Opini

Kaum Ibu dalam Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis: Devy Rikasari

wacana-edukasi.com, OPINI– Setiap tanggal 22 Desember, kita memperingati Hari Ibu. Namun, esensi dari peringatan tersebut terkesan hanya seremonial belaka. Kaum ibu masih sama kondisinya dari tahun ke tahun. Semakin masuk dalam pusaran arus kapitalisme.

Hal ini tampak pada pernyataan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga. Ia mengharapkan agar peringatan Hari Ibu dapat menjadi momentum untuk mendorong semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas agar memberikan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan. (antaranews.com, 14/11/2023)

Peran kaum ibu dalam pembangunan sejalan dengan target SDGs (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang digagas oleh PBB. Program ini disusun dalam rangka mengatasi kemiskinan global. Salah satu tujuan program ini adalah mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Peran pemberdayaan perempuan diantaranya tampak dalam upaya memberi kesempatan seluas-luasnya kepada kaum ibu untuk bekerja maupun berusaha meningkatkan taraf ekonominya. Harapannya, kesejahteraan kaum perempuan akan terangkat.

Pertanyaannya, benarkah kemiskinan kaum perempuan disebabkan oleh ketidaksetaraan gender dalam hal ekonomi? Dan apakah kesetaraan gender serta pemberdayaan ekonomi perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan?

Nyatanya, kemiskinan baik secara global maupun lokal di Indonesia terjadi tidak hanya menimpa kaum perempuan. Buktinya, Indonesia dengan beragam kekayaan alamnya (cadangan emasnya saja mencapai 300 juta ton) tidak berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Menurut Bank Dunia, sekitar 40% rakyat Indonesia hidup miskin. Karena itu, kemiskinan di negeri ini bukan karena kesenjangan gender, melainkan karena kapitalisasi sumber daya alam. Sumber daya alam yang melimpah dikuasai dan dikelola oleh korporat asing, walhasil negeri ini hanya mendapat remah-remahnya saja.

Adapun program pemberdayaan ekonomi perempuan yang digadang-gadang dapat meningkatkan kesejahteraan perempuan justru membuat kaum perempuan, khususnya kaum ibu kian terjebak pada pusaran kapitalisme. Berbagai persoalan muncul, diantaranya maraknya angka gugat cerai istri terhadap suami, perselingkuhan istri dengan rekan kerja, anak yang broken home hingga akhirnya membuat ulah, dan lain-lain.

Padahal, sebagai muslim tinggal menengok saja kepada Islam. Islam sebagai agama yang paripurna memiliki sejumlah aturan yang mampu memberi solusi atas segala permasalahan hidup kita.

Di dalam Islam, kedudukan laki-laki dan perempuan itu sama. Sama-sama mulia dan memiliki kewajiban yang sama untuk beribadah dan meninggikan agama-Nya. Bahkan Allah SWT menjadikan laki-laki sebagai partner perempuan dalam menjalankan ketaqwaannya.

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana”. (QS. At Taubah: 71)

Yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah ketaqwaannya. Allah SWT berfirman sebagai berikut.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Dalam perspektif Islam, pemberdayaan perempuan dilakukan untuk mencerdaskan kaum muslimah agar dapat menjalankan perannya secara optimal, baik di ranah domestik maupun publik.

Berdaya bagi seorang muslimah adalah jika ia mampu menjalankan perannya secara optimal sebagai ummun wa robbatul bayt (ibu & pengatur rumah tangga). Peran ini dijalankan untuk menjaga dan mengukuhkan ketahanan keluarga muslim. Kaum ibu muslimah memiliki peranan besar dalam mencetak generasi berkualitas pengisi peradaban di masa mendatang. Generasi berkualitas yang bukan hanya mandiri untuk dirinya sendiri, melainkan juga yang bermanfaat untuk umat. Generasi yang senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat serta menjalankan kehidupannya dalam koridor syariat Islam.

Ini tentu berbeda dengan paradigma kapitalisme yang menjadikan harta dan kekuasaan sebagai tujuan tertinggi. Ukuran kesuksesan dipandang dari sisi materi, maka tak heran perempuan berdaya dalam mindset kapitalisme adalah yang bisa menghasilkan cuan, bahkan kalau bisa tanpa mengandalkan suami. Mindset ini sangat berbahaya karena dapat menggeser peranan utama kaum ibu sebagai ummun wa robbatul bayt. Alih-alih mendapat angin segar kesejahteraan, yang terjadi justru bermunculan masalah baru. Kalau sudah begini, siapa yang mau bertanggung jawab?
Karena itu, ayo kembali kepada Islam saja karena Islam adalah aturan yang berasal dari Allah SWT. Ia sudah pasti sempurna karena berasal dari Zat Yang Maha Sempurna. Tak perlu terbuai oleh bujuk rayu kapitalisme yang semu. Sudah, Islam saja!

Wallahu’alam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 24

Comment here