Opini

Kelaparan Papua, Padahal Kaya SDA

blank
Bagikan di media sosialmu

Sejatinya apa yang terjadi saat ini, tidak lepas dari diterapkannya sistem kapitalisme di negara ini. Pemerintah yang menerapkan sistem ini hanya bertindak sebagai pembuat kebijakan semata. Pun dalam sistem ini pengelolaan SDA nya justru diserahkan kepada kapitalis asing, yang hanya mementingkan keuntungan pribadi atau golongan.

Oleh : Melani N

wacana-edukasi.com, OPINI– Indonesia merupakan negara zamrud katulistiwa, gemah ripah loh jimawi, negara yang kaya akan SDA nya. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia meliputi tambang emas ,tambang batu bara, rempah rempah hingga kekayaan bawah laut yang melimpah. Yang semua itu terbentang dari ujung barat hingga timur.

Terletak di ujung timur Indonesia, Papua memiliki kekayaan sumber alam mineral logam emas yang kualitasnya terbaik diseluruh dunia. Papua juga mempunyai julukan kota emas, namun apalah arti sebuah julukan jika kondisi sebagian penduduknya mengalami kemiskinan. Hingga beberapa hari terakhir ini, miris menimpa sebuah daerah di Papua.

Sebanyak 6 (enam) orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak Papua Tengah. Dari 6(enam) orang , 1 (satu) orang diantaranya adalah anak anak. “Bencana kekeringan telah mengakibatkan 6 (enam) orang meninggal dan kelaparan di daerah terdampak.” kata bupati Puncak Willem Wandik. (Kamis, 27/7/2023, Papua Tengah.Kompas.Com).

Padahal sejatinya kondisi lahan di Papua memiliki tanah yang sangat subur dan sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan. Akan tetapi saat musibah kekeringan terjadi, banyak lahan pertanian mengalami kekeringan dan gagal panen. Dan sebanyak 7000 warga dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, memilih mengungsi akibat kemarau panjang. Kemarau panjang yang terjadi sejak mei hingga saat ini membuat warga terancam kelaparan. (DetikSulsel, Senin, 24/7/2023).

Musibah kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Namun fenomena kekeringan ini sebenarnya bisa diantisipasi, jika konsep pembangunan ditata dan dikelola dengan benar. Kekeringan yang terjadi di Papua, yang mengakibatkan banyak lahan pertanian gagal panen dan memakan korban meninggal dunia. Menunjukan penanganan pemerintah yang tidak profesional. Jika kita telisik lebih jauh lagi, seharusnya jaringan irigasi dan bendungan yang ada, mampu mengairi lahan pertanian di wilayah wilayah yang berpotensi dilanda kekeringan. Mengingat pulau Papua sendiri, memiliki potensi air paling besar dari seluruh wilayah Indonesia, disebebkan curah hujannya paling tinggi.

Sejatinya apa yang terjadi saat ini, tidak lepas dari diterapkannya sistem kapitalisme di negara ini. Pemerintah yang menerapkan sistem ini hanya bertindak sebagai pembuat kebijakan semata. Pun dalam sistem ini pengelolaan SDA nya justru diserahkan kepada kapitalis asing, yang hanya mementingkan keuntungan pribadi atau golongan. Padahal, kelaparan tidak akan terjadi, jika pembangunan merata, bahkan potensi sumber daya alam berupa tambang emas yang ada, harusnya mampu menghidupi rakyat Indonesia saat ini dan warga Papua pada umumnya. Karena pemerintah hanya bertindak sebagai regulaor saja, maka pemerintah akan berlepas tangan atas pengelolaan sumber daya alam di Papua. Alhasil, pemerintah dalam sistem ini menunjukkan ketidak peduliannya atas kesejahteraan rakyatnya.

Dampak pembangunan saat ini atas nama investasi, yang rata rata dimiliki oleh asing telah banyak menimbulkan kerusakan alam, dan lahan pertanian yang subur telah beralih fungsi sebagai industri, akibatnya tanah yang ada menjadi minim untuk penyerapan air, bahkan industri yang ada telah membuat air tercemar, sehingga tanah menjadi tidak produktif lagi, oleh karena itu, wajar jika kemarau datang maka air menjadi langka.

Kita tahu bahwa alam telah memberikan semua kebaikan pada manusia, seharusnya manusia paham bagaimana cara memanfaatkan dan memperlakukan alam ini. Maka semestinya manusia memanfaatkannya sesuai dengan aturan Sang Pencipta alam semesta, sehingga kekeringan yang terjadi bukan dimaknai hanya sebagai fenomena alam semata.

Lantas, bagaimana Islam mengatasi kekeringan. Maka secara teknis, negara Islam bersama sama masyarakat dan pemerintah akan membangun dan merehabilitasi serta memelihara jaringan irigasi, waduk waduk dengan kincir angin sebagai penggerak yang akan menyalurkan air di lahan pertanian, kemudian kincir angin diletakkan disejumlah titik titik tertentu yang rentan terhadap kekeringan.

Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Khilafah Umayyah, beliau pernah membangun irigasi yang sangat canggih di seluruh wilayah Irak. Lalu beliau megembangkan pompa pompa di wilayah wilayah di Irak untuk mendukung irigasi itu. Sedangkan upaya teknis lainnya, yaitu melindungi hutan lindung atau daerah resapan air, agar tetap pada peruntukannya, serta mencegah pihak pihak yang berusaha melanggarnya.

Pada contoh lain juga dilakukan oleh Khalifah Umar Bin Khathab. Ia bekerja siang dan malam berkeliling wilayahnya untuk memastikan tidak ada seorangpun warganya yang mengalami kelaparan pada saat musim paceklik tiba.

Begitu juga sumber daya dan kekayaan alam yang ada di negara Islam adalah milik umum, maka hasilnya pun harus dinikmati seluruh rakyat, negara wajib mengelolanya, dan pengelolaannya tidak diserahkan kepada asing dan diperjual belikan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Jadi sudah saatnya negara ini menerapkan sistem yang berpihak pada kesejahteraan rakyat. Dan sistem itu hanya bisa diterapkan dengan sistem Islam secara kaffah, yang dimana sistem ini akan memberikan kebaikan bagi seluruh alam semesta.

Jikalau sekiranya penduduk negeri negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan karena perbuatannya’’. (Qs.Al A’Raf 96). Wallahu a’lam bisshowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 26

Comment here