Oleh Rifka Fauziah Arman, A.Md. Farm.,
wacana-edukasi.com– Misi pemerintah dalam mencegah stunting pada anak-anak Indonesia sepertinya akan semakin sulit. Terlihat dari banyaknya kebijakan pemerintah yang semakin mempersulit rakyatnya dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan menyusul kebutuhan pokok lainnya yang ikut melonjak.
Hal ini telah dikritik oleh anggota Komisi IX DPR RI yang berpendapat setelah naiknya harga BBM maka akan meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. Naiknya angka kemiskinan ini juga berdampak pada kurangnya gizi pada anak-anak di Indonesia, dimana kondisi sebelum BBM naik saja stunting sudah mengancam. Maka misi pemerintah yang ingin mencegah stunting bertolak belakang dengan naiknya harga BBM yang tidak bisa mendukung tercukupinya gizi anak-anak di Indonesia. (RMOL.id)
Seperti diketahui pada bulan lalu adalah Hari Anak Nasional, Hari Keluarga Nasional dan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI), Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) membagikan bantuan 1.000 paket sembako kepada masyarakat untuk mencegah stunting. Mereka memberikan bantuan sembako ini sebagai bentuk pencegahan dan mengurangi persentase stunting di Indonesia khususnya Jawa Barat. Menurutnya Kabupaten Bekasi sebesar 34% dari data pemerintah di pusat yang memiliki angka national rate untuk stunting adalah 14%. Sayangnya di Kabupaten Bekasi melebihi dari standar yang ada. Bahkan data yang didapat dari pemerintah dengan fakta yang dilakukan oleh Ketua Tim TP PKK jauh berbeda. (Republika.co.id)
Dinas Sosial pun tak ketinggalan melakukan upaya pencegahan stunting dengan pelatihan kepada SDM (Sumber Daya Manusia) yakni dengan pemberian edukasi mengenai stunting. Ia juga menyebutkan pencegahan penurunan angka stunting di Indonesia bisa optimal apabila segala aspek mendukung. Tak hanya sekedar penyuluhan tapi juga masyarakat sekitar yang teredukasi dalam memberikan gizi yang optimal kepada anak-anak di Indonesia. Tapi faktanya berbeda setelah berjalannya upaya-upaya tadi. (Antaramegapolitan.com)
Tak lama setelah upaya penurunan persentase stunting di Indonesia, pemerintah malah menaikkan harga BBM secara mendadak. Padahal dari informasi sebelumnya presiden menyatakan tidak akan ada kenaikan BBM sampai akhir tahun 2022. BBM bersubsidi naik secara drastis hingga banyak mempengaruhi segala aspek terutama kebutuhan pokok.
Kemudian pemerintah mengeluarkan solusi jitu demi membantu masyarakat yang terkena dampak dari naiknya BBM dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang diberikan secara bertahap dari 600.000 dibagi menjadi dua tahap. Bantuan ini akan diberikan sejak bulan September sampai Desember 2022. Sebanyak 112.218 keluarga masuk dalam daftar penerima BLT di Kabupaten Bekasi. BLT ini hanya akan diberikan kepada keluarga yang terdaftar dalam keluarga penerima manfaat (KPM). Padahal naiknya BBM ini tidak hanya berdampak pada kebutuhan pokok tapi juga menurunkan minat beli masyarakat sehingga mempengaruhi para pedagang menengah ke bawah, para supir transportasi umum maupun online hingga kurir. (Sindonews.com)
Lebih mengejutkan lagi BLT dan bantuan sembako lainnya selalu menjadi solusi jitu pemerintah dalam merayu rakyat yang mengeluhkan setiap kebijakan mereka. Seperti pandemi dua tahun lalu juga sama dan saat ini terulang hal yang sama. Padahal pemerintah saat ini sebelumnya mengkritik kebijakan BLT yang telah dilaksanakan pada kabinet presiden sebelumnya, tetapi pada faktanya pemerintah saat ini sama saja. Malah lebih parah lagi dari sebelumnya karena faktanya bantuan-bantuan ini tidak pernah tersalurkan dengan baik. Apalagi jumlah yang sedikit dibagi menjadi beberapa bulan padahal dalam sehari masyarakat memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Bagaimana mau menurunkan dan mencegah stunting jika pemerintah sendiri membuat bahan pokok naik. Naiknya bahan pokok membuat para orangtua memutar balik rencana keuangan keluarga bahkan meminimalisir pengeluaran dikala masih sulitnya ekonomi di Indonesia setelah pandemi selama ini. Pemerintah bukannya membantu masyarakat malah menambah pelik masalah yang dihadapi saat ini.
Meskipun rakyat menerima bantuan-bantuan ini dan pemerintah melakukan segala macam upaya-upaya dalam programnya membangun masyarakat yang sehat dan bergizi tetap saja solusi yang ditawarkan tidak akan pernah menyelesaikan problematika yang ada. Karena solusi yang ditawarkan, kebijakan yang diterapkan hanya “tambal sulam” dan terus berulang tanpa henti. Solusi tambal sulam ini menjadi ciri khas dalam sistem pemerintah kapitalisme yang mengedepankan keuntungan yang berkuasa. Terlihat jelas dalam kasus BBM dan stunting yang sesuai dengan ungkapan “si kaya akan tetap kaya, dan si miskin semakin miskin”. Pemerintah tidak bisa memastikan bantuan yang diberikan akankan memadai dan mnuntaskan permasalahan ekonomi masyarakat. Walaupum beberapa orang menerima dengan senang hati tapi rasanya egois sekali jika hanya menikmati sendiri ketika ada keluarga lain yang kesulitan hingga tak mampu memberi makan dengan gizi yang baik. Subsidi BBM yang menjadi alat kapitalisme dalam merayu masyarakat dengan mengatakan di awal “gratis” ternyata tidak pernah tepat sasaran bahkan saat ini justru menjadi mencekik ekonomi masyarakat.
Islam menawarkan solusi dengan adanya Baitul Maal. Sudah terpampang jelas dalam islam bahwa anggaran biaya yang ada di dalamnya bersumber dari berbagai macam dan halal untuk diberikan kepada masyarakat. Bahan bakar minyak pun seharusnya diberikan secara gratis karena ini merupakan sumber daya alam yang dimiliki negeri ini. Kebutuhan pokok juga seharusnya dijamin oleh pemerintah secara gratis, tidak hanya edukasi tentang gizi yang baik dalam mengasuh anak tapi juga tindakan nyata dari pemerintah seperti didalam islam.
Seperti cerita dari Umar Bin Khattab yang memberikan bantuan kebutuhan pokok kepada salah satu umatnya yang kesulitan ekonomi tanpa syarat bahkan ia memikulnya sendiri, juga dalam cerita Utsman bin Affan yang membelikan sumur dari seorang Yahudi untuk kebutuhan umat muslim saat dilanda kekeringan hingga kemudian ia menyalurkannya secara gratis dan teratasi bencana tersebut. Bukti dari cemerlangnya solusi di dalam pemerintahan islam. Tidak ada tambal sulam, bahkan tidak meninggalkan kemudharatan kepada umat. Tidak hanya kebutuhan pokok yang terpenuhi tapi juga sumber daya alam yang didapat dengan sangat mudah secara cuma-cuma.
Views: 20
Comment here