Surat Pembaca

Kelaparan di Tanah Kaya SDA

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com SURAT PEMBACA– Prihatin kasus kelaparan di Papua yang terjadi berulang akibat sistem Kapitalisme yang menomor satukan keuntungan daripada kesejahteraan umat. Melansir Liputan6.com, di tengah melesatnya ekonomi Indonesia di tengah sentimen global, ternyata ada cerita miris dari pedalaman Papua. Salah satu wilayah di Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan tengah dilanda kelaparan.

Ini bukan menjadi yang pertama kali di wilayah ini. Untuk mengatasi ini, pemerintah tengah menyiapkan strategi agar bencana kelaparan segera teratasi dan tak akan terulang kembali. Plt Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penganggulangan Bencana Kemenko PMK, Sorni Paskah Daeli mengatakan ada strategi jangka pendek dan jangka panjang yang disiapkan untuk mengatasi kelaparan di Yahukimo.

“Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan langkah antisipasi jangka pendek dengan membangun gudang logistik di sekitar lokasi yang sering terjadi bencana kelaparan,” ujar Sorni seperti dikutip dari Antara, Rabu (1/11/2023).

Selain membangun gudang logistik, kata Sorni, pemerintah juga akan memperbaiki konektivitas jalan darat dan menambah landasan pacu di Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.

Langkah tersebut dilakukan agar pesawat besar bisa mendarat dan membawa bahan logistik lebih banyak dari Wamena dan Mimika. Sulitnya akses ke sejumlah distrik di Yahukimo, membuat penanganan menjadi sulit. Ia menjelaskan ketika tidak ada bahan makanan, warga mengalami kesulitan. Karena, untuk sampai ke lokasi pangan, warga membutuhkan waktu yang lama, karena perjalanan yang ditempuh cukup jauh, utamanya perjalanan antardistrik.

Sedangkan langkah antisipasi jangka panjang yang akan dilakukan adalah mencari varietas umbi unggul dengan melakukan transfer teknologi pertanian. Sebab umbi-umbian menjadi makanan pokok masyarakat di sana. Tanaman varietas unggul ini diharapkan dapat tumbuh subur dan tahan terhadap cuaca ekstrem.

“Secara umum, pemerintah daerah juga belum menyentuh teknologi pertanian, sehingga warga masih menjalankan metode pertanian secara tradisional,” kata Sorni.

Bencana kelaparan terjadi di Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo. Sekitar 15 ribu orang terdampak kelaparan akibat umbi yang menjadi makanan pokok mereka, membusuk akibat cuaca ekstrem (Liputan6.com, 01 November 2023)

Sistem Kapitalisme sejatinya selalu mengedepankan keuntungan, dan untuk mendapatkan keuntungan tersebut, para kapitalis (pemilik modal), sampai rela membiarkan rakyat kesusahan, sedangkan para penguasanya tidak peduli pada hal itu. Seperti kasus kelaparan ini, seharusnya rakyat sejahtera dan tidak mengalami bencana kelaparan, karena Papua merupakan negeri yang kaya Sumber Daya Alam (SDA). Sehingga harusnya kebutuhan pokoknya terjamin.

Jika saja penguasa pandai mengelola lahan pangan, tidak diserahkan kepada individu swasta, maka rakyat aman-aman saja dan hidupnya sejahtera karena terjamin kebutuhan pokoknya. Maka yang terjadi kali ini juga merupakan kelalaian negara, karena membiarkan individu asing menguasai SDA yang merupakan hak milik umat. Negara membiarkan asing menjadi pemilik dari hasil alam yang seharusnya tidak berpemilik satu individu pun, bahkan pemimpin pun tidak boleh memilikinya.

Karena seorang pemimpin hanya ditugaskan mengelola lahan untuk umat, dan mengurusi segala kebutuhan umat. Jika SDA dimiliki individu, maka alhasil semua kebutuhan umat yang merupakan hak umat, harus dibeli karena ada individu yang mempermilik produksi hasil SDA.

Padahal SDA tidak boleh ada individu yang menguasainya, dan memenuhi kebutuhan umat merupakan tanggung jawab pemimpin.

Seperti sabda Rasulullah SAW.
“Imam (khalifah) adalah raain (pengurus rakyat) dan dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR. Ahmad, Bukhari).

Jadi, sudah seharusnya seorang pemimpin mengurusi urusan rakyatnya, tanpa imbalan dari rakyat itu sendiri. Karena mengurus rakyat sudah dibebankan di atas punggungnya, yang berarti semua kebutuhan rakyat dipikul oleh seorang pemimpin. Jika diserahkan pada asing, maka akan ketergantungan dan mempersulit dirinya sebagai pemimpin juga rakyat kesusahan karena harus membeli kebutuhan pokoknya yang padahal merupakan hak rakyat.

Maka yang paling tepat adalah menerapkan Islam, dalam Islam, pemimpin akan memberdayakan lahan pangan, tidak diserahkan pada para pemilik modal. Memberdayakannya dengan cara memperkerjakan para petani lokal dan hasil pengelolaan lahan pangan hanya untuk rakyat tanpa mempertimbangkan untung rugi.

Karena jika pandangan seorang pemimpin sudah jauh mencapai akhirat, seberat apapun tanggung jawab yang dipikulnya, ia tidak akan lagi melihat keuntungan materi, karena yang dicapainya adalah ridha Allah.

Sementara pemerintah yang sibuk untuk mencari dukungan masyarakat dalam rangka pemilu 2024, sayangnya tetap tidak mempedulikan rakyat kecil yang tengah kelaparan di papua.

Padahal mereka mengklaim membutuhkan suara rakyat dan akan berjuang untuk rakyat, namun tidak ada bukti sedikit pun dalam hal ini. Dengan demikian, masihkah kita sebagai masyarakat bersedia percaya dengan sistem demokrasi yang menjadikan pemerintah lumpuh dalam melindungi dan mengayomi masyarakat?

Ilma Mahali Asuyuti

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here