Oleh: Soelijah W. (Aktivis Muslimah)
Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA— Khilafah Utsmani sebagai pusat kesatuan pemerintahan Islam terakhir dihapuskan oleh Mustafa Kemal pada 3 Maret 1924. Apa yang dilakukan Mustafa Kemal telah membuat kesatuan kaum muslimin yang terkenal digdaya dalam rentang waktu 1.400 tahun sejarah peradaban manusia menjadi terpecah belah. Berganti bentuk negara bangsa, saling terasing bahkan saling tikam tanpa bisa menolong satu dengan yang lain saat saudara se-akidah mereka terzalimi.
Cahaya penuh rahman rahim, damai, harmonis dalam kepemimpinan Rasul Muhammad SAW, di mana kehadirannya senantiasa disambut dengan Thalaal Badru ‘Alaina. Nabi sekaligus rasul pembawa rahmat bagi seluruh alam yang tergambar nyata dalam model terbaik kepemimpinannya melalui berdirinya Daulah/Negara Islamiyah pertama di Madinah. Kemudian berlanjut dalam bentuk kepemimpinan Khilafah yang melalui beribu-ribu masa, pada akhirnya redup, hilang dan lenyap dari benak kaum muslimin.
Umat Islam tak lagi mengenal Nabi Muhammad SAW secara utuh yang berperan sebagai utusan Allah SWT, penyempurna Agama Allah (Kitabullah Taurat, Zabur, Injil) dan penutup masa kenabian. Allah SWT meridhoi Islam dan paripurna agama Islam yang diturunkan untuk Baginda Nabi SAW sebagai pengatur manusia, baik ruhiyah dan solusi menyeluruh atas problematika kehidupan yang meliputi pergaulan, ekonomi dan pemerintahan dalam negeri serta luar negeri. Hal ini tak lagi dipahami dan dipegang teguh. Ter-amputasi hanya sebagai pengatur ibadah dalam rukun Islam. Sementara dalam hal solusi kehidupannya, umat Islam justru mengambil aturan dari akidah Kapitalis Sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Hukum diambil berdasarkan kepentingan dan hawa nafsu semata. Jadilah kemudian kegelapan, keterpurukan tak berujung, penderitaan tak terperi dan kehinaan yang amat sangat melanda kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.
Memasuki awal Rabiul Awal 1446 Hijriah/ 2024 Masehi, seratus tahun (1924 M – 2024 M) setelah sistem Islam dalam bentuk Khilafah dihancurkan Mustafa Kemal dan diganti dengan sistem Kapitalis Sekuler, sistem yang telah membawa kerusakan luar biasa. Jelang peringatan maulid nabi SAW, sosok role model paling mulia, kekasih Allah SWT yang dicintai baik bangsa jin maupun manusia, beliau yang maksum, penyelamat, pemberi syafaat, hari kelahiran beliau disambut dengan gegap gempita. Kaum muslimin larut dalam berbagai perayaan antara lain menggemakan shalawat. Namun, mereka lupa untuk mengambil teladan kepemimpinan Rasulullah SAW dalam pengaturan negara yang menerapkan seluruh syariah/aturan Islam.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Daulah Islam pada bab Struktur Daulah Islam, menuliskan bahwa:
Rasul SAW telah menegakkan sendiri dengan kesungguhan, struktur Daulah/Negara Islam dengan sempurna. Negara Islam memiliki kepala negara. Kepala Negara/Khalifah memiliki para mu’awwin (pembantu/penolong), sesuai sabda Rasulullah SAW: “Dua orang pembantuku dari langit adalah Jibril dan Mikail dan dari bumi adalah Abu Bakar dan Umar (Hadits riwayat Al Hakim dan Tirmidzi), para wali, para qadhi, militer, kepala biro/menteri, dan majlis syuro. Semuanya ada dalam penjelasan yang mutawatir.
Umat sangat butuh disadarkan dengan ikhtiar tanpa henti akan pentingnya keterlibatan aktif dalam dakwah yang menjelaskan dengan tepat Rasulullah SAW sebagai uswatun hasanah dalam semua aktivitas. Sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surah Al-Ahzab 21: ” Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah”.
Hingga janji Allah SWT terbukti, Khilafah ala minhaji nubuwwah terwujud kembali di muka bumi. Islam akan selalu menjadi pelita, pembawa kemuliaan keseluruh penjuru alam semesta.
Wallahu’alam bishshawwab.
Views: 3
Comment here