Syiar IslamTabligul Islam

Labu Putih

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ovah Inka

Wacana-edukasi.com — Hari Jumat lalu, aku dan anakku (Inka) berkunjung ke tempat temanku yang kebetulan sedang pulang kampung ke Indramayu, tempat dimana aku tinggal sekarang. Sebenarnya niat awal hanya ingin mengantarkan kelapa muda saja ke dia. Karena aku sudah berjanji beberapa kali, seandainya dia pulang kampung, nanti akan kukirimkan kelapa muda.

Tidak lama aku dan anakku bergegas pergi ke rumah dia untuk mengantarkan kelapa muda itu, yang kebetulan rumah dia dengan rumahku jaraknya tidak terlalu jauh, cuma beda berapa rumah saja. Rencanaku sekalian silaturahmi.

“Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka bersilaturahmilah.” (HR. Bukhari)

Ternyata susah ya, kalau ibu-ibu sudah ketemu teman lamanya, yang tadinya hanya 30 menit saja buat ngobrol ternyata sudah lebih dari satu jam tidak terasa kita ngobrol dan bersenda gurau.

Di tengah-tengah obrolan saudaranya temanku menanyakan kenapa dulu temanku gagal menikah. Temenku tidak banyak menjelaskan, hanya tersenyum manis menjawab pertanyaan sadaranya itu.

Menikah memang disunahkan dalam Islam, tetapi kalau pasangan itu belum ditakdirkan untuk berjodoh, maka pasangan yang sudah dikhitbah pun belum tentu bersatu menjadi pasangan suami istri yang sah. Karena jodoh, rezeki, dan ajal sudah ada di tangan Allah Swt. Jika Allah sudah berkehendak, maka apa pun itu akan terjadi. Jadi jika mereka belum bersatu dalam sebuah pernikahan, mungkin bukan jodohnya.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Suasana rumah semakin ramai dengan iringan tamu yang banyak berdatangan untuk menengok uwak temanku yang sedang sakit. Inilah kehidupan seorang mukmin sungguh sangat indah ketika ada satu yang merasa kesakitan maka bagian tubuh lain merasakan. Mukmin yang satu adalah saudara bagi mukmin yang lain. Sementara bagi yang sakit maka Allah limpahkan pahala untuknya.

“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.” (H.R. Muslim)

Sejatinya bila kita cermati, sakit adalah media yang Allah berikan pada seorang hamba agar lebih bertakwa. Bagaimana seorang hamba bisa ikhlas menerima cobaan sakit yang kemudian menghantarkannya untuk lebih bersyukur bahwa dibalik sakitnya Allah siapkan pahala jika dia bersabar, tetapi tetap terus berikhtiar.

Waktu semakin berlalu, karena terlalu ramainya di rumah temanku, anakku yang biasanya sangat aktif dan sedikit cerewet, tiba-tiba Inka menjadi anak yang pendiam sekali.

Tak terasa waktu bergerak dengan cepat, Inka terlihat sudah merasa bosan karena lama duduk terdiam. Padahal sebenarnya dia anak periang dan lincah. Namun, entah kenapa bila berada di tempat baru mendadak jadi pendiam. Akhirnya dia pun merengek meminta pulang karena telah capai dan mengantuk. Sampai-sampai anakku terlihat beberapa kali menguap.

Sesampainya di rumah, aku pun menyuru Inka untuk masuk kamar dan tidur siang. Namanya juga anak-anak tidak mengenal rasa lelah, bukannya tidur, Inka malah minta jajan ke warung yang dekat rumah. Akhirnya rencana tidur pun dibatalkan. Kubelikan jajan untuknya. Dalam perjalanan menuju rumah, terdengar suara mamang odong-odong langganan Inka, tanpa pikir panjang Inka langsung meminta naik. Melihat antusiasnya, akhirnya kuijinkan dia untuk naik odong-odong.

Padahal dalam benak terbersit pikiran Inka akan mengantuk dan tertidur, tetapi kenapa kubiarkan dia naik odong-odong. Emak memang sering berpikir tidak panjang, tetapi sudahlah semoga Inka baik-baik saja, pikirku.

Tidak berselang lama, odong-odong pun datang. Kulihat Inka tertidur di tempat tidurnya. Aku pun segera keluar dari rumah bergegas menjemput Inka. Ketika sampai di depan rumah ternyata Inka telah terbangun, sudah turun dan menghampiriku. Kupegang tangannya ternyata hangat, karena penasaran kupegang lagi badan dan keningnya pun hangat. Akhirnya aku meminta anakku agar istirahat dan tidur siang di kamar.
Siang itu tidak biasa-biasanya anakku tidur sampai hampir tiga jam, biasanya tidur hanya dua jam pun sudah sangat lama.

Malang tak dapat ditolak, Inka mengalami demam, hatiku waswas dan panik. Namun, meski waswas, aku harus berusaha tetap bersabar, meski campur aduk dengan rasa khawatir kucoba lakukan kompres pada kening anakku dengan air hangat.

Inilah setitik ujian yang bisa menimpa siapa pun, barangsiapa bersabar dengan ujian yang Allah berikan, mudah-mudahan semua menjadi ladang pahala.

Ibu adalah perawat bagi anaknya, meski lelah mendera, tetapi tetap terus terjaga saat ananda sakit di sebelahnya. Setelah kuminumkan obat pada anakku, panasnya belum juga turun, justru semakin tinggi.

Karena khawatir, aku pun meminta tolong kepada suami agar mencarikan labu putih. Tak berselang lama, akhirnya suamiku mendapatkannya.

Segera kuparut labu putih lalu kuperas dan kuambil airnya. Anakku sebenarnya tidak suka dengan air perasan labu putih, tetapi setelah dirayu dengan lembut akhirnya dia mau meminumnya. Ya, memang di saat sakit seorang ibu harus dengan sabar dan telaten membuat anak nyamannya dan selalu dekat. Sehingga anak merasa bahwa yang dilakukan ibunya hanyalah untuk kebaikannya.

Keesokan harinya terlihat anakku masih demam, kuminumkan kembali perasan air labu pada anakku sampe beberapa kali.

Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (Q.S. Asy-Syu’ara: 80)

Terus kupanjatkan doa kepada Allah Swt. di dalam salatku agar sakit anakku cepat disembuhkan dan dipulihkan kembali kesehatannya.

Hanya kepada Allahlah kita meminta pertolongan, semoga dengan ikhtiar air perasan labu putih demam anakku segera mereda.

Tak berapa lama, Allah mengijabah doaku. Atas izin-Nya, demam anakku mereda dengan perasan air labu putih yang kuberikan padanya. Sungguh, tidak berhenti rasa syukurku atas hal ini, tidak henti-hentinya kuucapkan kehadirat Allah Swt. rasa syukur atas segala pertolongan dan kasih sayang kepada hamba-Nya.

Manusia tidaklah berdaya, hanya sedikit saja rasa sakit dia akan lemah meminta.

Inilah bukti kekuasaan Allah Swt. bahwa Dia Sang Pencipta tempat manusia bersandar. Tidak ada kekuatan selain kekuatan-Nya, jikalah manusia berpikir merenenungkan hal ini baik-baik maka niscaya tidak didapati orang yang kufur.

Sayangnya manusia memang sering saja kukuh dalam kesombongannya, baru saja menguasai hal sesuatu yang sedikit langsung mereka merasa tidak memerlukan Allah. Terbukti sistem saat ini yang diterapkan tidaklah mengakui keberadaan Allah. Hanya menempatkan Allah Swt. pada tempat-tempat ibadah saja, sementara dalam kehidupan umum mereka mengingkari-Nya dengan alasan aturan Sang Pencipta tidak lagi relevan, sudah kuno dan ketinggalan zaman.

Padahal saat manusia sudah tidak mau diatur oleh sang pencipta kufur nikmat, yang terjadi justru kemelaratan menimpa umat, kehidupan nestapa dan banyak musibah akibat kerakusan dan ketamakan manusia.

Benarlah firman Allah Swt. barangsiapa bersyukur maka aku akan tambahkan nikmatmu, tetapi bila engkau kufur maka sungguh amat pedih siksaan Allah.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 28

Comment here