Opini

Kriminalitas Makin Kronis, Butuh Solusi Komprehensif

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Nadia Ummu Ubay (Pendidik, Aktivis Dakwah)

wacana-edukasi. Com, OPINI— Kurun waktu belakangan ini banyak kejadian yang sungguh miris untuk dilihat dan dibaca. Betapa tidak, berita yang tidak hanya satu dua kasus, namun banyak kasus yang masuk dalam kriminalitas.

Pada Jum’at (3/5), polisi menetapkan seorang suami di Dusun Sindangjaya, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, inisial TR yang memutilasi istrinya YN, berdasarkan saksi dan olah tempat kejadian perkara. Motif pelaku masih ditelisik termasuk perihal kejiwaannya, namun memang ada persoalan ekonomi sebagai penyebabnya, tutur AKBP Akmal Kapolres Ciamis.(Republik.co.id, 3/5/2024 )

Bukan hanya itu ternyata kasus dengan pembunuhan terjadi pula di Bali. Tepatnya di Jalan Bhineka Jati Jaya, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, di sebuah indekos seorang pria AAP (20) membunuh perempuan Pekerja Seks Komersial berinisial EA (23). Kejadian berawal dari ketidaksepakatan antar pelaku dan korban sehingga pelaku emosi dan spontan membungkam mulut korban dan menikam tubuh korban membabi buta hingga tewas. Kapolresta Depasar Kombes Pol. Wisnu Prabowo mengatakan korban dimasukkan ke dalam koper dan dibuang di semak-semak berlokasi di Jembatan Panjang, Jimbaran, Kuta Selatan. (cnnIndonesia.com, 05/05/2024)

Kehidupan Penuh Tekanan, Kapitalisme Menumpulkan Keimanan

Betapa pedihnya rentetan kejadian yang sangat tragis tersebut. Mungkin beberapa kasus saja yang berhasil dan terblow-up media, bagaimana dengan kasus lain yang sama tragisnya namun tidak ada penanganan segera. Tak ada pula efek jera bagi pelaku khususnya dan orang awam pada umumnya agar tidak terpicu dengan yang sama.

Latar belakang pemicu penyebab kejadian tersebut selain masalah ekonomi juga masalah harga diri. Betapa orang-orang ini hidup penuh dengan tekanan berbagai sisi.

Jiwanya selalu memberontak untuk diakui dan dihormati atau keberadaannya harus terlihat, pemenuhan eksistensi dirinya melambung tinggi.

Pemenuhan kepuasan jasmani, jika tanpa arahan dan batasan maka akan melakukan segala hal dengan apapun caranya. Asal terpuaskan. Tentu pada akhirnya akan berpengaruh pula pada pengendalian emosi.

Emosi ketika tidak mampu dikendalikan akan merusak akal sehat dan jauh daripada jalan pikir yang benar. Insiden pembunuhan atas dasar pemicu emosi yang tidak terkendali bisa saja terjadi.

Ditambah dengan kondisi hari ini yang tidak banyak orang bisa mampu memenuhi hajat dan kebutuhan primernya. Sangat susah sekali bertahan hidup, bahkan memikirkan kehidupan esok dirinya sendiri saja sudah lelah luar biasa.

Himpitan demi himpitan ini, semakin memicu berbagai persoalan lainnya. Termasuk tindakan kriminalitas yang marak terjadi akhir-akhir ini, beralasan dengan kondisi ekonomi yang mendesak.

Tidak bisa dipungkiri memang, hidup dengan nominal harga yang tidak murah untuk sekedar makan saja, sungguh perjuangan yang luar biasa. Padahal kita hidup di negara yang memiliki pemimpin, serta segala yang tersedia di alam semesta ini. Namun tidak bisa dinikmati setiap orang.

Biaya hidup tinggi, persaingan sengit, gaya hidup yang menghimpit, belum ditambah kebutuhan sekunder yang ternyata juga memaksa mereka harus memilikinya. Perkembangan teknologi yang tidak seimbang dengan perkembangan zaman dan ekonominya.

Banyak orang merasa tersisih berbeda dengan gaya hidup orang lain, merasa rendah, sehingga memaksa menerima tekanan dan merusak akal serta jiwa secara spontan.

Pendidikan yang harapannya bisa mencetak generasi atau orang-orang yang berhasil, membentuk pola pikir yang melejit dan penuh dengan kematangan berpikir ternyata tidak bisa dinikmati dan tidak mampu menghasilkan output dari pembentukan melalui pendidikan itu sendiri.

Selain tidak ada bantuan pemerintah lagi, banyak pendidikan yang mahal, lebih mahal dari kebutuhan pokok. Hingga akhirnya orientasi pendidikan beralih kepada orientasi keuntungan materi.

Hingga peluang tindakan kriminal terfasilitasi dalam kehidupan hari ini. Tidak bisa disangkal lagi. Mental, jiwa, bahkan jasmani mereka habis digempur dengan kondisi kehidupan hari ini.

Sanksi sosial juga tidak menyelamatkan, ditambah kehidupan bersosialisasi tidak hadir dengan rasa kepedulian lagi. Sistem sanksi dan pidana juga tidak menjerakan, tidak mampu mengobati para pelaku kriminal untuk menuju perubahan. Hukum bisa dijual beli, bahkan kepercayaan terhadap hukum bisa jadi menurun atas transaksi hukum yang bisa ditawar ini.

Miris sekali jika berbicara latar belakang tindakan kriminal, karena ternyata kehidupan hari ini mencetak orang-orang menjadi pelakunya. Kehidupan yang memicu mereka.

Sungguh miris, jika semua dinilai dari materi belaka, bahkan tujuan hidup hari ini untuk mendapatkan materi, kebahagiaan mereka adalah materi, keuntungan sebanyak-banyaknya, menumpuk harta, demi terpenuhinya fasilitas kehidupan.

Mahal sekali hidup di bawah sistem hari ini. Sistem yang mengagungkan aturan manusia, nilai dan norma yang dibuat manusia menjadi patokan kebenaran.

Tidak ada standar pasti dalam menentukan benar salah. Menjadikan manusia pembuat aturan kehidupan nya sendiri. Melupakan pencipta yang sebenarnya memiliki hak penuh mengatur manusia. Aturan pencipta tidak lagi hadir di tengah-tengah mereka.

Sehingga tidak merasa diawasi oleh pencipta, Allah Ta’ala. Tidak lagi ada ketakutan ketika melakukan kesalahan dan dosa.

Kehidupan yang dijauhkan dari aturan pencipta (syariat), mencetak orang yang tinggi di hadapan manusia lain namun rendah di hadapan pencipta.

Syariat dijauhkan dari agama. Inilah cikal bakal kerusakan kehidupan. Merusak iman dan mental. Sistem Kapitalisme peradaban Barat yang berjaya nan agung telah melahirkan generasi mandul iman.

Tidak ada lagi alarm, rem, dan pengingat, untuk menjauhkan diri dari pembuatan tercela. Melupa pada hakikat benar-salah, baik-buruk, dosa-pahala.

Islam Membangun Kehidupan yang Harmoni dan Aman, Penuh Kemaslahatan

Kehidupan yang tidak lagi hadir dengan keimanan, menjadikan setiap jiwa gersang akan kebenaran. Keimanan akan hadir jika nuansa Islami ada di tengah-tengah kehidupan. Ibadah yang tertunaikan, syariat yang terterapkan. Hanya dalam kehidupan Islam.

Islam memang tidak hanya agama ritual. Islam hadir bersama aturan pencipta (syariat). Islam memiliki landasan berpikir atau akidah yaitu mencari rida Allah. Artinya mengarahkan setiap jiwa untuk taat kepada Allah, menjadi manusia bertakwa. Tujuan hidup yang sangat ideal bagi seorang hamba (manusia).

Aturan Islam ini, memang masih menjadi teori belaka karena tidak hadirnya negara yang mau dan mampu menerapkannya. Islam mengatur semua sisi kehidupan, berumahtangga bertetangga, bersosial, jual-beli, pertemanan, pendidikan, ekonomi, hingga bernegara. Sesempurna itu memang.

Aturan yang sempurna itu jika tidak dipahami, tidak dilaksanakan dan tidak diterapkan memang akan menjadi teori belaka. Namun perlu diingat inilah solusi yang dibutuhkan manusia saat ini. Penerapan aturan Allah. Karena pencipta yang paling tahu ciptaannya.

Manusia membutuhkan aturan Allah, syari’at. Syariat Islam mengatur dalam mencetak jiwa yang berkepribadian Islam. Melalui sistem pendidikannya, Islam mengatur bahwa landasan pendidikan adalah akidah Islam. Membangun dan mencetak jiwa yang berperilaku dan berkepribadian Islam.

Terbentuk jiwa Islam, pribadi mulia. Menjunjung tinggi kalimatullah. Melaksanakan perintah dengan mudah dan senang. Menjauhi larangan dengan bersegera tanpa alasan. Sehingga tidak terbesit jiwa yang melakukan kejahatan.

Ditopang kehidupan yang memadai, sistem ekonomi dalam Islam mengatur setiap jiwa untuk mendapatkan haknya secara sempurna. Kebutuhan pokok mudah dan terfasilitasi. Tidak ada lagi tekanan jasmani dan mentalnya.
Kesehatan murah, pendidikan gratis, fasilitas umum memadai dan mudah. Kehidupan sosial yang Islami membangun jiwa amar ma’ruf nahi mungkar, bersama menjauhi maksiat.

Sistem sanksi yang tidak dijual-beli, sanksi yang hadir menjadikan jera, penebus dosa dan penuh keadilan. Tidak ada lagi jiwa merasa tersisih, berbeda, dan hilang tekanan, karena semua jiwa mendapatkan hak yang sesuai.

Kehidupan Islam dan segala aturannya sangat dibutuhkan umat manusia untuk memperbaiki kehidupan yang telah nyata dirusak dengan sistem selain Islam, termasuk kapitalisme yang menaungi peradaban hari ini. Merusak jasmani dan jiwa manusia. Mendekatkan manusia kepada kerusakan, kemaksiatan dan kezaliman.

Islam memang sejatinya rahmatan lil’alamin. Kehadiran Islam di tengah kehidupan masyarakat mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 107: ”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin)”

Wallahualam bisawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here