Opini

Kerusakan Remaja, Butuh Peran Penguasa

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Pipik Wulandari (Aktivis Muslimah, Ngaglik, Sleman, DIY)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Kerusakan remaja saat ini semakin terlihat jelas dengan adanya fakta-fakta kenakalan remaja yang semakin merajalela. Salah satu kerusakan yang terjadi baru-baru ini yaitu tawuran yang melibatkan geng motor yang beranggotakan para remaja. Dikutip dari TRIBUN-MEDAN.com, satu orang anggota geng motor ditangkap polisi saat hendak melakukan tawuran di Jalan Durung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan.

WW yang merupakan remaja dibawah umur mengaku menjadi salah satu anggota geng motor Mce boys. Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Janton Silaban menjelaskan bahwa remaja ini bersama teman-temannya berencana melakukan aksi tawuran dengan geng motor lain di Hamparan Perak. Penangkapan remaja tersebut bermula dari petugas melakukan patroli mencegah aksi tawuran dan kejahatan jalanan. Selain itu, di lokasi penangkapan petugas juga menemukan sejumlah senjata tajam. Janton menjelaskan setelah diamankan, pelaku dan barang buktinya langsung diboyong ke kantor polisi guna pemeriksaan lebih lanjut.

Selanjutnya, yang tidak kalah miris nya lagi yang terjadi di daerah Cianjur. Polsek Cidaun Cianjur melakukan tindakan tegas dalam menindaklanjuti laporan masyarakat terkait adanya kelompok geng motor yang diduga hendak melakukan tawuran hingga membuat resah warga setempat (KBRN, Cianjur). Peristiwa tersebut terjadi pada hari Minggu (22/9/2024) sekitar pukul 00.15 WIB di Jalan Raya Cibuntu Desa Cisalak kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. Dari tindak lanjut laporan masyarakat tersebut polisi berhasil mengamankan 15 orang yang diduga terlibat tawuran. Selain itu ditemukan barang bukti senjata tajam dan kendaraan roda dua. Tindakan tegas dilakukan untuk menciptakan situasi aman dan kondusif di wilayah hukum Polres Cianjur, ungkap Kasubsi PIDM Sihumas Polres Cianjur IPDA Muslikan.

Kerusakan Remaja Semakin Tak Terkendali

Masih dengan kerusakan remaja yang saat ini semakin tidak terkendali. Tidak hanya menyoal remaja atau pemuda tawuran, ditambah lagi dengan maraknya miras dan judi online. Semakin menambah lengkap kerusakan demi kerusakan yang terjadi di dunia remaja atau pun pemuda. Tentunya semua orang tua tidak menginginkan anak-anaknya melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Setiap orang tua menginginkan anak atau generasi penerus mereka berkelakuan baik, berakhlak mulia, menjadi sosok yang berbudi pekerti baik bahkan orang tua menginginkan anak dan keturunannya sholih sholihah. Sudah menjadi barang mahal di era saat ini untuk menjadikan anak anak sesosok yg sholih sholihah, bertolak belakang dengan kehidupan saat ini yang seakan menyuburkan tindakan tindakan di luar batas kewajaran remaja.

Remaja yang seharusnya menjadi tonggak generasi penerus estafet peradaban justru sudah kehilangan masa di mana hendaknya mereka menuntut ilmu yang baik, sesuai dengan Islam guna keberlangsungan kehidupan kelak. Mereka kehilangan sosok figur teladan mereka. Sosok atau teladan islami yang kini hanya tinggal cerita bagi mereka bahkan bisa jadi mereka tak mengenal siapa sosok teladan mereka. Berkaca dari kehidupan kegemilangan islam di era Muhammad Al Fatih di usia 11 tahun beliau sudah diutus untuk menjadi seorang gubernur. Sosok Muhamad Al Fatih di usia 21 tahun sudah mampu memimpin pasukan untuk menakluk benteng Konstantinopel.

Sangat berbanding terbalik dengan kondisi pemuda saat ini. Sungguh miris, seharusnya ini menjadi keprihatianan negara dan bagi orang saat ini. Upaya upaya sebagian orang tua yang mendidik anak anak mereka untuk di didik menjadi sosok yang baik terkadang seolah tak berarti. Manakala ketika anak keluar dan bersosialisasi dengan lingkungan mereka tidak mendapat kan kondisi yang kondusif dari kerusakan di luar sana. Tentu ini sangat bertolak belakang dengan cita-cita semua orang tua. Orang tua tidak merasa aman dengan keadaan yang semacam ini. Tidak jarang orang tua mengurung anak anak mereka di karenakan ketakutan akan terkena imbas pergaulan remaja yang sudah rusak. Maka ini justru akan membuat mental anak terganggu karena harusnya mereka bisa berinteraksi dengan lingkungan dengan nyaman dan tentram. Tetapi, malah racun yang didapat. Bukan sebuah solusi yang didapat malah bisa jadi sebaliknya.

Butuh Solusi Tuntas

Akankah negara abai dengan kerusakan yang sudah nyata di depan mata? Sepertinya negara tidak mau ambil pusing dengan keadaan ini. Sudah sadarkah negara bahwa keberlangsungan kehidupan ada di pundak pundak para pemuda saat ini. Sudahkah negara mengambil sikap atau pun kebijakan yang tuntas mengatasi hal ini. Bahkan harusnya ini menjadi problem serius yang memerlukan solusi yang serius dan tuntas.

Kebijakan negara yang dirasakan saat ini hanya lah kebijakan tambal sulam, yang tidak menyentuh akar permasalahan. Solusi yang diupayakan hanya sebatas permukaan saja. Salah satu wujud yang harus diupayakan oleh negara adalah mengembalikan fungsi pendidikan sesuai dengan Islam. Kembalikan fungsi keluarga sebagai pendidik yang utama. Namun, tugas negara pula memberikan fasilitas dan menjaga para kepala rumah tangga nya untuk mendapat kan tsaqofah Islam yang diemban oleh negara. Kalaupun ada keterbatasan dari fungsi keluarga sebagai pendidik utama, sudah sepatutnya negara menyediakan wadah guna memfasilitasi kegiatan belajar mengajar yang berbasis Al-Quran dan Sunnah. Bisa dengan sekolah atau lembaga yang mengedepankan adab dan akhlak syariah Islam. Terciptanya individu manusia seperti inilah muncul sosok yang berkepribadian atau bersyaksiyah islamiyah.

Penerapan sistem Islam kaffah akan melahirkan kesadaran masyarakat terutama pemuda dan remaja untuk tidak melanggar syariat Allah Swt. Dengan konsep akidah Islam, mereka akan takut untuk melakukan hal yang dilarang oleh syariat Islam. Maka, inilah pentingnya fungsi negara untuk memberikan wadah dan penjagaan akidah umat dengan menerapkan aturan Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As Sunah secara totalitas.

Wallahu A’lam Bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here