkualitas secara gratis kepada masyarakat. Memberikan pelatihan dan bantuan untuk menumbuhkan sektor pertanian, perdagangan hingga nelayan.

Jika negara sudah memaksimalkan upayanya dalam mengurusi masyarakat, niscahaya ibu tidak perlu menjadi pekerja, dia hanya cukup mengurusi anaknya, menambah wawasan ilmu untuk dirinya baik perkara mendidik anak dengan karakter mulia, dan ilmu yang bermanfaat lainnya. Dengan demikian fitrah ibu tidak tergugat. Kewarasan ibu akan tetap terjaga, bahkan rahmat Allah akan senantiasa turun dalam setiap keluarga.

Namun, alangkah sayangnya, sistem kapitalisme justru membuat para ibu merontokkan fitrahnya sendiri. Menjadi kasar, kejam, sadis bahkan berhati iblis. Mengapa demikian? Karena dalam sistem ini tidak ada yang namanya makan gratis, semua harus bekerja, baik muda, tua, wanita dan pria semua sama levelnya. Keegoisan sistem ini ternyata membawa kehancuran bagi keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi bibit awal membentuk generasi yang berkualitas tinggi lagi berakhlak mulia justru menjadi keluarga yang berantakan, semua ini bukan semata-mata salah kita, melainkan sistem kapitalisme menciptakan keluarga yang rapuh dan lemah iman.

Hanya sistem Islam saja yang mampu memberikan konsep sempurna mulai dari pembentukan keluarga yang harmonis, generasi yang berperadaban mulia, hingga sistem pengaturan dalam negeri dan luar negeri yang begitu komplek lagi kokoh. Sistem Islam membentuk keluarga yang kuat iman hingga negara yang mandiri tanpa mudah dipengaruhi oleh kebijakan asing/aseng sebagaimana sistem di negeri kita saat ini yang mengadopsi sistem sekuler-kapitalisme. Negeri yang begitu lemah dan tidak berdaya dengan berbagai kebijakan asing/aseng yang justru memiskinkan dan menyengsarakan rakyat. Wallahu’alam biashawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here