Opini

Kezaliman Zionis dan Keprihatinan Dunia

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Retno Purwaningtias, S.IP. (Pegiat Literasi)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Di tengah hiruk-pikuk dunia, jauh di Palestina, suara jeritan dan tangisan mengisi udara yang terbelah oleh dentuman bom dan kekejaman tanpa henti. Gaza, yang kini dihuni oleh lebih dari dua juta jiwa, terus bergulat dengan penderitaan yang tak terhingga. Rumah sakit-rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat berlindung bagi yang terluka malah menjadi sasaran kebrutalan tentara Zionis.

Baru-baru ini, tim medis asal Indonesia yang datang dengan harapan mulia untuk menyelamatkan nyawa dipaksa untuk keluar dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara. Mereka, yang seharusnya membantu menyembuhkan, justru menjadi korban kekejaman, dipaksa meninggalkan tempat penyelamatan hidup bagi para korban serangan brutal Israel. (Inews.id, 6/12/2024)

Tindakan Israel yang mengusir tim medis ini adalah salah satu bukti nyata dari intensi mereka untuk merampas sepenuhnya Gaza Utara, sebuah wilayah yang selama ini menjadi tempat tinggal banyak korban perang yang membutuhkan perlindungan. Tentara Zionis bukan hanya menguasai tanah, tetapi juga mengancam kehidupan dan martabat manusia. Kezaliman ini, yang terus-menerus terjadi, semakin memperlihatkan wajah sistem sekuler kapitalisme yang melindungi dan bahkan membenarkan penjajahan ini, sementara dunia hanya bisa menyaksikan tanpa aksi nyata.

Fakta ini mengingatkan kita bahwa solidaritas yang hanya terwujud dalam bentuk slogan atau kampanye tidaklah cukup. Dunia internasional, terutama negara-negara Muslim, perlu menyadari bahwa kebrutalan yang terjadi di Gaza hanya bisa dihentikan dengan aksi yang lebih besar dan lebih bermakna dari sekadar sorakan atau unjuk rasa. Rakyat Palestina membutuhkan lebih dari itu—mereka membutuhkan tindakan konkret yang dapat mengakhiri penindasan ini, yang hanya bisa terwujud melalui sistem yang memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia.

Sebagai contoh, baru-baru ini masyarakat Aceh menggelar aksi solidaritas melalui “Fun Walk for Palestina,” yang diikuti oleh ribuan warga. Aksi jalan santai ini dilakukan untuk menunjukkan kepedulian terhadap penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina dan mendukung perjuangan mereka. Meski ini adalah langkah positif, aksi seperti ini tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya jalan untuk menghentikan penjajahan. Solidaritas yang hanya terwujud dalam acara santai atau kampanye media sosial tidak akan mampu memaksa Israel untuk menghentikan kezaliman mereka. Perjuangan Palestina membutuhkan lebih dari sekadar simbolis, tetapi tindakan nyata yang mendesak dan dapat mengubah keadaan. (aceh.pikiran-rakyat.com, 1/12/2024)

Dalam Islam, menyelamatkan nyawa adalah kewajiban yang sangat tinggi. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Barangsiapa yang menyelamatkan satu nyawa, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan seluruh umat manusia.” (QS. Al-Ma’idah: 32). Namun, realitas yang kita hadapi hari ini sangat berbeda. Bukan hanya nyawa yang hilang, tetapi juga martabat umat manusia yang diinjak-injak. Gaza bukan sekadar tempat konflik, tetapi cerminan dari kegagalan sistem internasional yang seharusnya melindungi umat manusia dari kezaliman.

Lebih dari sekadar solidaritas, kita harus mempertanyakan sistem yang ada. Solidaritas yang muncul dalam bentuk aksi jalan kaki atau kampanye di media sosial memang penting, tetapi itu tidak cukup untuk mengakhiri penjajahan. Dunia Islam harus bersatu untuk mengubah keadaan ini, dan bukan hanya dalam bentuk pernyataan politik atau diplomasi semata. Negara-negara Muslim harus mengimplementasikan kebijakan yang jelas, solid, dan berani untuk menekan negara penjajah, Israel, dengan cara yang lebih konkret.

Sistem yang berlaku saat ini—sistem kapitalisme sekuler yang mengabaikan keadilan sejati—hanya memperburuk keadaan. Dalam Islam, keadilan tidak hanya diterapkan dalam hukum pidana, tetapi dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari perlindungan terhadap nyawa hingga perlindungan terhadap hak-hak individu. Gaza membutuhkan sistem yang mengedepankan nilai-nilai Islam, yang mampu memberikan solusi jangka panjang dan melindungi umat dari penindasan. Ini bukan hanya tentang mendorong solidaritas, tetapi juga tentang mendorong penerapan sistem yang menegakkan hukum Allah dengan tegas.

Oleh karena itu, solidaritas yang lebih berarti bagi Palestina bukan hanya dalam bentuk pernyataan, tetapi dalam bentuk tindakan nyata untuk mengakhiri penjajahan ini. Umat Islam harus kembali kepada penerapan Islam secara kafah, sebuah sistem yang menjamin keadilan bagi seluruh umat manusia. Dengan demikian, kita tidak hanya menghentikan penjajahan Israel, tetapi juga menegakkan sebuah tatanan dunia yang adil, yang berlandaskan pada hukum-hukum Allah yang tak terbantahkan.

Sekarang adalah saatnya untuk bertindak. Solidaritas hanya akan berarti jika diikuti dengan langkah konkret yang dapat mengakhiri penjajahan dan membawa keadilan bagi Palestina dan seluruh umat Islam di dunia. Jangan biarkan Gaza terus menjadi simbol dari kegagalan kita untuk bertindak, tetapi jadikan itu sebagai awal dari perjuangan untuk sebuah perubahan nyata—perubahan yang hanya dapat terwujud melalui penerapan sistem yang berlandaskan pada wahyu Allah, sistem yang memberikan perlindungan kepada setiap umat manusia.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here