Oleh: Umi Hanifah (Aktivis Muslimah Peduli Negeri).
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Seolah mati rasa, di tengah masyarakat hidup susah para pejabat kerap memamerkan gaya hidup mewah. Menjadi hal yang tak pantas dilakukan, harusnya pemimpin itu menahan lapar sebelum rakyat kenyang. Namun rasanya tak mungkin menemukan hal tersebut ditengah sistem sekularisme kapitalis.
Terkuaknya pejabat hidup dalam kemewahan bukan hanya sekali dua kali, rakyat sudah sering disuguhi fakta kehidupan mereka yang enak dengan nilai kekayaan yang fantastis. Terbaru ada pejabat Ditjen pajak yang kedapatan hidup dengan berbagai fasilitas yang wah. Bahkan istri dan anaknya juga kerap membagikan di akun sosmednya kehidupan ala sultan, mobil, tas, motor yang hanya bisa dinikmati kalangan atas.
Sosok Kepala Kantor Pajak (KPP) Madya Jakarta Timur Wahono Saputro kini menjadi sorotan setelah diduga memiliki afiliasi dengan Rafael Alun Trisambodo, pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kemenkeu yang baru saja dipecat oleh Menkeu Sri Mulyani Indrawati.
Mengacu pada Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) tahun 2021, Wahono tercatat memiliki total harta kekayaan senilai Rp14,31 miliar. Nilai ini berbanding tipis dari kekayaan Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo yang memiliki kekayaan Rp14,45 miliar. Bisnis.com (10/3/2023).
Bukankah mereka menjabat untuk mengurusi kesejahteraan rakyat bukan untuk meraup kekayaan yang berlimpah? Masyarakat senantiasa diajak sadar bayar pajak, meski sebenarnya sangat berat dirasakan. Namun pajak yang diserahkan dari jerih payah, keringat hingga air mata tak jelas alokasinya. Tak berlebihan jika muncul trending tolak bayar pajak artinya kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan sekaligus kinerja pejabat pada titik terendah.
Pejabat itu adalah amanah besar yang harus ditunaikan orang yang kuat, baik terhadap pekerjaan yang disandangnya atau orang yang bermain mata untuk dimudahkan urusannya dengan lembaran uang. Jika pejabat imannya lemah, apalagi gaya hidup hedonis telah merasuk pada masyarakat kapitalis hari ini rasanya susah mendapatkan pejabat yang lurus, bersih dan kuat terhadap suap menyuap.
Maka, dalam lslam pejabat selalu dipilih orang yang kompeten pada pekerjaan dan bertaqwa. Jika pejabat tak menguasai urusannya maka tunggulah kehancurannya, ditambah ketiadaan taat maka semakin rusaklah tatanan kehidupan. Hal tersebut sekarang telah terjadi, ditengah susahnya masyarakat bertahan hidup para pejabat kekayaannya melimpah.
Kesenjangan lebar antara yang kaya dan miskin sangat ekstim. Sebagai contoh angka stunting yang masih tinggi menyebar diberbagai wilayah, artinya kemiskinan masih mendominasi karena tiadanya gizi yang mencukupi pada balita maka kasus tersebut tak kunjung melandai. Namun pejabatnya hidup dengan bergelimang harta yang nilainya sangat diluar nalar.
Berbanding terbalik dengan pejabat yang ada dalam sistem lslam. Mereka tak segan hanya makan roti kasar yang dilumuri minyak tatkala terjadi paceklik yang cukup lama, tiga tahun. Itulah sosok Umar bin khathab saat menjadi amirul mu’min dengan area kekuasaannya yang luas namun tidak membuat Umar hidup bergelimang materi. Umar tetap bekerja keras melayani sekaligus merasakan hal yang sama dengan rakyatnya yang sedang kesusahan.
Kemudian, Jika didapati pejabat yang curang, menipu serta melakukan korupsi sanksi tegas akan dikenakan sesuai tindakan kejahatannya. Bisa berupa denda, penjara, disita hartanya dan diumumkan di khalayak bahkan hukuman mati, yang semuanya dimaksudkan untuk memberikan efek jera pada pelaku dan yang lain agar tidak melakukan hal yang sama.
Ini bukti bahwa sistem yang baik yakni lslam akan melahirkan pejabat yang baik pula serta layak diteladani. Sistem akan memaksa orang atau pejabat mengikuti aturan yang diterapkan, disinilah sangat penting berbicara sistem apa yang diberlakukan tidak sekedar pejabat atau orangnya yang baik.
Saat sistem yang diterapkan salah, maka kebijakan yang dikeluarkan sangat menyusahkan rakyat. Sistem Sekularisme Kapitalis inilah biang dari sumber masalah, harus diganti dengan sistem yang benar dan tepat yakni lslam yang telah bertahan menjadi sebuah peradaban gemilang dengan menaungi berbagai bangsa, suku dan agama hidup sejahtera selama puluhan abad.
fIrman Allah SWT: “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”. (TQS Al-Maidah 50).
Allahu a’lam
Views: 15
Comment here