Opini

Kemiskinan Penyebab Maraknya Kejahatan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI-– Buah hati merupakan anugerah yang telah Allah Swt. berikan kepada pasangan suami istri. Kehadiran anak menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan. Kebahagiaan lah yang akan tercipta saat mengetahui bahwa Allah menitipkan makhluk mungil dalam rahim seorang ibu.

Namun, keadaan yang sulit menjadikan susahnya memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini pun dapat membuat seorang ibu dengan tega menjual anaknya karena faktor ekonomi tersebut. Tindakan yang tidak dapat dipercaya karena ternyata kesulitan membuat nurani ibu kian redup.

Tiga tersangka dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Tambora Jakarta Barat telah ditetapkan oleh Polrestro Jakarta Barat. Yang pertama merupakan ibu bayi berinisial T (30), sementara dua tersangka lainnya, yaitu EM (30) dan AN (33). (beritasatu.com, 25/2/2024)

Singkat kejadiannya yaitu, di salah satu rumah sakit di Jakarta Barat, ibu bayi yang sedang mengandung delapan bulan mengalami kesulitan untuk membayar biaya persalinan. Lalu, sejumlah uang ditawarkan oleh tersangka untuk menguasai sang bayi. (beritasatu.com, 24/2/2024)

Lalu, menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan dan Perlindungan Anak (PPPA), para ibu yang menjual anak atau bayinya umumnya berasal dari kelompok rentan secara ekonomi. (antaranews.com, 23/2/2024)

Begitu miris. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Dampak Kehidupan yang Sekuler dan Kapitalis

Sungguh tega. Seorang ibu yang seharusnya menjaga dan melindungi anaknya, justru dengan tega menjual darah dagingnya sendiri, bahkan sejak dalam kandungan. Harga yang disepakati pun tidak seberapa. Harga tersebut tidak sebanding dengan biaya selama kehamilan, pengorbanan dan perjuangan ibu selama hamil dan juga melahirkan, serta hal-hal yang mungkin terjadi setelah melahirkan.

Penadahnya pun bertindak kelewatan. Entah apa yang ada dalam pikirannya, sehingga ia memilih tindakan yang tak bermoral sebagai jalan untuk bekerja mencari nafkah. Apakah ia tidak memiliki hati memisahkan ibu dan anak kandungnya dari sejak lahir? Lalu, apakah tidak ada hal lain yang patut diperjualbelikan daripada memperjualbelikan seorang bayi yang bahkan baru lahir? Dan lagi, ia pun menipu ibu dari bayi tersebut dengan tidak memberikan uang sebesar yang disepakati. Sungguh hilang kah hati nuraninya?

Benar-benar tidak dapat dimungkiri bahwa kehidupan yang sekuler ini membuat individu seolah kehilangan akal dan iman. Ketakwaan individu menjadi terkikis. Individu seakan bisa melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidup, tak peduli halal ataupun haram. Individu pun tidak peduli pada perasaan orang lain. Juga, naluri seorang ibu akan mungkin seolah menjadi padam.

Dampak dari kapitalisme juga membuat individu lebih mementingkan materi ketimbang ajaran agama. Individu menjadi rela mengacuhkan hati nurani demi materi yang didapat. Bahkan, demi materi, individu dapat melakukan hal yang dilarang oleh agama.

Kapitalisme ini pun membuat ketimpangan ekonomi yang sangat terlihat. Orang yang sulit secara ekonomi akan semakin merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ditambah dengan pemikiran sekuler yang tidak memiliki arah hidup yang jelas. Sehingga, apapun akan dilakukan demi mendapatkan yang diinginkan. Namun sangat disayangkan, hal ini justru dimanfaatkan oleh orang yang berniat jahat. Alangkah jauhnya dari tuntunan agama karena pengaruh dari sistem sekuler kapitalisme yang jika secara sadar maupun tidak sadar diaplikasikan dalam kehidupan.

Masyarakat juga terlihat individualis. Mereka seakan atau memang tidak menghiraukan tetangga sekitar. Sehingga, mereka tidak mengetahui jika ada tetangga yang sedang kesusahan.

Sanksi yang diberlakukan pun rasanya tidak membuat jera. Hal ini terlihat dari banyak kasus serupa yang terjadi. Sehingga, orang lain akan mungkin saja melakukan kejahatan dan pelaku bisa saja mengulangi nya lagi.

Islam Solusinya

Tindakan memperjualbelikan bayi adalah tindakan yang salah. Akan tetapi, perlu diselidiki lagi, apakah ibu yang menjual bayinya tersebut sudah tercukupi nafkahnya? Sehingga, jika dari nafkah nya tidak cukup, maka hal tersebut harus diselesaikan agar ibu tidak menghalalkan semua cara untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Begitu juga dengan penadahnya. Karena dukungan dari kehidupan yang ia rasa serba bebas dan serba boleh, maka ia melakukan hal tersebut. Perbuatan jual beli bayi pun dilakukannya untuk mendapatkan uang. Namun, halal dan haram tidak dijadikan pertimbangan dalam beraktivitas.

Padahal, anak adalah anugerah. Kehadiran buah hati merupakan sebuah rezeki dari Sang Maha Pencipta. Kelahiran seorang anak telah Allah Swt. jamin rezekinya.

Allah Swt. Berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS Al An’am [6]: 151).

Rasulullah saw. bersabda, “Nikahilah oleh kalian wanita yang pencinta dan subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya kalian kepada umat-umat yang lain.” (HR Abu Dawud).

Lalu, jika anaknya menjadi anak yang saleh dan salihah, bertambah pula karunia yang Allah Swt. berikan. Rasulullah bersabda,
“Jika seorang anak Adam mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang berdoa untuknya.” (HR Muslim).

Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk mengatasi praktik jual beli bayi. Pertama, dilihat nafkah nya bagaimana dan kehalalan dalam mendapatkan harta. Apakah nafkah si ibu bayi tercukupi?

Nafkah perempuan terdiri dari empat jalur. Yang pertama adalah lewat ayahnya ketika belum menikah. Yang kedua ialah lewat suaminya ketika sudah menikah. Lalu, yang ketiga adalah lewat ayahnya atau saudara laki-lakinya atau anak laki-lakinya jika perempuannya janda. Kemudian, yang keempat adalah ditanggung oleh negara jika sudah tidak ada lagi yang menanggung. Tak lupa, standar halal dan haram diberlakukan agar cara mendapatkan uangnya sesuai dengan syariat Islam. Dan, negara pun akan menjamin kebutuhan pokok serta kemudahan bagi para pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Kemudian, yang kedua adalah ketakwaan individu. Ketakwaan individu ini dibantu dengan sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Pendidikan yang berlandaskan pada akidah Islam akan menghasilkan individu yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam, teguh dalam memegang syariat, memiliki kasih sayang yang banyak ketika mengasuh, sabar dalam menghadapi cobaan, dan memiliki keyakinan yang kuat bahwa rezeki itu berasal dari Allah Swt..

Masyarakat yang berada dalam suasana Islam akan peka jika mengetahui ada tetangga yang sedang hamil yang memerlukan bantuan dana. Tetangga juga akan membantu yaitu melakukan tolong menolong tanpa mengharapkan imbalan.

Allah Taala berfirman, “Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (QS Al-Maidah [5]: 2).

Lalu, hal lain yang juga penting adalah penerapan sanksi Islam yang tegas. Sanksi Islam ini akan menjadi pencegah dan penebus dosa. Maksudnya, orang lain tidak akan melakukan kejahatan yang sama. Dan juga, sanksi Islam tersebut akan menebus dosa bagi pelanggar hukumnya.

Sungguh indahnya kehidupan jika syariat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan Islam ini, fitrah keibuan akan terjaga, kesejahteraan akan tercipta, dan keamanan akan terasa. Wallahu’alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 10

Comment here