Opini

Kekerasan Remaja, Butuh Solusi Negara

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Yuke Octavianty (Forum Literasi Muslimah Bogor)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Kasus kriminalitas dan kekerasan seksual di kalangan remaja semakin mengkhawatirkan. Sejumlah peristiwa kriminalitas tidak pernah berhenti menyedot perhatian masyarakat. Salah satunya kasus kriminalitas yang menewaskan 7 remaja di Bekasi (antaranews.com, 27/9/2024). Kasus ini terkait peristiwa tawuran di Jalan Cipendewa Baru, Bojong Menteng, Rawalumbu, Bekasi. Masalah emosi lagi-lagi memantik tawuran, hingga berujung pada kematian.

Beragam tindak kekerasan dan kriminalitas di tingkat pergaulan remaja menunjukkan peningkatan data yang signifikan. Realitasnya, kejadian ini pun hampir merata di seluruh bagian wilayah negeri. Tingkat kekerasan dan kejahatan pun sudah semakin meresahkan karena tidak sedikit nyawa yang menjadi korban. Tidak hanya peristiwa Bekasi yang viral di media sosial. Kekerasan pemuda di Medan pun kini tengah menjadi sorotan. Aksi sekelompok pemuda yang tergabung dalam geng motor melakukan konvoi sambil memamerkan sejumlah senjata tajam. Celurit, pedang panjang dan senjata tajam lainnya (sindonews.com, 30-9-2024). Diketahui karena markas mereka digerebek pihak kepolisian, mereka semakin berani unjuk gigi melakukan kriminalitas lainnya, seperti pencurian sepeda motor. Kejahatan kian sadis. Mereka benar-benar hilang akal hingga tidak memiliki urat takut dan malu lagi.

Refleksi Sistem Kacau

Memprihatinkan. Remaja yang mestinya menjadi penggerak umat dan agen perubahan justru terjerumus dalam pergaulan rusak, kekerasan dan kriminalitas akut. Beragam faktor disebut-sebut sebagai pemantik buruknya kualitas generasi saat ini. Salah satunya faktor keluarga. Keluarga disebutkan sebagai faktor utama yang menyebabkan kerusakan generasi. Orang tua yang kurang perhatian pada kebutuhan anak-anak, terutama anak remaja menjadi faktor yang mendominasi. Ayah sibuk bekerja, ibu pun tidak kalah sibuk mengurus dunia, hingga akhirnya lalai terhadap pendidikan anggota keluarga. Anak remaja akhirnya tumbuh liar sesuai keinginannya tanpa batasan jelas karena tidak ada pengawasan orang tua.

Tidak hanya faktor keluarga, faktor sekolah pun menjadi faktor yang mendorong lahirnya watak keras dalam pemikiran remaja. Emosi digadang-gadang sebagai satu-satunya solusi. Alhasil, ego dan amarah menjadi jalan untuk menyelesaikan masalah. Semua ini karena sekolah hanya menetapkan standar nilai secara kuantitatif tanpa membina aspek kualitatif yang mampu mengasah dan mengelola emosi. Buktinya, tidak sedikit pelajar berprestasi pun turut “andil” dalam berbagai kasus kejahatan remaja. Miris.

Faktor ketiga, yakni adanya pola budaya di media sosial yang tidak disadari mampu mengubah mindset remaja masa kini. Konten-konten kekerasan dan kriminalitas kian liar berseliweran di jagad maya. Secara tidak langsung, konten rusak ini perlahan tapi pasti terus mengganggu pola pikir dan pola sikap remaja. Budaya tawuran dianggap biasa dan kekinian. Fenomena eksistensi diri menjadi hal yang menuntut untuk dipenuhi. Hingga akhirnya mengikis batas standar benar dan salah.

Betapa buruknya refleksi kehidupan remaja zaman now. Semua fakta ini terjadi sebagai dampak diterapkannya sistem rusak. Sistem kapitalisme sekular yang terus mengancam. Sistem yang hanya mengutamakan nilai materi, kepuasan emosi dan kepuasan jasadiyah tanpa memikirkan dampak buruk yang akan terjadi. Pemikiran dan perilaku yang kian jauh dari konsep benar menunjukkan hilangnya aturan agama. Aturan agama sama sekali tidak dianggap sebagai penjaga dan pengatur. Justru sebaliknya, aturan agama dicampakkan begitu saja.

Dalam sistem rusak ini pun negara angkat tangan atas segala masalah kejahatan dan kriminalitas remaja. Meskipun telah banyak ditetapkan berbagai kebijakan terkait hal ini, namun aplikasinya tidak dapat optimal. Tidak hanya itu, sistem sanksi yang berlaku pun hanya setengah hati mensolusi. Alhasil, masalah kriminalitas remaja kian liar dan memprihatinkan.

Islam, Sistem Penjaga

Sistem Islam memiliki mekanisme dan strategi yang khas dalam menangani masalah generasi. Sistem Islam pun menjadi satu-satunya sistem kehidupan yang mampu menjaga kualitas dan intelektual kaum muda. Yaitu dengan menjadikan akidah Islam sebagai satu-satunya poros utama dalam menjalankan sistem pendidikan. Sistem pendidikan berbasis akidah Islam akan menempatkan syariat Islam sebagai sumber utama pengajaran. Konsep benar salah dan halal haram senantiasa disandarkan pada setiap pola pikir dan pola sikap. Dengan strategi demikian, generasi dijamin memiliki kualitas unggul baik secara kualitas maupun kuantitas.

Inilah sistem Islam yang dijalankan utuh oleh wadah khas, yaitu khilafah. Satu-satunya institusi yang menjamin pendidikan generasi yang sempurna. Ketakwaan menjadi cerminan hasil sistem pendidikan yang sempurna. Mekanisme demikian mampu efektif menekan bahkan me-nol-kan jumlah kasus kekerasan dan kriminalitas remaja.

Semua ini hanya mampu efektif jika dijalankan dalam institusi khilafah. Dan negara, dalam hal ini khilafah mampu memposisikan institusi sebagai pengurus sekaligus penjaga umat secara menyeluruh. Negara menjadi sumber edukasi yang sempurna untuk seluruh umat. Segala bentuk hal yang mengakibatkan bahaya akan ditindak tegas oleh negara melalui berbagai sistem sanksi tegas yang jelas dan mengikat seluruh warga negara.

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudri ra. , Rasulullah SAW. bersabda ” Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain”

Generasi terjaga dalam dekapan syariat Islam yang menyeluruh. Keamanan dan ketenangan terwujud dalam tatanan sempurna.

Wallahu a’lam bisshowwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here