Novianti
Industri K-Pop merupakan westernisasi bertopeng Asia yang sedang membantu barat mempertahankan hegemoninya di industri gaya hidup. Media digital sangat berperan dalam prose infiltrasi budaya ini karena media memiliki daya jangkau lebih luas.
Wacana-edukasi.com ——Peluncuran paket Chicken McNugget bernama BTS Meal disambut dengan gegap gempita di beberapa negara. Puluhan gerai McDonald’s diserbu. Produk kolaborasi antara BTS dan McDonald’s ini sudah diumumkan sejak tiga bulan lalu dan memang ditunggu oleh para BTS Army, sebutan untuk pengagum fanatiknya.
Padahal dilihat dari menunya, tidak ada yang spesial kecuali ada saus kesukaan tujuh personal BTS. Meski demikian para BTS Army rela mengeluarkan kocek untuk memperolehnya. Seperti Thereseia Benita yang membeli dua BTS Meal atau Tri Dianti yang membeli hingga tujuh paket sesuai dengan jumlah personel BTS. Sebelumnya, mereka telah membeli aneka cendera mata BTS yang jika ditotal sekitar 3 juta rupiah (kompas.id, 12/06/2021).
Pengalaman membeli dan menikmati BTS Meal lantas diunggah di berbagai media sosial seperti Instagram seolah ingin menegaskan identitas mereka. Jadi yang dikonsumsi sebenarnya bukan menu melainkan citra BTS dan mereka bangga tatkala diakui sebagai penggemar sejatinya.
Persekutuan Kekuatan Cinta dan Industri
Memanfaatkan pamor K-Pop untuk meningkatkan penjualan seperti BTS Meal bukanlah hal baru. Meningkatnya kepopuleran K-POP membuka peluang bagi perusahaan untuk menggaet artisnya sebagai bintang iklan dan brand ambassador produk.
Hasilnya memang dahsyat. Hyundai meraup penjualan mobil dua kali lipat setelah menggandeng BTS. Tokopedia pernah mendaulat BTS sebagai brand ambassador-nya, Shopee juga menggandeng Blackpink dan Gfriend (indonesiana. Id, 18/02/2021).
Para idola memang sengaja dibangun dalam sistem sekuler demi kepentingan industri. Mereka akan datang silih berganti beriringan dengan eksistensi pemuja fanatiknya. Semua gaya hidup mereka secara detail seperti fashion, hobbi akan memicu konsumerisme penggemarnya.
Para pemuja itu rela menguras kantong dengan jor-jor an tanpa mempertimbangkan harga secara rasional. Ini demi sebuah pengakuan dan anak muda adalah sasaran utama karena dianggap kelompok yang sedang mencari identitas diri.
Di era sebelumnya wajah barat mendominasi dalam idol making system (sistem penghasil idola) dan manufacturing star (produsen bintang). Saat ini mereka beralih ke wilayah Timur atau Asia. Ini cara agar industri barat tetap eksis karena anak muda selalu membutuhkan figur segar yang memanjakan mata.
Banyak yang berpendapat gelombang K-Pop merupakan kebangkitan industri hiburan Asia. Padahal K-Pop sebenarnya tidak berakar dari budaya asli Korea. Seorang misionaris Amerika, Henry Gerhard Appenzeller, yang bertugas di Korea pada tahun 1885 adalah pencetus cikal bakal K-Pop. Diawali dari memodifikasi lagu-lagu berbahasa Inggris dengan lirik bahasa Korea. Lagu berlirik campuran antara Bahasa Korea dan Bahasa Inggris ini lalu populer dengan sebutan Musik Changga. Selanjutnya hibrid ini bermetamorfosis menjadi K-Pop (portaljember, 18/0/2021).
Industri K-Pop merupakan westernisasi bertopeng Asia yang sedang membantu barat mempertahankan hegemoninya di industri gaya hidup. Media digital sangat berperan dalam prose infiltrasi budaya ini karena media memiliki daya jangkau lebih luas.
Kolaborasi Restoran McDonald’s dan K-Pop adalah bertemuanya dua kekuatan. Kekuatan industri penjual produk dengan kekuatan cinta pemuja fanatik demi keuntungan para kapital.
Ancaman Bagi Generasi Muslim
Fenemona Army BTS di Indonesia ini tentu mengkhawatirkan. K-Pop kental dengan aroma sekularisasi yang mendudukkan keuntungan, kebebasan, kesenangan dunia di atas segala-galanya.
Bertambahnya jumlah Army BTS adalah sinyal rapuhnya keimanan generarasi muda yang juga berpotensi menimbulkan luka sosial. Di tengah jutaan rakyat sedang kesulitan akibat pandemi, perilaku boros Army BTS seolah kurang berempati terhadap kondisi saudara-saudaranya.
Idola dalam kemasan sistem sekuler kapitalis akan melahirkan generasi rapuh. Tidak paham tujuan hidup, kenikmatan dunia adalah orientasi utama, tidak peduli haram dan halal, kebenaran sudah ditransaksikan dengan keuntungan yang bersifat fana.
Generasi seperti ini hanya akan menjadi sampah peradaban, berfikir tentang hal-hal receh dan abal-abal. Mereka terputus dari karya nyata yang tersimpul dengan kebangkitan peradaban Islam.
Kekuatan Keluarga Menumbuhkan Cinta
Pengidolaan bukan proses yang terjadi seketika. Pencarian sosok idola dimulai sejak dini yang awalnya berasal dari figur terdekat misal orang tua, teman atau guru. Keberadaan idola ini memang dibutuhkan bagi perkembangan anak yang memerlukan figur teladan yang bisa ditiru. Anak akan memilih idola dengan pertimbangan tertentu, umumnya sosok yang dipandang hebat dan menginspirasi.
Seringkali pemilihan idola tidak menghiraukan kepatutan dan standar moral menurut agama. Belum lagi pengaruh faktor lingkungan termasuk media membuat anak bersikap adaptif terhadap sosok yang dianggap hebat oleh kebanyakan. Tak heran, para artis K-Pop begitu dipuja-puja meski jelas perilaku mereka tidak sesuai Islam.
Generasi muda adalah aset bangsa yang seharusnya diproteksi dari informasi yang dapat merusak pemikiran serta mencerabut keimanan. Fenomena Army BTS jangan dianggap sepele karena seorang muslim seharusnya mengidolakan Nabi Muhammad Saw.
Pengidolaan menuntut syarat kehadiran, artinya sosok idola harus dekat dengan kehidupan anak sehari-hari baik langsung maupun tidak langsung. Disinilan peran penting orangtua menghadirkan sosok Nabi Muhammad ke tengah kehidupan anak-anaknya.
Allah SWT berfirman :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (TQS Al-Hasyr [59]: 07).
Ayat ini menegaskan hanya Rasulullah rujukan seorang muslim bagaimana cara menjalani kehidupan, inspirasi dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Kedudukan Rasulullah dengan kemuliaan pribadinya tak akan bisa tersaingi oleh manusia di zaman manapun.
Orangtua bertanggung jawab menanamkan kecintaan pada Rasulullah. Tidak cukup sekadar mengenal nama namun anak harus memahami bagaimana perjuangan dakwah Rasulullah sebagai bukti cinta beliau pada umatnya. Proses ini bisa dilakukan melalui berkisah.
Kisah Menempati Kedudukan Penting dalam Pendidikan.
‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib berkata, “Dulu kami diajarkan tentang (sejarah) peperangan Rasulullah Saw sebagaimana Al-Qur’an diajarkan kepada kami.”
Mengisahkan kehidupan Rasulullah akan menghadirkan lembaran demi lembaran kehebatan manusia mulia. Kehebatan yang tidak ditentukan oleh atribut yang menyertai seperti fashion, makanan favorit,a kemewahan atau jabatan.
Keluarga adalah jalan tumbuhnya kekuatan cinta pada sosok manusia agung yang akan mengalahkan kekuatan cinta yang fana. Meski berabad jarak dan tak pernah berjumpa di dunia, siapapun pasti akan terpesona dan bisa memiliki cinta luar biasa pada Rasulullah. Dengan cinta itu, ia rela melakukan apapun demi membuktikan kesetiannya.
Rasulullah SAW pernah bersabda.”Kapan aku akan bertemu para kekasihku?” Para sahabat bertanya, ”Bukankah kami adalah para kekasihmu?” Rasulullah menjawab,”Kalian memang sahabatku, para kekasihku adalah mereka yang tidak pernah melihatku, tetapi mereka percaya kepadaku. Dan kerinduanku kepada mereka lebih besar.”
Akankah kita dan anak-anak kita termasuk yang dirindukan Rasulullah?
Views: 10
Comment here