Oleh: Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)
Wacana-edukasi.com — Lagi dan lagi, pejabat teras di negeri ini tertangkap karena dugaan kasus korupsi. Setelah beberapa waktu lalu Menteri Kelautan dan Perikanan ditangkap KPK, kali ini giliran Menteri Sosial yang mesti mempertanggungjawabkan perbuatannya. Juliari P. Batubara diduga mendapatkan fee dari pihak rekanan pemegang proyek paket bantuan sosial (bansos).
Tega. Satu kata yang tepat dipersembahkan kepada pejabat yang dengan berani memanfaatkan kondisi sempit untuk meraup keuntungan pribadi. Kondisi pandemi dengan kesulitan ekonomi yang kian menghimpit masyarakat masih bisa melirik ladang emas.
Dilansir dari detiknews.com pada tanggal 6 Desember 2020, KPK menyebutkan bahwa kasus dugaan suap ini bermula dari pengadaan bansos penanganan covid-19 senilai Rp5,9 triliun dengan total 272 kontrak dalam 2 periode. Per paket bansos senilai Rp300.000 didapatkan fee sebesar Rp10.000. Total fee yang diperoleh diduga sekitar Rp 17miliar. Kesemuanya itu digunakan Menteri Sosial untuk kepentingan pribadinya.
Korupsi Eksis
Ada lima tersangka yang ditetapkan KPK pada kasus dugaan suap bansos ini. Yakni tiga orang sebagai penerima suap dan 2 orang rekanan sebagai pemberi suap.
Tindakan yang layak mendapatkan hukuman berat. Karena begitu teganya mencari celah manfaat saat pandemi seperti ini. Kedudukannya sebagai pemangku kebijakan tak dimanfaatkan untuk membantu kesulitan yang dihadapi masyarakat. Sebaliknya, posisi strategisnya malah dimanfaatkan untuk berkubang di dalam lahan basah.
Tindakan senada seperti itu pasti akan senantiasa terjadi dalam sistem kapitalisme. Sistem yang menggunakan standar manfaat dan keuntungan atas setiap tindakan yang dilakukan. Tak peduli meski harus saling jegal dan mengiris hati nurani. Yang penting bisa mengeruk pundi-pundi rupiah dari kebijakan yang dijalankan. Rakyat merintih dan terhimpit seakan menjadi irama pengiring saat letih.
Islam Mencegah Korupsi
Lembaga semacam KPK tentu tak akan ada habisnya mengurai setiap permasalahan korupsi yang kian ruwet. Ibarat sebuah pohon yang banyak berguguran daunnya. Solusinya tidak hanya dengan menyapu setiap daun yang gugur. Karena akan terus berulang dan tak ada selesainya. Langkah jitu yang digunakan yakni dengan menebang pohon itu sehingga tak akan ada lagi daun yang berguguran.
Begitu juga dengan permasalahan tindak korupsi di negeri ini. Cara terbaik dengan mencari akar penyebab terjadinya gurita korupsi. Sehingga solusi yang diberikan bersifat fundamental, bukan hanya di permukaan.
Islam yang terabaikan bahkan semakin tersingkirkan lah penyebab dari semua problematika yang mendera negeri ini. Padahal Islam merupakan jalan hidup bagi umat supaya tidak terjerumus dalam lembah kepalsuan dunia. Tipu daya yang nampak manis, tetapi hanya menghantarkan pada kesengsaraan.
Pandemi dengan kurva fluktuatif, kelesuan ekonomi, kebijakan yang kian mencekik, dan berbagai problematika derivatif yang ditimbulkan saat pandemi seakan menjadi “hiasan” yang setia mengiringi derap langkah masyarakat yang tertatih.
Islam menghempaskan semua solusi kapitalisme yang tidak berpihak pada rakyat. Sebaliknya, Islam mengurusi tiap individu umat secara detail. Cekatan dan profesional menjadi syarat mendasar bagi para pegawai negara. Terlebih jika terjadi wabah, maka khalifah mengerahkan dengan segenap daya upaya untuk segera menuntaskan wabah yang terjadi. Menjamin kebutuhan pokok masyarakat terpenuhi selama proses karantina.
Alih-alih khalifah akan bersenang-senang menikmati kedudukannya. Yang ada malah tiap malam selalu patroli untuk memastikan warganya tidur dalam keadaan kenyang. Bahkan Khalifah Umar bin Khattab melarang dirinya dan keluarga makan daging saat terjadi wabah paceklik di ibu kota.
Pun saat bantuan datang dari berbagai daerah, Khalifah Umar bin Khattab dengan sigap meminta seluruh pegawainya untuk membagi-bagikan bantuan tersebut kepada seluruh masyarakat di wilayah paceklik tersebut. Selain itu, tiap hari disiapkan jamuan makan untuk masyarakat. Siapa pun boleh menikmati jamuan makan secara gratis. Bagi yang tidak bisa datang maka dibagi-bagikan ke tiap rumah. Sehingga semua merasakan kenikmatannya.
Untuk itu diperlukan perjuangan dari berbagai elemen masyarakat bekerja sama saling bahu membahu agar Islam dapat diterapkan dalam kehidupan secara total di bawah kepemimpinan Khalifah. Kepemimpinan yang begitu dirindukan umat.
Wallahua’lam bishshowab
Views: 0
Comment here