Oleh Ummu Ahtar (Anggota Komunitas Setajam Pena)
wacana-edukasi.com, OPINI– Buntut kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak penjabat telah membuka banyak keburukan. Termasuk kehidupan mewah para pegawai. Pada awalnya terungkap harta kekayaan penjabat pajak Rafael Alum Trisambodo mencapai 56,1 miliyar. Kemudian beredar luas beberapa unggahan Ditjen pajak maupun para pegawai Ditjen pajak yang mengendarai motor gede atau motor moge. Bahkan para PNS Ditgen pajak penyuka motor termasuk moge memiliki komunitas tersendiri bernama Belasting Rijger. Komunitas ini berada di sejumlah dearah. (money.kompas.com, 26/2/2023)
Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Keuangan, Sri Mulyani memerintahkan agar komunitas tersebut dibubarkan. Karena bisa menimbulkan presepsi negatif masyarakat dan menimbulkan kecurigaan mengenai sumber kekayaan para pegawai DJP. Hal ini tentu saja menciderai kepercayaan masyarakat. Perintah tersebut disampaikan oleh Menko melalui akun Instagram resmi pribadinya @smindrawati pada Minggu, 26 Februari 2023. (cnbcindonesia.com, 26/2/2023)
Pada hari yang sama beberapa akun Instagram Bilasting Rijder diketahui sudah menghapus semua unggahannya. Termasuk salah satunya yang memposting Dirjen pajak yang telah mengendarai mobil. Sementara akun Bilasting Rijder di salah satu propinsi diprivat sehingga tidak bisa lagi diakses oleh umum. Namun sebelum beberapa akun maupun postingan lenyap, foto-foto Dirjen pajak maupun sunmori pegawai DJP sudah keburu beredar luas di dunia maya. Tidak hanya akun dan postingan di komunitas Bilasting Rijder dihapus. Ibu MDS yakni IM diduga juga melakukan hal serupa postingan barang branded, gaya hidup mewah, langsung tidak ditemukan di postingan Instragram miliknya.Bahkan akun tersebut kini terkunci. (ayobandung.com, 26/2/2023)
Penghitungan informasi bebas diakses juga pernah terjadi sebelumnya. Dilansir dari newsindonesia.com pada 7 Desember 2020. Pada hari pertama terbit majalah Tempo edisi terbaru. Langsung ada pihak misterius yang melakukan aksi borong habis majalah tersebut. Diduga informasi bagian investigatif report yang diusung sebagai headline tempo terbaru itu, dengan judul rekening gendut Perwira Polisi membuat sebagian pihak dirugikan.
Pejabat Lempar Batu Sembunyi Tangan
Bukan hal yang aneh, jika ada kasus yang merugikan pejabat atau orang yang memiliki kepentingan jejak digital mereka mudah dibersihkan. Jejak digital memang mudah digunakan sebagai bukti adanya kejahatan maupun kecurangan yang mereka lakukan. Padahal untuk menghilangkan jejak digital yang dibuat oleh pihak lain atau media tentu tidak mudah. Bahkan membutuhkan biaya tidak sedikit. Jelas sekali jika ada pihak yang mampu menempuh langkah ini, tentu pihak tersebut memiliki kekuasaan atau modal besar. Mereka melakukan hal ini untuk melepaskan diri dari jeratan hukum atau menghilangkan bukti. Sungguh lempar batu sembunyi tangan, mereka yang sejatinya hidup karena uang rakyat. Kembali berfoya hidup mewah di bawah rakyat jelata.
Inilah wajah sistem Kapitalisme. Sebuah sistem yang lahir dari akidah Sekularisme yakni akidah yang memisahkan agama dari kehidupan. Orientasi hidup manusia yang hidup dalam sistem ini, termasuk para pemimpinnya adalah bagaimana bagi mereka bisa menjaga eksistensi kekuasaannya. Apapun mereka lakukan agar bisa selamat di dunia. Padahal sejatinya kekuasaan yang mereka miliki dan pelanggaran hukum yang mereka perbuat akan mendapatkan sanksi kelak di akhirat.
Islam Kaffah sebagai Penyelamat Umat
Dalam sistem Kapitalisme wajar jika umat memiliki pemimpin yang khianat dan memiliki gemar hidup mewah. Pada dasarnya tidak sulit memiliki pemimpin yang amanah asalkan sistem kehidupan yang diterapkan itu shahih. Satu-satunya sistem kehidupan yang shohih adalah sistem Islam.
Islam menjadikan keimanan kepada Allah sebagai benteng penjaga ketaatan manusia, baik pemimpin maupun rakyat biasa. Keimanan ini mampu menghindarkan diri dari perilaku curang atau jahat. Karenanya, ketika manusia hidup sistem Islam dalam naungan daulah Khilafah seluruh masyarakat akan dilingkupi oleh suasana keimanan, termasuk para pejabatnya. Para pejabat Khilafah memahami kekuasaan yang mereka pegang adalah amanah untuk menjalankan hukum syariat Islam agar masyarakat terurus dengan baik.
Mereka juga sadar, tanggung jawab mereka bukan hanya di dunia namun juga di akhirat. Untuk amanah yang besar dan berat ini, seorang mujtahid yang bernama Syeikh Taqiyuddin an Nabhani dalam kitabnya as syaksiyah juz 2 halaman 95 memberi tiga indikator kriteria penting yang harus dimiliki seorang penjabat. Yaitu, al-quwwah (kekuatan), at-taqwa (ketaatan), al-rifq bi ar-ra’iyyah (lembut terhadap rakyat) dan tidak menyakiti hati.
Pertama, al-quwwah (kekuatan) yang dimaksud disini adalah kekuatan ‘aqliyah dan nafsiyah. Seorang pemimpin harus memiliki aqliyah yang memadai. Serta pola sikap ysng baik, yakni sabar tidak emosional dan tidak tergesa-gesa. Kekuatan ini akan menjadikan pemimpin mampu memutuskan kebijakan yang tepat dan sesuai syariat, melahirkan kebijakan yang cerdas strategis serta bijaksana. Sehingga keputusan tersebut mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan rakyatnya.
Kedua, at-taqwa (ketakwaan) menjadikan pemimpin selalu berhati-hati menjalankan amanahnya. Dia tidak akan mudah melakukan penggelapan uang, korupsi, dan maksiat lainnya hanya demi gaya hidup mewah. Bahkan jika ada indikasi ke arah itu, Khalifah akan menindak sendiri penjabatnya. Hal ini pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Beliau pernah menyuruh Mujasyi’ bin Mas’ud membuang gorden rumah ketika ada laporan bahwa istrinya memperbarui rumahnya. Hal tersebut ia lakukan agar penjabat tidak terlena dengan kehidupan mewah.
Ketiga, ar-rifq bi ar-raiyyah (lembut terhadap rakyat). Lembut terhadap rakyat akan menjadikan pemimpin itu dicintai dan tidak ditakuti oleh rakyatnya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Aisyah ra berkata,”Saya mendengar Rasulullah Saw berdoa di rumah ini,”Ya Allah, siapa saja yang diserai kekuasaan untuk mengurusi urusan umatku, kemudian ia membebaninya, maka bebanilah dirinya. Siapa saya yang diserai kekuasaan untuk mengurus urusan umatku, kemudian ia berlaku lemah lembut, maka lembutlah kepada dirinya.” (HR.Muslim)
Seperti inilah cara Khilafah menentukan kualitas para pejabatnya. Maka tidak heran jika selama Khilafah berdiri selama 13 abad, umat senantiasa dipimpin oleh orang-orang yang hanif. Sehingga, “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)? (Al Maidah 50)
Wallahu alam bisshawab.
Views: 12
Comment here