Surat Pembaca

Lack of Health in Capitalism

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Fitriyani Hairun

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Sulitnya pelayanan kesehatan terus terjadi ditengah kesakitan luar biasa yang dirasakan masyarakat karena membutuhkan pengobatan. Pasalnya, dalam kondisi sakit masyarakat harus mengecek sendiri rumah sakit yang menyediakan ruangan untuk rawat inap. Hal ini pun disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Medan, Surya S Pulungan agar masyarakat terlebih dahulu mengecek di aplikasi Sistem Informasi Rawat Inap (Siranap) Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mengetahui penuh atau tidaknya kamar di rumah sakit.

Pernyataan tersebut bukan tanpa sebab disampaikan, karena Komisi II DPRD Medan menerima banyak keluhan sulitnya pasien program Universal Health Center (UHC) dan BPJS mendapatkan kamar di seluruh rumah sakit Kota Medan. Keluhan tersebut diumumkan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pihak Dinas Kesehatan, Rumah Sakit dan BPJS Kota Medan di Ruang Banggar Gedung DPRD Medan. (medan.tribunnews.com, 02/09/2023)

Tentu bukan hal yang aneh apabila ditemukan banyak pasien yang terlantar di negeri ini. Baik dari segi penanganan kondisi pasien yang kritis dan pelayanan kesehatan termasuk untuk menyediakan seluruh fasilitas kesehatan kepada pasien. Walaupun negeri ini telah menyusun berbagai kebijakan dan solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini, seperti arahan dari Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Medan, namun sayangnya solusi tersebut tidak mampu memberikan penyelesaian secara menyeluruh. Sebab, pengecekan ruang inap terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit akan berdampak pada kehilangan nyawa pasien jika tidak segera ditangani oleh tenaga profesional.

Inilah kondisi pelayanan kesehatan di dalam sistem kapitalisme sekuler. Negara yang menerapkan sistem ini melepas tanggung jawabnya sebagai penjamin kesehatan masyarakat. Rumah sakit pun dijadikan tempat untuk meraup keuntungan, tanpa mempedulikan pasien yang terancam akan nyawanya. Dari sini dapat dilihat bahwa modal utama kapitalis untuk terus bertahan dalam roda kehidupan adalah dengan melakukan kapitalisasi seluruh kebutuhan hidup rakyat. Alhasil pemerintah pelan-pelan melepaskan tanggung jawabnya dalam penyediaan layanan kesehatan bagi rakyat. Paradigma kapitalisme dalam urusan kesehatan seperti mencari untung bukan untuk memberikan layanan terbaik pun telah digunakan oleh penguasa.

Hal ini sungguh berbeda dengan sistem Islam, yakni Khilafah. Dalam Islam, kesehatan adalah hak rakyat dan merupakan kewajiban negara untuk memfasilitasi dan memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang memadai serta gratis. Pemimpin dalam Islam pun adalah pemimpin yang amanah, bertanggung jawab, memiliki kemampuan serta bertakwa kepada Allah. Sehingga dari kriteria pemimpin tersebut akan menyadarkan pemerintah untuk membangun fasilitas kesehatan dan rumah sakit dengan kelengkapan alat kesehatan yang dibutuhkan. Selanjutnya negara akan menyediakan obat dengan kualitas terbaik dan membiayai riset serta produksinya. Dari sinilah, negara harus memobilisasi seluruh sumber daya manusia dan teknologi untuk terpenuhinya jasa kesehatan terbaik.

Fakta diatas tentu berkaitan dengan hadis Nabi Saw, bahwa “Imam, pemimpin adalah seperti penggembala. Dan setiap penggembala akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.” Maka dari itu fungsi penguasa adalah untuk melayani dan menanggungjawabi kondisi rakyatnya baik dalam keadaan sehat atau sakit dan kenyang atau lapar. Begitu pula dengan Rasulullah Saw, saat mendapatkan hadiah dokter oleh Raja Muqauqis, ia menjadikan dokter tersebut sebagai dokter umum untuk melayani seluruh masyarakat yang ada dibawah kepemimpinannya secara gratis.

Sungguh luar biasanya keindahan hidup dalam Khilafah. Tidak akan dijumpai negara dan pemimpin yang lepas tangan terhadap pengaturan rakyatnya. Rakyat tidak akan kesulitan dan kesusahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jika kita kembali kepada sistem Islam. Dengan demikian, sudah saatnya untuk meninggalkan sistem kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak serta kembali pada sistem Islam yang menyejahterakan manusia.

Wallahu’alam bisshawwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here