Oleh: Rezkina Hari Pradana
wacana-edukasi.com, SURAT. PEMBACA– Sejak delapan tahun lalu, setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Mendengar kata santri sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Gelar santri biasanya disematkan kepada seorang murid yang belajar ilmu islam di pondok pesantren. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia santri memiliki arti orang yang sedang mendalami ajaran Islam atau orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah.
Beberapa tema diusung dalam setiap perayaan Hari Santri Nasional. Setelah tahun lalu mengusung tema ” Berjaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”. Pada perayaan hari santri tahun ini tema yang diangkat ialah “Jihad Santri Jayakan Negeri”.
Pada momentum hari santri yang Puncaknya diadakan di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengatakan bahwa semangat hari santri haruslah selalu dipegang teguh sesuai dengan konteks saat ini, dimana adanya krisis ekonomi, krisis pangan dan krisis energi yang diakibatkan adanya perang.
Jokowi menyatakan bahwa latar belakang tercetusnya hari santri merujuk pada seruan Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari yang berisi antara lain menegaskan bahwa melawan penjajah itu merupakan kewajiban, Fardhu ‘Ain dan ketika meninggal dalam keadaan berperang melawan musuh maka mati syahid. Beliau Presiden juga menambahkan “ini fatwa luar biasa sehingga kita semua termasuk para santri harus terus berjuang untuk kepentingan bangsa negara dan ummat” (tirto.id,22/10/2023).
Kenangan Resolusi Jihad
Tema yang mengusung tentang jihad pada pelaksanaan hari santri tahun ini, tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan para santri ketika melawan penjajah pasca kemerdekaan melalui seruan Revolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.
Poin penting dari resolusi jihad yaitu perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan dan melawan penjajah ialah jihad atau perang suci yang hukumnya wajib bagi umat islam (liputan6.com, 21/10/2023).
Fatwa yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari kala itu menjadi semangat yang sangat menggugah bagi para santri untuk berjuang melawan penjajah Belanda kala itu.
Sejarah menunjukkan betapa besarnya peran kaum muslim khususnya para santri dalam sejarah perjuangan di Negeri ini.
Dalam ajaran agama Islam, memerangi penjajah merupakan perintah agama sesuai dalam Al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 191 yang berbunyi
فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Jika mereka memerangi kamu maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir.
Perintah inilah yang menjadi motivasi bagi kaum muslim turun ke medan perang dengan taruhan nyawa semata-mata memenuhi panggilan agama.
Penurunan Kualitas Akibat Sistem Sekulerisme
Namun sayangnya dewasa ini, motivasi tersebut malah dibajak dari benak para santri. Peran santri dalam kehidupan justru mengalami degradasi atau penurunan secara kualitas. Dan ini merupakan suatu kesuksesan dalam sistem yang memisahkan agama dari kehidupan yaitu sistem sekulerisme. Dalam sistem ini aturan kehidupan yang seharusnya diatur oleh sang pencipta kehidupan justru diatur oleh kepentingan-kepentingan manusia dan materi. Walhasil terlahirlah ideologi kapitalisme yang bersifat materialistik yang berakibat pada dibajaknya potensi pesantren hanya untuk menghasilkan para wirausaha yang berorientasi pada materi. Jauh dari tujuan mulia membentuk santri yang paham agama yang sadar terhadap permasalahan umat dan mampu menjadi dokter umat yang mendiagnosis dan menyelesaikan berbagai persoalan yang tengah dihadapi umat.
Tak berhenti di situ kaum santri di bawah sistem sekuler dimana agama tidak boleh ikut campur dalam aturan kehidupan, membentuk santri-santri yang ketika lulus belajar dari pesantren mereka bagai buku-buku berjalan. Mereka belajar hukum syari’at, tahu hukum syari’at namun tidak menghukumi masalah yang ada pada umat dengan syari’at tersebut. Syari’at islam seolah hanya teori belaka yang tidak perlu diimplementasikan dalam kehidupan.
Peran Santri Jayakan Negeri
Maka di tengah pelbagai masalah yang kini terjadi baik di tingkat global, regional maupun nasional, seperti yang disampaikan pemerintah melalui sambutan Presiden Jokowi pada momen hari santri lalu, sangatlah relevan untuk kembali mengembalikan semangat Resolusi Jihad dalam makna yang sebenarnya, sebagaimana awalnya.
Dalam Islam, akidah merupakan asas dalam kehidupan sekaligus asas dalam menyelesaikan berbagai persoalan dunia serta meneladani Rasul sang utusan Allah dalam menerapkan Islam di tengah kehidupan. Islam mendorong setiap kaum muslim terlebih para santri untuk turut serta berperan dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam.
Apalagi Angka penduduk muslim di Indonesia sangatlah besar dan memiliki puluhan ribu pondok pesantren. Hal ini merupakan potensi yang besar bagi kekuatan bangsa jika cara pandang yang digunakan dalam kehidupan adalah cara pandang yang shahih yaitu sesuai cara pandang kehidupan Islam. Bukan seperti buih di lautan, meski terlihat banyak namum tidak berarti, naudzubillah tsumma naudzubillah.
Views: 4
Comment here