Oleh: Nurul Rachmah (Aktivis Muslimah Bekasi)
wacana-edukasi.com, OPINI– Aksi brutal yang terjadi di sebuah kafe di dekat gang lapangan Ali Pekayon, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, pada Jumat malam (9 Juni 2023) terekam jelas oleh kamera pengawas CCTV. Aksi penyerangan tersebut dilakukan oleh sekelompok remaja yang secara membabi buta menodongkan celurit ke sejumlah pengunjung. Dari kejadian tersebut, satu orang menjadi korban. Diduga penyerangan tersebut dilatarbelakangi motif balas dendam pelaku kepada korban. (jakartasuara.com, 10/06/23)
Aksi brutal remaja juga meresahkan warga di Jalan Raya Pejuang, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat. Pasalnya di daerah tersebut kerap terjadi aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok remaja geng motor. Mereka melakukan aksinya pada dini hari sekitar pukul 02.00 pagi, dengan melakukan blokade jalan dan menghadang warga yang lewat sembari menodongkan senjata tajam. (BeritaSatu, 09/03/23)
Kenakalan remaja yang kian hari kian meresahkan ini bukan hanya terjadi di Kota Bekasi. Namun terjadi di hampir berbagai wilayah Indonesia. Seperti di Yogyakarta, aksi klitih terjadi di Titik Nol Kilometer, dimana sekelompok remaja menggunakan sepeda motor menyerang secara acak warga yang sedang berada di lokasi. Aksi klitih ini kerap terjadi dan pelaku melakukan aksinya di malam hari hal itu sangat meresahkan masyarakat (Kompas.com, 07/03/23).
Krisis Moral Remaja Buah Sistem Sekuler
Fenomena kenakalan remaja yang kian hari kian meresahkan, muncul ditengah kehidupan sekuler liberal. Sistem sekulerisme yang memisahkan kehidupan dengan agama, melahirkan generasi-generasi yang krisis Moral.
Kebebasan berperilaku menjadi standar generasi saat ini untuk melakukan apapun yang mereka anggap mampu memuaskan nafsu semata. Tanpa melihat lagi halal/haram serta baik/buruknya perbuatan tersebut. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sekedar ikut-ikutan demi viral dan alasan-alasan tak masuk akal lainnya seperti agar dianggap hebat.
Krisis moral generasi yang terjadi, tidak lepas dari lemahnya pola pengasuhan orang tua terhadap anak. Akibat pemisahan agama dari kehidupan, para orang tua tidak membangun pondasi keluarga berdasarkan aqidah Islam (iman dan takwa). Alhasil, orangtua tidak memahami bahwa tugas utama mereka adalah mendidik anak untuk taat kepada Allah, menjadikan hukum-hukum Islam sebagai standar dalam seluruh aktivitas kehidupan.
Peran pengasuhan yang harusnya dipegang oleh orang tua pun berpindah kepada pihak lain, seperti instansi-instansi pendidikan saja. Pola pengasuhan yang menghilangkan peran orang tua sebagai madrasah bagi anak-anaknya menyebabkan generasi kehilangan sosok teladan dirumah, sehingga mencari kenyamanan ditempat lain.
Sistem Pendidikan berbasis sekulersime juga tidak memberikan dampak positif kepada peserta didik. Orang tua yang hanya mengandalkan instansi pendidikan untuk membentuk karakter anak, nyatanya berbagai instansi pendidikan juga memiliki banyak persoalan. Sistem pendidikan saat ini justru jauh dari nilai-nilai Islam. Parahnya lagi, instansi pendidikan malah membekali peserta didik dengan paham-paham Liberal yang mengagung-agungkan kebebasan. Sehingga, generasi pun menjadi krisis moral, karena tidak mampu membedakan mana perbuatan yang benar, mana perbuatan yang salah. Bahkan, para remaja yang mengikuti kegiatan agama atau aktif dalam kegiatan dakwah justru di-labeli dengan istilah “good loocking”, radikal, dan teroris.
Butuh Solusi Hakiki
Islam sebagai agama yang paripurna, mampu memecahkan berbagai persoalan kehidupan manusia. Fenomena kenakalan remaja dan krisis moral yang terjadi akibat dijauhkannya nilai-nilai agama dari kehidupan. Islam memandang bahwa agama adalah pedoman hidup bagi manusia. Agama juga dijadikan landasan seseorang dalam melakukan aktivitas perbuatan. Sehingga manusia bisa menjalankan kehidupan sesuai dengan fitrah penciptaannya.
Islam adalah solusi hakiki yang mampu menyelesaikan problem krisis moral remaja. Dimana Islam memerintahkan orangtua untuk berperan dalam mendidik anak. Memahami bahwa anak adalah amanah dari Allah, maka setiap orang tua harus berusaha optimal dalam mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Membekali anak dengan pondasi aqidah yang kuat sehingga mampu membentuk generasi insan yang beriman dan bertakwa.
Selain itu, sistem pendidikan Islam berbasis aqidah Islam juga senantiasa mendukung pembentukan kepribadian Islam (syakshsiyah Islamiyah). Membentuk pola pikir Islam dan pola sikap yang Islam. Sehingga para remaja mampu membedakan mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah sesuai Syariat. Alhasil, akan terbentuk remaja yang gemar beramal shalih serta melakukan amar ma’ruf nahyi munkar.
Peran negara dalam Islam adalah menerapkan seluruh hukum-hukum Islam secara kaffah. Menjamin keamanan masyarakat melalui penerapan sanksi yang tegas kepada pelaku-pelaku tindak kriminal. Sanksi tersebut akan memberikan efek jera kepada pelaku untuk melakukan aksi serupa. Negara juga akan membatasi konten-konten media yang memberikan efek negatif dan membawa pada kemudharatan.
Oleh karena itu, sekulerisme sebagai biang kerok krisis moral menerasi harus kita campakkan dan menggantinya dengan sistem Islam yang mampu melahirkan generasi-generasi berakhlak mulia, taat pada syariat dan beramar ma’ruf nahyi munkar serta siap berkontribusi untuk membangun peradaban yang cemerlang.
Wallahua’lam bish shawwab
Views: 25
Comment here