Oleh: Ninis ( Aktivis Muslimah Balikpapan )
Wacana-edukasi.com — Gelombang Korean wave sedang melanda dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Apa saja yang ” berbau ” Korea digandrungi masyarakat terutama remaja. Bagi remaja, sosok idola tak hanya dikagumi; juga akan ditiru gaya, penampilan, bahkan perilakunya.Mulai dari bahasa, makanan, kosmetik, pakaian, K-Pop, Drakor, lifestyle para idola Korea pun tak luput untuk ditiru. Sampai-sampai Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin berharap tren Korean Pop atau K-Pop dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia. Ia berharap anak muda lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke dunia internasional. “Maraknya budaya K-pop diharapkan juga dapat menginspirasi munculnya kreativitas anak muda Indonesia dalam berkreasi dan mengenalkan keragaman budaya Indonesia ke luar negeri,” kata Ma’ruf Amin dalam keterangannya untuk peringatan 100 tahun kedatangan orang Korea di Indonesia, Ahad (20/9/2020).(tirto.id).
Hallyu atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia sejak tahun 1990-an. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea. (Wikipedia).
Pertanyaannya benarkah K-Pop dan Drakor menginspirasi agar anak muda berkreativitas? Kreatifitas dari sisi apa? Bisa menyanyi, joget-joget, main drama, halu, gaya hidup hedonis, labil, menyelesaikan masalah dengan minum Soju atau bunuh diri?
Apakah juga bisa dipastikan ketika K-Pop dan Drakor sudah menginspirasi generasi, maka orang Korea juga akan ke Indonesia akan mengkampanyekan budaya Indonesia di kancah internasional? Sungguh alasan yang tidak logis. Yang ada justru malah sebaliknya.
Layak kah Korean wave jadi panutan?
Korean Pop atau K-Pop merupakan salah satu jenis lagu yang saat ini memiliki banyak penggemar militan, termasuk di Indonesia. Tak jarang, penggemar rela melakukan hal konyol demi idolanya. Contohnya adalah Kim (23) yang rela menunggu lebih dari 15 jam, hanya untuk melihat boyband EXO berjalan di karpet merah beberapa menit saja. (INDOZONE.ID).
Menurut WHO, angka bunuh diri di Korea Selatan merupakan salah satu yang tertinggi. Korea Selatan berada di peringkat 10, dan pada 2012 bunuh diri merupakan penyumbang kematian tertinggi keempat di Korea Selatan.
Bunuh diri dipilih masyarakat Korea, karena mereka percaya setelah meninggal dunia akan mendapat tempat yang lebih baik atau terlahir dengan hidup yang lebih menyenangkan. Menurut kepercayaan mereka, butuh waktu lama bagi mereka yang sudah meninggal dunia untuk kembali menjadi manusia normal. Bukan satu tahun, dua tahun, sepuluh tahun, atau seratus tahun. Tapi tak terhitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk reinkarnasi. (liputan6.com).
Aksi bunuh diri ini juga menghinggapi dunia entertainment Korea. Di balik romantisme, keceriaan, dan paras menawan para artisnya, dunia entertainment Korea Selatan ternyata menyimpan banyak sisi kelam sang artis. Sedikit kesalahan yang mereka buat maka fatal akibat yang akan diterima. (Detik.hot).
Tak ayal bunuh diri pun akhirnya ditiru para fans K-Pop untuk lari dari masalah, hal ini terjadi pada Melisa, ia dikabarkan bunuh diri dengan cara menembakkan pistol milik sang ayah langsung ke kepalanya. Diduga sang ayah sangat membenci sikapnya yang sangat menganggumi K-Pop. (Zona.Jakarta)
Na’udzubillah min dzalik lantas layakkah Korean wave ini menjadi panutan? Kehidupan yang mereka sandarkan pada paradigma sekulerisme yaitu memisahkan agama dalam kehidupan. Serta kehidupan yang serba materialistik yang “menghamba” pada kesempurnaan fisik, gaya hidup bebas, kesenangan dunia namun kering jiwanya. Demi tuntutan industri dan peran wajar jika mereka rentan stress, depresi dan berujung bunuh diri karena juga marak bullying. Sungguh tidak patut generasi saat ini menjadikan K-Pop dan Drakor sebagai panutan mereka.
Korean wave penyumbang devisa negaranya
Di masa Pandemi pun, K-Pop mampu bertahan yang lain mungkin mengalami penurunan, atau sebagian telah menghentikan perjalanan, konser, dan pertemuan penggemar. Tapi popularitas Hallyu terus melonjak atau Gelombang Korea tetap eksis. Sebut saja SM Entertainment, salah satu dari tiga agensi hiburan terbesar Korea Selatan, bekerja sama pada bulan Mei dengan raksasa telekomunikasi SK untuk mengubah pengalaman konser langsung ke ruang tamu para penggemar.
“COVID-19 telah membuka peluang baru bagi Hallyu Korea untuk berkembang dan tumbuh lebih jauh,” kata Kim Hun-sik, seorang kritikus budaya pop di Seoul Korea Selatan, seperti kebanyakan pemerintah, sedang mencari cara untuk menghidupkan kembali ekonomi yang dilanda virus corona. Untuk mempromosikan Hallyu, kementerian keuangan akan menyiapkan dana US $ 585 juta dalam anggaran tahun depan. Angka itu, yang diumumkan pada Senin (7 September), merupakan lonjakan 43 persen dari alokasi tahun 2020. Untuk mengantisipasi pandemi dan tindakan jarak yang menyertainya hingga tahun depan, sebagian dari anggaran Hallyu akan digunakan untuk membantu band K-pop mengadakan konser online.
Tidak hanya K-Pop, Drakorpun telah muncul sebagai pokok hiburan rumah. Sebuah survei di Indonesia awal tahun ini menunjukkan bahwa sekitar 73 persen orang yang disurvei mulai menonton drama Korea setelah pandemi melanda negara itu pada Maret. (Lifestyle.bisnis).
Wow, angka yang fantastis bukan? Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah Korsel menjadikan K-Pop dan Drakor sebagai pemasukan utama negara. Walhasil segala merchandise yang berkaitan dengan sang idol pun laris manis dipasaran sehingga pundi-pundi uang pun mengalir ke devisa negara. Tidak cukup itu merekapun berhasil mengekspor budaya rusak yang dicontohkan para idol-idolnya keseluruh dunia melalui Korean wave tanpa disadari generasi muslim. Astaghfirullah.
Islam adalah panutan terbaik
Allah sudah menyatakan di dalam Al Qur’an, bahwa umat Islam adalah umat terbaik diantara manusia. Predikat ini tentunya sudah cukup menjadikan umat Islam bangga akan jati dirinya sebagai seorang muslim tanpa perlu mencari panutan diluar dari islam dan bangga dengan lifestyle mereka . Sebagaimana firman Allah: ” Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. ( Q.S. Ali-‘Imran:110 ).
Sudah sepatutnya generasi muslim lebih dikenalkan dengan ajaran agamanya, aturan Allah agar mumpuni dalam agamanya (Faqqih fiddin) sehingga tidak mudah “membebek” pada segala sesuatu yang tren padahal itu bertentangan dengan Islam. Selain itu generasi muslim harusnya bangga mengkampanyekan lifestyle Islam yang memiliki pribadi yang kuat, tidak labil, mampu mencari menyelesaikan permasalahannya sesuai aturan Allah. Sehingga tidak mudah depresi ataupun bunuh diri dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.
Peradaban Islam tidak kehabisan sosok idola yang bisa menginspirasi generasi muslim. Mereka tidak hanya mumpuni dalam agamanya namun juga menjadi pejuang islam. Catat saja ada Usamah bin Zaid adalah seorang pemberani. Akhlaknya sungguh mulia, Lemah lembut. Pada siang hari bagaikan singa yang berjuang. Pada malam hari menangis di hadapan Tuhannya. Ada pula Muhammad al-Fatih. Pada usianya yang masih 21 tahun berhasil memimpin pasukan menaklukkan kota Konstantinopel. Ketika Islam diterapkan secara keseluruhan dalam bingkai khilafah bukan suatu keniscayaan terwujudnya Islam rahmatan Lil Alamin yang terbukti melahirkan generasi-generasi terbaik.
Wallahu a’lam bi showab.
Views: 47
Comment here