Oleh : Imas Rahayu (Praktisi Pendidikan)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Asia Pasifik, sebuah wilayah yang meliputi sejumlah negara berkembang dan maju, memiliki kontras yang mencolok dalam hal kemiskinan. Meskipun wilayah ini telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Namun, sayangnya, kemiskinan masih menjadi masalah serius di banyak negara di wilayah tersebut. Menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan 155,2 juta orang di negara berkembang yang berada di Asia Pasifik, atau 3,9 persen populasi kawasan tersebut hidup dalam kemiskinan yang ekstrem, pendapatan kurang dari US$2,15 per hari atau berkisar di bawah Rp 1 juta per bulan . Hal ini dipicu oleh Pandemi covid 19 disusul lonjakan inflasi yang terjadi tahun lalu.(news.detik.com, 25 Agustus 2023)
Ditengah kemiskinan ekstem The Wealth Report (segmen Wealth Sizing Model) dari Knight Frank menunjukkan di kawasan Asia Pasifik, populasi UHNW (Ultra High Net Worth) atau kelompok yang memiliki kekayaan US$30 juta bahkan lebih mengalami pertumbuhan substansial hampir 51% selama 2017-2022. Meskipun, beberapa negara telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang pesat, ada juga negara-negara yang masih tertinggal jauh.
Ketimpangan ekonomi yang tinggi menyebabkan kesenjangan antara kaya dan miskin semakin lebar. Hal ini, senantiasa terjadi di tengah masyarakat. Melihat Si kaya semakin kaya, si miskin semakin miskin semakin hari semakin nampak jelas.
Fenomena kemiskinan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik bahkan di seluruh dunia saat ini merupakan dampak dari diterapkannya sistem kapitalisme .Negara- negara yang menerapkan sistem ekonomi kaplitalisme gagal mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sistem ini juga hanya menyejahterakan pihak-pihak tertentu saja.
Dalam pandangan Islam, kemiskinan ini bukan hanya tentang kurangnya akses terhadap sumber daya finansial, tetapi juga tentang ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
Untuk menghadapi masalah ini, kita dapat melihat ke dalam ajaran Islam untuk mencari solusi. Islam, sebagai agama yang paripurna, selain mengatur masalah ibadah mahdhah, Islam juga memiliki sistem pemerintahan, ekonomi,sosial, pendidikan dan sanksi. Islam menawarkan beberapa prinsip dan mekanisme yang dapat membantu mengatasi kemiskinan.
Dalam sistem Islam memandang seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab kepada rakyat, tetapi juga bertanggung jawab kepada Allah Swt. pemilik alam semesta. Karena itu, seorang pemimpin wajib menetapkan kebijakan berdasarkan aturan Allah Swt. yakni berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Inilah yang memang harus dimiliki oleh pemimpin negeri ini, yakni dengan landasan keimanan ia terdorong mengurusi kebutuhan umat seluruhnya. Ia paham betul bahwa kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab yang ada di pundaknya.
Negara menjamin pemenuhan kebutuhan primer bagi tiap-tiap individu dengan mewajibkan para lelaki yang mampu untuk bekerja. Untuk memastikan terlaksananya kewajiban mencari nafkah negara akan memastikan tersedianya lapangan pekerjaan dan akan memberikan bantuan modal tanpa riba untuk siapa saja yang tidak memiliki modal usaha. Terlebih lagi, negara akan memberikan tanah yang tidak dimanfaatkan pemiliknya (tanah mati) kepada orang yang bisa memanfaatkannya kembali.
Selain itu, untuk jaminan pemenuhan kebutuhan primer bagi rakyat secara keseluruhan (kesehatan, pendidikan, dan keamanan), syarak telah menetapkan pemenuhannya kepada negara secara langsung. Dalam hal ini, negara mengambil biaya dari dana baitul mal. Adapun, sumber pemasukan tetep baitul mal yaitu jizyah, fai,kharaj, seperlima harta rikaz, dan zakat.
Dengan pengaturan yang menyeluruh tersebut, Sistem Islam akan mampu menjamin setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhan primernya dan kemiskinan ekstrem tidak terjadi lagi. Wallahualam.
Views: 7
Comment here