Oleh Roida Erniawati
(Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com, OPINI– Perkembangan teknologi di dunia digital mampu membuat wadah sarana yang dapat digunakan untuk eksis di dunia maya. Namun di kalangan penggunanya banyak memanfaatkan media tersebut untuk meng-upgrade dirinya dengan konten yang tak seharusnya dipertontonkan ke khalayak umum yang bertujuan mencari sensasi agar menarik perhatian publik. Memanfaatkan tekhnologi media yang hanya bisa dilakukan di rumah dan kapan saja mampu menghasilkan pendapatan, akhirnya banyak netizen yang tertarik nyemplung ke angan-angan yang menggiurkan. Kalau menurut situs Influencer Marketing menyebut, pendapatan dari YouTube yang dilihat satu juta kali dapat berkisar antara $1,000 hingga sampai $10,000, atau setara Rp15.000.000 hingga Rp150.000.000. Itupun baru masih satu aplikasi YouTube, belum terhitung aplikasi yang lainnya. Ada yang mengejutkan lagi, kalau konten ternyata bisa dijadikan wadah jaminan utang Bank. Semakin banyak viewersnya semakin besar pula nominal peluang hutang yang ditawarkan oleh Bank.
Dengan cara seperti inilah, mereka terpikat ingin terjun ke dunia media berharap dapat meraih kekayaan secara instan yang membuat mereka terlena dan lupa akan tentang jatidirinya.
Apapun mereka lakukan agar mendapatkan yang ia inginkan tanpa memandang nilai standar halal haram dan benar salahnya suatu perbutan. Mereka hanya terbudakkan oleh nafsu semata untuk memuaskan syahwatnya. Menggadaikan waktu, tenaga, pikiran yang tersita, bahkan nyawa pun siap jadi taruhannya.
Sebut saja kasus kemarin telah menimpa tewasnya anak masih dibilang remaja yang dilansir dari detiknews.com bahwa seorang wanita berinisial W (21) tewas tergantung di rumah kontrakannya di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar). W tewas saat membuat konten melalui panggilan video atau video call dengan teman-temannya.
“Kalau sebab kematiannya gantung diri, tapi kalau kata keterangan dari saksi, dia (korban W) itu lagi bikin konten gantung diri, gitu,” kata Kapolsek Leuwiliang Kompol Agus Supriyanto, Jumat (3/3/2023).
Kasus tadi mempunyai niat membuat konten untuk mendapatkan sebuah pujian dari teman malah berdampak nyawa hilang melayang. Perilaku seperti ini sejatinya tak layak dipertontonkan ke masyarakat karena cara taraf berpikirnya sangat rendah, itulah gambaran potret pola berfikirnya masyarakat termasuk di kalangan pemuda yang tak layak ditiru. Dikala mereka sedang gencar-gencarnya ingin viral atau mencari keuntungan karena termotivasi dari orang-orang yang sukses lewat konten kreatornya, malah mereka dikejutkan dengan semua konsekuensinya yang tak terduga.
Hidup merupakan sebuah perjalanan untuk menjalankan semua amanat peraturan yang akan menjadikan jatidirinya menjadi terarah. Bukan malah memunculkan eksistensi diri untuk sebuah pertunjukan yang akan membuat kita menjadi kalah dalam pengontrolan diri yang berakibat kesalahan dan malu untuk menanggungnya. Islam mengajarkan kita bersikap bijak dalam perbuatan yang standarnya hanya kepada keridhaan Allah semata. Hasil dari didikan sistem yang rumit ini akan menjadikan malapetaka sendiri bagi pengembannya. Sistem yang gagal tidak akan mampu melahirkan sosok individu yang bermental kuat dan berilmu karena semuanya berpusat pada sistem, dimana sistemnya bagus maka akan menghasil produk yang bagus pula. Sistem ini hanya memberi peluang kesuksesan untuk siapa saja yang berani tampil memuaskan keinginannya tanpa mempedulikan norma-norma yang ada. Jadi standar kesuksesan di kacamata sistem ini hanyalah mengeruk materi finansial saja. Sementara dalam kacamata Islam mempunyai pandangan sendiri mengenai arti dari kesuksesan. “Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” (Manaqib Asy Syafi’i, 2/139). Kesuksesan menurut Islam sejatinya kebahagiaan yang menyelimuti hati yang tenang, terpaut dengan Al-Qur’an. Allah-lah satu-satunya tujuan kesuksesan yang nyata.
Hanya orang berilmu dan bertaqwa saja yang mampu menuntun pada kesuksesan dan keselamatan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (TQS Al-Mujadalah: 11). Menurut Imam As-Syaukani bahwasanya Allah akan mengangkat beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, mengangkat beberapa derajat orang-orang yang berilmu dari orang-orang yang hanya beriman. Maka barang siapa yang menggabungkan antara iman dan ilmu dalam aplikasi kehidupannya maka Allah mengangkatnya beberapa derajat karena imannya lalu Allah mengangkat derajatnya karena ilmunya.
Allah menciptakan manusia pasti satu paket dengan potensinya. Kita sebagai makhluknya mempunyai peran penting dalam kehidupan, namun terkadang kita sendiri disibukkan dengan dorongan eksistensi yang tidak jelas sehingga lupa potensi dan peran kita ada dimana. Islam mempunyai aturan sistem yang sangat unik. Aturan yang sangat jelas menuntun penganutnya dalam arahan yang shahih. Berarti hanya Islam sebagai jawaban tuntas permasalahan di benak umat, tidak ada yang lain. Islam mewajibkan menuntut ilmu atas setiap muslim karena ilmu mampu menjaga hatinya, tetapi kalau harta malah kita repot yang menjaganya dan membuat kita lalai dan keras kepala. Tidak ada kata berhenti untuk terus berilmu (belajar) karena skill yang kita hadapi selalu berkembang dan beradaptasi. Melalui proses belajar kita bisa merasakan progres yang kita asah yang akan memunculkan sebuah peluang kebangkitan. Ingatlah peluang itu hanya datang pada orang yang mempunyai kesiapan, apakah andalah orang itu?
Views: 22
Comment here