Tabligul Islam

KRI Nanggala-402 Berlayar di Keabadian

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Opa Anggraena

Duka mendalam bagi Indonesia. TNI resmi menyatakan KRI Nanggala-402 tenggelam (subsunk) setelah sebelumnya dinyatakan hilang kontak ( _submiss_). Kapal selam TNI AL itu tenggelam di kedalaman 850 meter di perairan Bali Utara. (Warta Ekonomi.co.id 25/4/2021).

Perlu Perhatian Khusus Perawatan Berkala Alutsista

Duka yang mendalam di tengah Ramadan. Semua masyarakat mendoakan kebaikan bagi para awak kapal. Kini KRI Nanggala-402 telah berlayar di keabadian. Menjadi yang pertama tenggelamnya kapal selam di Indonesia tentu membuat semua merasa kan kesedihan yang mendalam.Tidak hanya keluarga, kerabat yang ditinggalkan, bahkan duka itu sampai pada kita sebagai masyarakat Indonesia. Ini harus menjadi PR besar negara, menjadi evaluasi dan pengingat bagi negara bahwa memprioritaskan alutsista sangatlah penting bagi negara maritim seperti negeri kita.

Apalagi KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam kebanggaan Indonesia yang sudah berusia 42 tahun, cukup tua. Meskipun usianya tua, ia masih dianggap tangguh berlayar menjaga kedaulatan laut Indonesia padahal kalangan pakar maritim menilai batas usia pemakaian kapal selam adalah 25—29 tahun. Berdasarkan kondisi ini, tentu perlu ada perawatan secara berkala. Faktor usia alutsista sangat memungkinkan berpengaruh besar terhadap kinerja alat itu sendiri saat dioperasikan. Maka perlu perhatian khusus terhadap alutsistanya. Sebab jika negara salah memprioritaskan dan tidak fokus memperhatikan kebutuhan militer nyawalah yang menjadi korban dan sistem pertahanan indonesia menjadi lemah. Padahal, tentara kita tentara yang tangguh.

Memang anggaran untuk pengadaan dan perawatan alutsista yang dibutuhkan sangat besar. Inilah yang menjadi problem besar negara Indonesia karena anggaran pemasukan kurang dan justru belum memadai. Maka dampaknya, akan ada korban dari prajurit yang terlatih diremehkan oleh musuh dan bisa menjadikan negara ini menjadi ajang kepentingan negara besar. Padahal, negeri ini kaya akan SDA-nya hanya saja negara tidak mampu mengelolanya secara mandiri. Jika saja negara mampu mengelolanya secara mandiri tanpa mengandalkan campur tangan asing. Maka anggaran pendapatan negara lebih dari cukup untuk membangun sistem pertahanan yang hebat. Selain masyarakat dan individu, negara menjadi pilar yang paling utama dalam mewujudkan sistem ketahanan yang kokoh bagi suatu bangsa. Maka negara harus serius dan fokus pada kebijakan yang akan dikeluarkan termasuk tentang kebijakan pengeluaran anggaran yang paling urgen untuk diutamakan.

Islam Mampu Mengatasi Problem Anggaran Penyediaan Alutsista

Anggaran yang menjadi problem besar pengadaan alutsista negara dalam Islam mampu teratasi. Dalam Islam, anggaran negara bersumber dari baitul mal.  Inilah yang menjadi pemasukan dan pembelanjaan negara yang utama. Sumber pemasukannya terdiri dari bagian fai’ dan kharaj ( ghanimah, jizyah, kharaj, fai’, dharibah); bagian kepemilikan umum (minyak, gas, listrik, pertambangan, serta kekayaan alam yang menjadi milik umum); dan bagian sedekah (zakat mal, ternak, dll. Dengan sumber pemasukan tersebut negara tidak akan kesulitan melakukan pengadaan alutsista atau membangun infrastruktur juga lainnya.

Dalam struktur pemerintah Islam, memiliki departemen perang, mirip dengan kementerian pertahanan. Departemen ini menangani semua urusan yang berhubungan dengan angkatan bersenjata seperti pasukan, logistik, persenjataan, peralatan, amunisi, dan sebagainya; juga menangani akademi militer, misi militer, serta pemikiran Islam dan pengetahuan umum apa saja yang wajib dimiliki oleh tentara.

Negara Islam pun akan membangun sistem perindustrian sendiri, baik yang berhubungan dengan industri berat termasuk di dalamnya industri alutsista yang mendukung penguatan militer negara. Sebab jika negara belum mandiri dalam membangun industri pertahanan, maka ketergantungan terhadap impor alutsista dari negara lain tidak akan pernah hilang. Itu akan berbahaya, membeli senjata dari negara lain berisiko negara pengekspor akan memahami sisi lemah dari alat tersebut.

Dalam Islam, tidak sulit melahirkan sosok ilmuwan cerdas, unggul, dan berakhlak mulia karena SDM yang ada akan didukung oleh negara secara penuh mulai dari penyediaan sarana dan prasarana yang akan menunjang dan mengokohkan kecerdasan sains dan keilmuan para cendekiawan agar bisa diberdayakan dengan baik. Sehingga para ilmuwan bisa membantu dan berkontribusi dalam membangun sistem pengokoh di suatu negara. Juga dalam pengelolaan SDA, konsep Islam negara harus mampu mengelolanya secara mandiri tanpa campur tangan asing. Jika dalam konsep Islam negara mampu melahirkan SDM yang berkualitas maka akan secara otomatis para SDM itu mampu membantu negara dalam mengelola SDA dengan baik, sehingga semua masyarakat akan ikut menikmati hasilnya dan menjadi pendapatan yang paling utama bagi negara.

Konsep Islam seperti ini akan mampu membangun sistem pengokoh suatu negara. Apalagi? Lantas, masih ragukah untuk mengambil islam menjadi solusi kehidupan? Islam adalah aturan yang datang dari Sang Pencipta Alam Semesta, Pemilik Bumi ini termasuk Nusantara, aturan-Nya akan membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia. InsyaAllah.

Wallahu’ a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 35

Comment here