Oleh: Atik Setyawati
Bertemankan senyum Dewi Malam yang menyapa
Kudekap selaksa doa
Berharap terlangitkan menembus awan
Hingga ke singgasana Raja Insan
Agungkan bersama rintihan pengharapan
Sejurus kemudian, anganku membuncah
Penaku menari indah nan lincah
Meliuk-liuk di atas kertas mencari berkah
Ya, menghadapi mereka yang pongah
Yang selalu meluapkan amarah
Padahal merekalah jiwa-jiwa yang serakah
Untaian kata indah berbias, tak berimbas
Hadirkan wajah-wajah pias
Yang terus saja memelas
Hingga terlepas
Semua dari lapas
Kejahatan merajalela di mana-mana
Salah siapa?
Korona menjadi obyek penderita
Seolah malapetaka terjadi karenanya
Padahal bukan semata-mata penyebab utama
Tak lain karena hukum yang ada
Bukan dari Sang Pencipta
Masihkah rela berkubang dalam kenistaan?
Ketika semua kelak dimintai pertanggungjawaban?
Pecundang dipuja layaknya pejuang
Sementara yang nyata berjuang
Terhinakan dalam delik tak berkesudahan
Banyaknya masalah tak terelakkan
Racun berada pada teguk pertama, nyaris tertelan, bila tak termuntahkan
Paksakan pada setiap keadaan
Menikam jantung umat hingga nyawa nyaris hilang dari badan
Bilakah sirna segala penderitaan?
Penderitaan yang kian menyekik leher umat
Yang terus jalani sulitnya hari-hari dalam sekarat
Berharap, datang juru selamat
Bersegeralah
Sebelum terlambat
Berikan obat
Pada yang terus menjerit haus akan nasihat
Buang racun sekularisme terlaknat
Ganti dengan syariat
Sebelum hadirnya kiamat
Views: 2
Comment here