Opini

Kesejahteraan Rakyat, Terwujud dengan Kemerdekaan Hakiki

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Sriyanti (Pegiat Literasi)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Bupati Kabupaten Bandung Dadang Supriyatna, menghadiri secara langsung upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79 di Lapangan Upakarti, Soreang. Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa, makna proklamasi kemerdekaan bukan hanya moment sejarah semata. Tetapi ada cita-cita pendiri bangsa saat memperjuangkannya. Tema Nusantara Baru, Indonesia Maju merupakan simbol semangat bangsa Indonesia, termasuk Kabupaten Bandung.

Dadang juga mengatakan bahwa bangsa ini, perlu melakukan langkah-langkah percepatan demi kesejahteraan masyarakat dan penyelesaian masalah sentral seperti kemiskinan ekstrim, stunting, ketahanan pangan, inflasi dan sebagainya demi mewujudkan Indonesia Emas 2045. Untuk itu ia sendiri akan menjalankan 5 konsep yaitu peningkatan sumber daya manusia yang profesional dan paham digitalisasi, memahami dan melengkapi big data, melakukan kajian, research and development, serta membentuk instansi yang kuat dan mengelola keuangan dengan baik. Selain itu, ada 13 program yang telah dijalankan secara konsisten dan maksimal seperti intensif guru ngaji, beasiswa bupati dan lain-lain, demi kesejahteraan masyarakat. (HIBAR, 17/09/2024)

Semangat hari kemerdekaan di negeri ini memang begitu tinggi. Berbagai lapisan masyarakat mulai dari rakyat jelata hingga para punggawa istana pun terlibat dalam euforia pesta dan beragam perhelatan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) negeri ini. Pemerintah pun mengusung tema Nusantara Baru, Indonesia Maju agar momen ini dijadikan pendorong untuk bekerja keras dan cerdas membangun bangsa, terlebih dalam menyongsong terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Namun sayang, di tengah gegap gempitanya perayaan HUT kemerdekaan tersebut, negeri ini sebenarnya negeri ini tidak sedang baik-baik saja. Kemiskinan ekstrim, mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan, hutang negara yang makin tinggi, SDA yang dikuasai oligarki dan sebagainya. Selain itu kerusakan generasi pun tak bisa dimungkiri, pergaulan bebas, putus sekolah, narkoba, hedonisme, dan pemahaman rusak lainnya terjadi di tengah kehidupan para remaja. Jika demikian benarkah kita sudah merdeka? Secara fisik bangsa ini memang bisa dikatakan merdeka, karena tidak dalam keadaan diserang.

Namun secara non fisik, Indonesia tengah berada dalam penjajahan yang luar biasa. Dari segi ekonomi negara ini dijajah atas nama investasi, bantuan dan hutang luar negeri. Begitu juga dari sisi ideologi bangsa ini telah tercekoki paham-paham dari kafir Barat seperti sekularisme, liberalisme, kapitalisme dan sebagainya, sehingga kehidupan masyarakat semakin kacau dan sengsara karena dijauhkan dari pemikiran yang benar.

Oleh karena itu berbagai program unggulan yang dilakukan pemerintah saat ini, tidak akan berefek pada terwujudnya Indonesia sejahtera karena upayanya masih bersifat pragmatis, di tengah kerusakan yang begitu beragam. Hari jadi bangsa ini, harusnya dijadikan momen untuk melepas kan diri dari penjajahan non fisik tersebut. Untuk bersegera mewujudkan kemerdekaan hakiki, yang akan membawa pada kesejahteraan kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

Makna dari merdeka hakiki sendiri adalah ketika manusia tidak menghamba pada selain Allah Swt. Ketika sudah merdeka orang beriman akan semakin taat pada penciptanya. Mereka akan menjalani kehidupan sesuai dengan perintah dan larangan-Nya. Berbagai program strategis untuk kemajuan masyarakat, akan dibangun dengan prinsip syariat dan keyakinan bahwa kemandirian hanya akan didapat dengan menegakkan kembali ideologi Islam.

Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan di antaranya adalah, pertama menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh di setiap aspek kehidupan. Baik politik, ekonomi, sosial dan budaya. Untuk menggantikan sistem Barat seperti kapitalisme dan sekularisme, yang menjadi penyebab terciptanya penjajahan. Kedua, menerapkan sistem perekonomian Islam yang berorientasi pada keadilan, pendistribusian kekayaan yang merata di tengah umat, larangan riba, serta pemanfaatan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan. Pengelolaan SDA tidak akan diserahkan pada pihak swasta atau asing, meskipun dengan dalih investasi karena yang demikian akan memberi celah terhadap penjajahan secara ekonomi. Negara akan mengelola secara mandiri untuk kepentingan masyarakat bukan segelintir golongan.

Ketiga, mengusir pengaruh pemikiran, ideologi dan budaya asing di tengah kehidupan rakyat, dengan memperkuat identitas Islam serta menolak paham-paham asing yang rusak dan merusak. Masyarakat akan dididik untuk bangga dengan identitas keislamannya. Keempat, membangun kesadaran politik Islam di tengah umat. Dengan demikian mereka akan mengetahui bahwa, politik dalam Islam adalah sarana untuk mengelola segala urusan rakyat berdasarkan syariat Islam. Sehingga tercipta keadilan dan kesejahteraan. Kelima, menerapkan Islam dalam sebuah institusi pemerintahan. Inilah yang akan menjadi satu-satunya cara mengakhiri segala bentuk penjajahan, serta solusi dari seluruh permasalahan kehidupan, sehingga menjadi berkah bagi seluruh alam.

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al Araf: 96)

Wallahu a’lam bi ash shawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here