Oleh : Salsabillah AP (Aktivis Generasi Peradaban Islam)
Wacana-edukasi.com, OPINI— Kabar duka datang dari Balikpapan, seorang ibu direnggut nyawanya dengan tebasan parangsang anak. Pelaku yang diduga mengalami gangguan jiwa kini masih dalam proses pencarian. Masih di pulau yang sama yakni Kalimantan, tepatnya di provinsi Pontianak juga terjadi pembunuhan yang dilakukan ibu tiri terhadap anaknya.
Kenyataan di atas semakin mempertegas dan selayaknya membukakan mata kita tentang adanya kerusakan multidimensi akibat runtuhnya ketahanan keluarga. Padahal keluarga adalah benteng terakhir bagi anak atau anggota keluarga itu sendiri yang memiliki fungsi memberikan ketenangan, hiburan, candaan, danpendidikan. Berulangnya tindak kriminalitas pembunuhan di tanah air semestinya membuat pemerintah menyadari tentang arti pentingnya ketahanan keluarga. Lantas mengapa malapetaka ini bisa terjadi?
Dipisahkannya Agama dengan Kehidupan
Sebuah peradaban sangat besar dipengaruhi dengan cara pandang manusia tentang hidupnya. Bahwa agama harus dipisahkan dari pengaturan hidup hampir di seluruh negeri kaum muslim menerapkan pemahaman ini, termasuk di negeri+62.
Cara pandang ini sering disebut sekularisme yang memiliki arti memisahkan agama dari aturan hidup, turunan dari sistem kapitalisme. Pengaruhnya sangat besar mensuasanakan banyak umat hari ini memiliki cara pandang hidup bebas berperilaku serta berorientasi dengan kebahagiaan materi, yang tidak jarang berujung menimbulkan banyak malapetaka untuk kehidupan manusia itu sendiri.
Sekularisme-kapitalis banyak mendorong ayah bekerja lebih keras untuk membahagiakan keluarga, bahkan ibu yang seharusnya menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, fungsinya beralih ikut menjadi tulang punggung keluarga. Waktu untuk bermain dan mendidik anak pun akhirnya terpangkas demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Akibat dari penerapan sistem sekuler-kapitalisme, konsekuensinya adalah negara akan selalu berbanding lurus dengan lahirnya kebijakan yang berlepas tangan dari perannya sebagai pengatur urusan rakyat. Gambarannya nampak dari setiap kebijakan yang dibuat. Mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar, kesehatan, pendidikan sampai jaminan kesejahteraan diserahkan kepada individu-individu. Inilah yang mengakibatkan banyaknya kondisi kegilaan yang dialami oleh masyarakat saat ini, karena semuanya harus ditanggung sendiri. Bayaran yang harus diterima juga adalah moral masyarakat yang menjadi buas, yang tidak memiliki rasa enggan untuk membunuh sesama manusia. Sungguh tidak masuk akal!
Turn Back Islam
Kembali menerapkan sistem Islam dalam institusi negara menjadi satu-satunya solusi problematika ketahanan keluarga. Keberadaan keluarga sangat diperhatikan dalam Islam sebab merupakan institusi kecil dalam masyakarat. Dari situlah lahir penerus generasi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan sebuah peradaban. Maka dari itu, negara haruslah hadir dalam memberikan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya, mulai dari kesehatan, pendidikan serta hasil kelola SDA oleh negara dikembalikan untuk kesejahteraan rakyatnya.
Dengan terjangkaunya kebutuhan dasar, kemudahan akses kesehatan dan pendidikan, maka peran ayah dan ibu bisa kembali maksimal menjalankan perannya dalam keluarga. Ayah mencari nafkah tidak terlalu terbebani, ibu bisa maksimal menjadi ummu warobatul bait. Hingga tercipta suasana keluarga ideal yang mampu mencetak generasi kuat, tangguh yang mampu membangun peradaban ke arah yang lebih baik dan mulia (Islam).
Islam mewajibkan negara memiliki peran yang besar untuk menjaga kewarasan masyarakat di dalamnya yaitu menjaga akidah dan memastikan tetap dalam track syariat. Dan negara berhak memberikan sanksi tegas sesuai syara’ terhadap perilaku kriminal apapun itu, termasuk pembunuhan. Sebab nyawa manusia sangat dihargai dalam Islam. Tertuang dalam hadist;
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Inilah bukti bahwa Islam sangat menjaga akal dan nyawa manusia. Sistem Islam juga mewajibkan negara untuk memberikan hukuman berdasarkan syariat Allah yang sudah pasti baik dan adil. Nyawa dibalas nyawa yakni qisas yang diterapkan oleh negara akan mampu membuat masyarakatnya untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan merespon apapun dari manusia lain.
Dengan adanya peran negara berlandaskan sistem Islam yang maksimal, hadirnya ketahanan keluarga niscaya mampu diwujudkan. Peran ayah dan ibu diarahkan untuk menjalankan sesuai perannya hingga lahirnya generasi-generasi cerdas dan berakhlakul karimah bisa dirasakan.
Bukti Empiris di Masa Kejayaan
Sejarah mencatat lahirnya seorang pembebas seperti Shalahudin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih 1453 juga bermula dari keluarga yang mampu mencetak orang-orang pemberani dan takut kepada Rabbnya. Dan tentunya saat itu dunia masih dalam naungan Khilafah Islamiyah, yakni institusi yang menerapkan syariat Islam di level negara. Negara dengan sistem Islam mampu memberikan kesejahteraan untuk seluruh rakyatnya dan menjamin ketahanan keluarga. Negara yang menerapkan Islam kaffah mampu mewujudkan sistem kehidupan keluarga yang baik dan terjaga. Negara akan mewujudkan maqashid syariah, sehingga kebaikan terwujud di dalam keluarga dan juga masyarakat serta negara.
Wallahu a’lam bishowab.
Views: 19
Comment here