Oleh Santy Mey
wacana-edukasi.com, OPINI— Masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa. Biasanya ditandai dengan perubahan seorang anak secara seksual menjadi matang sampai saat mencapai usia matang secara hukum. Pada umumnya sebagian remaja, memandang dan menilai bahwa masa remaja merupakan masa yang paling indah dalam setiap kesempatan termasuk dalam menjalani setiap aktivitas apapun.
Dengan artian di masa remaja masih bersemangat dalam menjalani kehidupan, dalam masa ini pula remaja senantiasa mencari jati diri. Namun terkadang banyak dari mereka yang tak memahami hakikat jati diri itu sendiri, akibatnya mereka salah memaknai tujuan hidup akhirnya hidupnya tak terarah dan hilang arang tujuan. Alhasil kenakalan remaja merebak di mana mana.
Dalam rangka menekan jumlah kenakalan remaja, Polsek Cileunyi, beserta jajaran Polresta Bandung Polda Jabar, melakukan kegiatan sosialisasi dilingkungan sekolah untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan (Binluh) Kamtibmas dengan memberikan pemahaman dan wawasan tentang kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba kepada pelajar di SMA Negeri 1 Cileunyi yang berlokasi di Jl. Pendidikan Desa Cibiru Wetan Kecamata Cikeunyi Kabupaten Bandung adalah hal yang positif. (Jurnalpolri.Com,16-07-2024)
Kegiatan sosialisasi tersebut memang sudah semestinya dilakukan, mengingat remaja saat ini rentan terhadap pergaulan bebas dan pergaulan yang buruk, seperti bullying, tawuran dan penyalahgunaan narkoba. Apalagi di sistem kapitalisme sekulerisme yang sedang berpijak saat ini telah mengusung ide kebebasan (liberalisme) yang membuat orang bebas berbuat semaunya tanpa memperdulikan halal atau haram.
Kenakalan remaja bisa terjadi sebab tidak adanya evaluasi di bidang pendidikan, selain itu, kebebasan menjadi landasan dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya kebebasan ini terbukti menjadi pangkal dari banyak persoalan.
Pada sistem pendidikan saat ini, kenakalan di usia remaja yang notabene adalah para pelajar menjadi momok yang meresahkan. Padahal seharusnya mereka disibukkan oleh berbagai jenis kegiatan demi meraih cita-cita mereka. Akan tetapi fokus pendidikan saat ini hanya kepada nilai akademik sementara pembentukan kepribadian menjadi sekadar pelengkap. Apalagi pendidikan agama, kian dijauhkan akibat tertancapnya islamofobia. Bukankah tidak stabilnya emosi akibat jauh dari agama dapat memantik tingginya angka tawuran dan narkoba?
Selain itu, pendidikan hari ini tak ubahnya sebuah bisnis yang dikomersialisasi. Alhasil hak pendidikan tidak bisa dirasakan oleh seluruh rakyat, banyak anak yang putus sekolah hanya karena tidak mampu untuk membayar SPP atau iuran yang lainnya, belum lagi ketidak merataan fasilitas pendidikan dan tenaga pendidik antara kota dan desa. Ditambah lagi adanya pendidikan vokasi, program ini menjadikan pendidikan mengikuti keinginan para korporasi. Oleh karenanya generasi yang dihasilkan generasi mental pekerja sehingga tidak terbangun daya kreatif dan inovatif pada diri mereka.
Tak bisa dimungkiri di era teknologi yang serba canggih saat ini, tentunya banyak berbagai godaan dan tantangan yang dapat menjerumuskan remaja kepada perilaku menyimpang, waktu mereka cenderung dihabiskan dengan hal hal unfaedah
Maka tidak heran saat ini, banyak remaja yang terlibat kriminalitas, seperi tawuran, pencurian, balapan liar, penyalahgunaan narkoba dan lain sebagainya. Ini semua bisa terjadi sebab faktor lingkungan, keluarga, ketidak pekan masyarakat dan tidak adanya peran negara yang maksimal dalam hal periayahan terhadap remaja sebagai aset
bangsa.
Ini menjadi bukti jelas keberhasilan paham sekularisme yang telah menjauhkan agama dari kehidupan, mengakibatk minimnya para remaja dalam memahami tujuan hidup. Pendidikan agama yang seharusnya lebih diprioritaskan baik dirumah maupun disekolah malah diminimalisir bahkan pemerintah membuat rencana menghilangkan pelajaran agama disekolah-sekolah.
Sehingga jelas, bahwa dalam upaya mengatasi kenakalan remaja tidak cukup dengan penyuluhan yang terbatas hanya dibeberapa sekolah saja. Sementara, bagaimana dengan sekolah-sekolah yang belum teriayah, padahal faktor-faktor pendukung yang dapat melibatkan remaja untuk berbuat kriminal sudah merajalela, salah satunya gadget.
Sebetulnya kejahatan ataupun kenakalan remaja, bukan saja berasal dari pelakunya semata tetapi adanya kesempatan yang terbuka lebar sehingga dengan mudahnya untuk melakukan kriminalitas. Ditambah, aturan yang berlaku saat ini dibuat oleh manusia sehingga mudah berubah-rubah serta tidak adanya hukum yang tegas dan menjerakan. Akibatnya persoalan kenakalan remaja tidak pernah tuntas.
Lain halnya ketika negara memakai sistem Islam. Kenakalan remaja tidak akan pernah terjadi, sebab aturan yang pakai berasal dari sang khaliq dan hukum yang berlaku adalah hukum syara’. Sehingga, setiap individu, masyarakat dan negara dibangun atas dasar ketakwaannya kepada Allah SWT. Maka suasana amar makruf nahi munkar pun akan senantiasa mewarnai interaksi dari ketiga pilar tersebut.
Bahkan, dalam pandangan Psikologi Islam, bahwa penyebab kenakalan remaja adalah kurangnya iman dan ilmu dalam diri dan jiwa remaja itu sendiri sehingga, cepat terjerumus dalam kemaksiatan. Maka, pengeremnya adalah dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Negara Islam pun, akan memberlakukan sanksi tegas bagi para pelaku kemaksiatan, seperti tawuran yang bisa dikategorikan membuat huru-hara dimana sanksinya tidak main-main. Sementara, pelaku bulliying akan dikenakan sanksi qishash. Begitupun, penyalahgunaan narkoba, bukan hanya pemakainya namun juga bandarnya akan dikenakan sanksi berat bahkan bisa sampai dijatuhi hukuman mati.
Dengan demikian, Islam pernah berjaya selama 13 abad dan sudah banyak mencetak remaja-remaja yang Alim, terutama dimasa kepemimpinan Rasulullah SAW seperti Arqom bin Abi Arqom, Salahudin Al Ayubi, Muhammad Alfatih dan masih banyak lagi yang lainnya. Keberhasilan itu dapat dicapai, semata-mata karena Sistem Islam menggunakan aturan yang qoth’i dari Allah SWT dan senantiasa terikat dengan hukum syara’.
Wallahu’alam bissawab.
Views: 10
Comment here