Opini

Kepada Siapa Muslim Rohingnya Meminta Pertolongan?

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis: Fitriani, S.Pd. (Praktisi Pendidikan)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Konflik yang dihadapi oleh muslim Rohingya seolah tiada akhir. Lagi-lagi mereka terombang-ambing di laut, bahkan sekitar 150 pengungsi Rohingya di Aceh Selatan dievakuasi ke daratan setelah nekat berlayar menggunakan kapal kayu dari kamp pengungsian di Bangladesh, karena adanya konflik di Myanmar tempat asal mereka. Muslim Rohingya telah tiba di perairan Aceh Selatan pada Jumat (18-10-2024) dan diketahui oleh nelayan setempat setelah penemuan mayat perempuan di sekitar Pelabuhan Labuhan Haji pada Kamis (17-10-2024).

Penolakan Terhadap Muslim Rohingya

Sebelum tiba di Deli Serdang, mereka berlayar dan bertahan di laut selama 17 hari dengan pasokan makanan dan minuman yang sangat terbatas. Pengungsi Rohingya berlayar ke wilayah Indonesia demi mendapatkan perlindungan. Mereka berharap bisa diterima dan ditampung sementara di Indonesia dan kemudian dikirim ke negara ketiga yaitu Malaysia. Mereka memilih Indonesia karena merasa banyak saudara muslim. Ternyata warga menolak kehadiran mereka di Aceh, meski kebutuhan logistik seperti makanan tetap disalurkan kepada para pengungsi yang tetap berada di atas kapal. Naas kasus Rohingya kini seolah tidak dilirik, kondisi mereka tenggelam oleh pemberitaan gaza dan hiruk pikuk pemerintahan baru.

Kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh dimulai sejak Januari 2019, ketika kelompok pertama mendarat di Sabang dan dikenal dengan sebutan ‘Manusia Perahu’. Sejak saat itu, Aceh telah menjadi tempat pendaratan bagi 41 gelombang kapal pengangkut pengungsi Rohingya, dengan total 6.150 orang hingga 2024.
Dalam beberapa tahun terakhir khususnya pada tahun 2023 dan awal tahun 2024, jumlah pengungsi Rohingya yang sampai di Indonesia meningkat sangat pesat. Sebanyak 274 pengungsi muslim Rohingya yang tercatat datang pada awal tahun 2024.

Bertambahnya kedatangan pengungsi etnis Muslim Rohingya ke Aceh seringkali diwarnai penolakan. Gelombang penolakan terus terjadi di sejumlah wilayah di Aceh, mereka merasa kesal dengan sikap dan perilaku para pengungsi Rohingya yang memberi kesan buruk dan seolah protes dengan pelayanan yang mereka dapatkan dari masyarakat Aceh.

Bahkan penolakan ini juga nampak dari sentimen negatif warganet Indonesia, narasi kebencian dan hoax soal Rohingya marak beredar di media sosial. Pemerintah Indonesia dan masyarakat Aceh menemukan bahwa kedatangan mereka melibatkan jaringan sindikat perdagangan orang. Ada pihak tertentu yang mencari keuntungan dari pengungsian ini. Kepolisian menjelaskan bahwa pengungsi Rohingya membayar Rp100-120 taka Bangladesh (setara Rp14-16 juta) per orang untuk dapat tempat di kapal.

Paham Nasionalisme Faktor Utama Penolakan Muslim Rohingnya

Herman, salah satu pelaku perdagangan orang Rohingya mengaku kepada polisi bahwa ia menerima bayaran dari seorang agen di Malaysia sebesar Rp5 juta per pengungsi. Total ia meraup keuntungan Rp375 juta. Terlepas dari semua alasan penolakan diatas, tentunya kita melihat bahwa faktor utama penolakan terhadap pengungsi Rohingya adalah adanya paham nasionalisme. Ikatan nasionalisme menumbuhkan sikap anti terhadap bangsa-bangsa lain. Sehingga dalam kondisi ini para pengungsi tersebut dianggap sebagai orang asing.

Paham nasionalisme telah membelenggu pemerintah Indonesia sehingga menganggap genosida terhadap kaum muslim Rohingya adalah urusan mereka sendiri dan tidak ada kaitannya dengan Indonesia. Akibatnya, Indonesia tidak menjadi pelabuhan terakhir mereka dan tetap saja hidup terlunta-lunta. Inilah negeri dengan mayoritas muslim, hanya bisa mendata lalu mengirim mereka ke negara-negara lain yang belum tentu juga mau menerimanya.

Jelas ikatan ini sangat lemah, karena tidak mampu mempersatukan manusia secara utuh bahkan meski itu adalah saudara sesama muslim. Kita harus memahami bahwa konflik Rohingya adalah persoalan umat Islam. Oleh karena itu, kaum muslim harus punya kepedulian terhadap mereka dengan berupaya menyelamatkannya. Umat Islam harus tegas menentang adanya upaya genosida terhadap minoritas muslim Rohingya di Myanmar.
Bahkan meski sudah ada konvensi tentang penanganan pengungsi.

Meski Indonesia belum meratifikasi, seharusnya sebagai sesama saudara muslim memberikan pertolongan. Kita harus menerima dan mengurusi mereka. Mereka berhak mendapatkan pelayanan yang baik, bantuan kebutuhan pokok, dan perlindungan dari hal-hal yang mengancam hak hidupnya. Sayangnya, sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan hari ini tidak memberi harapan, pemerintah dan masyarakat menganggap kedatangan mereka di Indonesia akan semakin menambah beban.

Solusi Persoalan Muslim Rohingnya

Muslim Rohingya membutuhkan peran negara sebagai junnah, agar mereka terbebas dari berbagai penjajahan dan kezaliman. Tentu saja peran negara yang dimaksud bukanlah yang menerapkan sistem sekuler kapitalisme sebagaimana saat ini, melainkan sistem Islam yang menerapkan aturan Allah secara menyeluruh dalam kehidupan. Melalui sistem Islam, akan terlahir pemimpin yang bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya.

Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Wallahu a’lam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here