Oleh: Nur Hayati (Siswi SMAN 8 Surabaya)
Wacana-edukasi.com — Khilafah. Satu kata yang sekarang sering banget kita dengar. Kalau kalian, sudah pada dengar belum, sih? Atau sudah pernah tahu arti khilafah?
Bisa jadi ada yang baru pertama kali mendengar istilah khilafah. Pasti terasa asing, kan, ya? Tetapi, ada juga yang sudah tahu bahkan sampai-sampai ingin mewujudkan khilafah, lho. Btw, sebenarnya, apa sih Khilafah itu?
Menurut definisinya, Khilafah adalah sebuah institusi negara yang menerapkan seluruh hukum Islam di dalamnya. Sistem hukum yang diterapkan berasal dari sang Pencipta, yaitu Allah Swt. Dalam sejarahnya, praktik penerapan hukum Islam tersebut mampu memberikan keamanan dan kesejarahteraan bagi seluruh warga negara yang hidup di bawah naungannya. Wow banget ga, tuh?! Hal itu, telah berlangsung selama lebih dari 13 abad, sejak masa Rasulullah saw. hingga akhir masa keruntuhan Khilafah Utsmani (awal abad ke-20).
Sayangnya, tahun 1924, kekhilafahan berakhir sudah. Kondisi umat Islam berubah 180 derajat. Awalnya jadi negara adidaya, berubah menjadi negara terjajah. Pasca keruntuhan Khilafah, umat Islam mengalami kemunduran, kerusakan dan kehancuran yang dahsyat.
Umat Islam bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Tanpa khilafah, umat Islam tak lagi merasakan kesejahteraan, keamanan dan keselamatan yang nyata. Kemiskinan, kekacauan, bahkan banyak darah yang tertumpah itu menjadi hal yang biasa terjadi di era yang penuh fitnah ini.
Berbagai kerusakan itu tak lain merupakan akibat buruk dari sistem yang diterapkan.
Sistem yang dibangun di atas pondasi hukum-hukum buatan manusia yang sangat rapuh. Maka jelas, bahwa sistem hukum Islam adalah satu-satunya sistem yang dapat memberikan berbagai solusi praktis bagi problematika umat manusia.
Jadi Gaes, wajar jika kondisi tidak ideal ini kepengen banget diubah. Tak heran, jika hari ini kita temukan banyak sekali yang menyuarakan perubahan. Perubahan dengan sistem Islam pastinya. Dan perubahan hakiki itu akan terwujud bila khilafah hadir ditengah masyarakat. Hanya di dalam Khilafah Islam, semua krisis yang dialami umat dapat dientaskan.
Namun sayang, nih, Gaes, tak sedikit orang yang pesimis, dengan upaya penegakan menghadirkan terwujudnya syariat Islam di dalam bingkai Negara Khilafah Islam. Mereka akan melakukan berbagai upaya untuk memberikan citra buruk pada Islam. Tujuannya satu, yakni menjauhkan umat Islam dengan Islam itu sendiri. Narasi yang sedang digoreng kepada umat Islam, bahwa khilafah adalah sebuah ancaman yang dapat memecah belah persatuan umat. Seakan-akan Khilafah ini dianggap monster yang menakutkan umat. Padahal, nyatanya tidak demikian.
Hadirnya kekhilafan yang kedua, suka tidak suka akan terjadi. Pasalnya ada di dalam sabda Rasulullah: “… Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam.” (HR. Ahmad)
Sebagai seorang muslim harusnya meyakini bisyarah dari Rasulullah tersebut.
Nah, sekarang tinggal bagaimana keyakinan kita akan kabar baik dari Rasulullah, bisa diwujudkan. Semua kembali lagi pada diri kita. Mau nggak memperjuangkan tegaknya Khilafah? Mau nggak berkontribusi di dalamnya?
Lantas, apa nih, yang bisa kita lakukan untuk memperjuangkannya?
Yaitu dengan cara berdakwah di tengah-tengah umat. Esensi dakwah adalah mengajak kaum muslim untuk bersama-sama kembali pada keislamannya secara kaffah. Menyadari akan butuh tegaknya Khilafah. Karena itulah satu-satunya jalan untuk bisa berislam secara kaffah (menyeluruh).
Allah berfirman: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 104)
Dalam ayat tersebut, kita paham bahwa berdakwah itu hukumnya wajib. Dakwah itu tidak hanya tersemat kepada orang yang faqih dalam urusan agama. Tetapi, dakwah itu wajib hukumnya bagi siapa saja yang mengakui dirinya sebagai umat Islam.
Ngomong-ngomong, nih, ada, lho, pengaruh besar ketika dakwah tidak dilaksanakan. Pertama, dosa investasi, yaitu dosa yang mengalir pada manusia meski ia tidak melakukan kemaksiatan atau berdiam diri ketika kemaksiatan merajalela. Kedua, terjadinya berbagai bencana atas kemurkaan Allah. Ketiga, kemaksiatan di mana-mana. Terakhir, bisa menjadi salah satu penghambat terkabulnya doa. Ih, ngeri banget Gaes.
Kita bisa, lho, berdakwah sesuai dengan passion kita. Wah, gimana, tuh?
1) Lewat tulisan (dakwah bil-qolam). Bagi kamu yang suka menulis baik itu bentuknya berupa cerpen, opini, puisi, pantun, dan sebagainya. Bisa, loh, itu menjadi bahan dakwah kamu, jika itu semua diarahkan untuk berdakwah.
2) Lewat konten. Di era digital sekarang, sebagian besar umat dekat dengan dunia sosial media. Boleh, nih, bagi kamu yang suka ngedit video, poster, atau apa pun itu.
3) Lewat lisan (tatap muka). Cara ini sebagian besar telah dipraktikkan oleh para pembesar, seperti ustaz, kyai, dan sebagainya.
Perjuangan ini sungguh mulia Sobat. Reward dari dakwah tidak main-main. Salah satunya, nih, bisa menggugurkan dosa, jaminan pahala jariyah, dan surga pastinya.
Kemenangan Islam adalah janji Allah dengan atau tanpa kita. Jika kita tidak mengambil peran perjuangan, pasti akan ada yang lain yang menggantikan. Bukan Islam yang membutuhkan kita. Tapi, kitalah yang membutuhkan Islam. Hidup adalah pilihan. Segera bangkit dengan menjadi sang pejuang, ataukah diam diri dengan menjadi pecundang.
Wallahua’lam bishshawab
Views: 53
Comment here