wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA — BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area) sedang digelar megah di Kalimantan Barat. Sebagai salah satu kerja sama ekonomi sub regional yang dibentuk pada tahun 1994 dengan tujuan utama meningkatkan kerja sama ekonomi dan integrasi di antara wilayah anggotanya dan Kerja Sama Ekonomi Sub Regional (KESR) merupakan forum kerja sama ekonomi antar wilayah lintas negara yang berdekatan secara geografis.
Terminal Kijing, Pelabuhan Pontianak menjadi salah satu sasaran investasi oleh para delegasi pertemuan kegiatan BIMP-EAGA 2022. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar Horisson di Pontianak Ia pun mengatakan bahwa Terminal Kijing yang terletak di Kabupaten Mempawah itu sudah beroperasi. Pelindo sudah menyiapkan 130 hektare lahan untuk menunjang Kijing (Kalbar.genpi.co, 18/11/2022).
Saat ini, persiapan BIMP-EAGA sudah hampir 100 persen, tinggal menunggu kedatangan para delegasi ke Kalbar. Kalbar bakal memasarkan produk-produk ekonomi kreatif, UMKM dan hasil hutan nonkayu. Selain itu, potensi-potensi yang ada di Kalbar juga turut dipasarkan. Ia menambahkan bahwa BIMP-EAGA ini merupakan kesempatan kami untuk memasarkan potensi daerah yang dimiliki, salah satunya Pantai Temajuk.
Alih-alih akan membawa multiplier effect pertumbuhan ekonomi di Kalbar, perhelatan BIMP-EAGA ini hanya akan membawa angin segar pada satu sektor saja yakni sektor ekonomi pariwisata. Memperkuat solidaritas dalam hal yang selama ini justru merugikan Indonesia. Karena untuk mengalihkan kegiatan ekonomi dari ekstraksi sumber daya ke tingkat pemrosesan dan produksi bernilai tambah yang lebih tinggi, dengan fokus pada industri yang mengadopsi teknologi bersih dan hijau. Indonesia hanya akan bermain pada SDA mentah, industri sering bahkan hanya didominasi oleh pihak swasta dan asing.
Inilah paradigma pembangunan yang kapitalistik. Pertumbuhan industri menjadi “dewa” dalam perekonomian. Padahal, tingginya industri yang dibarengi dengan investasi tidak seiring dengan terciptanya lapangan pekerjaan. Begitupun pertumbuhan ekonomi nyatanya tidak berkorelasi positif dengan kesejahteraan masyarakat.
Semestinya, umat Islam dunia merapat dalam satu barisan, kemudian mengacu pada aturan syariat Islam kafah yang telah terbukti secara empiris berhasil mewujudkan tatanan ekonomi dunia yang stabil dan produktif. Dalam sistem ekonomi Islam, sistem keuangannya berbasiskan sistem ekonomi nonriba. Justru dengan menghilangkan riba pada perekonomian dunia, peradaban Islam dalam Khilafah yang berhasil mewujudkan sistem ekonomi yang melejitkan produktivitas ekonomi manusia.
Yeni
Pontianak-Kalbar
Views: 7
Comment here