Opini

Lagi, Isu Terorisme Memojokkan Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Mahrita Julia Hapsari (Komunitas Muslimah untuk Peradaban)

wacana-edukasi.com– Genderang terorisme kembali bertabuh. Densus 88 Antiteror Polri kembali beraksi. Kali ini ada tiga terduga teroris yang ditangkap pada Selasa, 16 November 2021 di wilayah kota Bekasi, Jawa Barat (tempo.co, 21/11/2021). Bukan orang biasa, ketiganya adalah ustaz yaitu Ahmad Zain an-Najah (AZA), Anung al-Hamad (AA), dan Farid Ahmad Okbah (FAO).

Polri telah menetapkan ketiganya sebagai tersangka teroris karena terlibat dengan Jamaah Islamiyah (JI) (medcom.id, 16/11/2021). Dikatakan bahwa Ustaz Ahmad Zain sebagai Dewan Syuro JI dan Ketua Dewan Syariah LAZ BM Abdurrahman Bin Auf. Adapun Ustaz, Anung disebut sebagai pengurus atas atau pengawas kelompok JI. Dan Ustaz Ahmad Farid Okbah, mereka sebut berperan sebagai tim sepuh atau Dewan Syuro JI dan anggota Dewan Syariah LAZ BM Abdurrahman bin Auf.

Dalam wawancara di TVOne, pihak keluarga Ustaz Ahmad Zain dan Farid Okbah membantah keterlibatan dengan kelompok terorisme. Sosok pendakwah yang khas dan kental serta pengajar yang penyayang selalu ditampilkan oleh para ustaz, baik kepada keluarga maupun masyarakat. Sungguh suatu fitnah yang keji.

Ya, jelang akhir tahun umat muslim kembali dipojokkan oleh isu terorisme. Isu yang selalu dilekatkan pada islam. Tidak dengan yang lain, padahal jelas nyata melakukan teror, merusak, merusuh, memperkosa dan membunuh. Namun tak ada label teroris padanya, itulah KKB Papua. Fakta nyata eksklusivisme definisi terorisme.

Mengapa Terorisme dilekatkan pada Islam?

Dunia saat ini dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dengan ideologi kapitalismenya. Karakter dunia hanya bisa dipimpin oleh satu ideologi. Maka AS akan membuat strategi untuk mengamankan posisi sebagai negara number one bersama ideologi kapitalisme.

Kapitalisme bukan satu-satunya ideologi di dunia. Ada sosialisme dan islam. Pasca runtuhnya Uni Soviet, sosialisme tak mampu bangkit. Sementara islam, masih tetap bersemayam di hati kaum muslimin. Dan menyimpan potensi untuk bangkit setelah tahun 1924 diruntuhkan oleh Mustafa Kamal Ataturk.

Isu terorisme dihembuskan oleh AS pasca runtuhnya gedung WTC tahun 2001. AS memberikan dua pilihan untuk semua negeri di dunia: bersama AS memerangi terorisme atau berlawanan dengan AS alias bersama teroris. Stick and carrot sudah disediakan AS. Ada stick bagi negeri yang dianggap menyimpan teroris, seperti Afghanistan dan Irak. Hancur lebur kedua negeri tersebut diacak-acak oleh AS. Ada carrot untuk negeri-negeri yang penguasanya pro kebijakan AS.

Satu diantaranya adalah pemerintah Indonesia. Apapun program dari AS akan selalu didukung dan diimplementasikan. Termasuk program War on Terorism (WoT). Disebutlah satu kelompok sebagai ikon terorisme, yaitu Jamaah Islamiyah (JI). Persis saat AS tuding Al-Qaeda sebagai legitimasi membombardir Afghanistan.

Polanya sama, siapapun yang mau berpikir pasti bisa menilai isu terorisme ini. Seorang jurnalis senior Australia sekaligus produser film dokumenter, John Pilger memberi pernyataan: “Korban terbesar terorisme adalah umat Islam. Hakikatnya tak ada perang terhadap terorisme, yang ada adalah perang menggunakan alasan terorisme,”

Benar, WoT dikampanyekan AS dalam rangka menebar virus fobia islam. Akibatnya, banyak perlakuan diskriminatif yang diterima kaum muslimin di negeri yang jumlah muslimnya minoritas. Sementara, di negeri mayoritas muslim seperti Indonesia, virus ini menyebabkan muslim takut menunjukkan identitas keislamannya.

Ditambah dengan arus moderasi beragama. Sebuah arus yang bermuara dari WoT. Sebagai antitesis jika tak ingin dicap teroris, radikal dan ekstrem, menjadilah seorang yang moderat.

Pada tahun 2003, Rand Corporation, lembaga think tank AS, membagi umat muslim dalam 4 golongan: fundamentalis, sekularis, modernis dan tradisionalis. Pembagian ini lengkap dengan definisi, ciri-ciri serta penanganannya. Dan yang dikehendaki oleh Barat adalah yang sekularis dan modernis, itulah moderat. Yang loyal pada ide-ide Barat, sebaliknya justru alergi dan paranoid pada ajaran islam.

Berbagai strategi yang dilancarkan oleh AS adalah dalam rangka menghadang kebangkitan islam ideologis. Generasi muslim ditakut-takuti dengan label teroris, radikal, ekstremis. Moderasi beragama menjadi pilihan agar lepas dari label tersebut. Hingga terjauhkanlah kaum muslimin dari islam ideologis.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Islam adalah satu-satunya agama sekaligus ideologi yang bersumber dari Allah SWT. Jaminan kerahmatanannya telah tertuang di dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 107: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia menjadikan Muhammad Saw. sebagai rahmat buat semesta alam. Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang mengikuti Rasul Saw. akan mendapatkan rahmat di dunia dan akhirat.

Beriman kepada Allah, Rasul dan hari kemudian adalah aqidah islam. Jika demikian bukankah menjadi muslim akan melekat sifat Rahmat padanya? Menurut KBBI, rahmat adalah belas kasih dan berkah. Tak ada indikasi kekerasan pada agama islam, agama yang penuh berkah, dan rahmat bagi semesta alam ini.

Khilafah yang dimonsterisasi oleh Barat, justru institusi yang menjamin keberkahan Allah bagi seluruh negeri. Dengan penerapan syariat islam kafah, khilafah akan menjamin keadilan, memanusiakan manusia dan menjaga alam dari kerusakan.

Tak seperti sistem kapitalisme yang rusak dan merusak. Dengan asas sekulernya, kapitalisme menjadikan manusia bebas berbuat apapun demi melayani hawa nafsunya. Manusia pun turun derajatnya laksana hewan ternak, bahkan lebih rendah lagi. Sifat rakus manusia pun muncul dan menyebabkan kehancuran alam.

Tidak ada satupun ajaran islam yang meimbulkan teror atau ketakutan. Sebab bersumber dari Zat yang menciptakan manusia dan alam semesta, Allah SWT. Dan Allah SWT sudah menjamin bahwa Dia takkan menzalimi hamba-Nya (lihat Q.S. An-Nisa ayat 40). Maka memojokkan Islam dengan isu terorisme merupakan fitnah keji dan tak mendasar. Wallahu a’lam []

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here