Wacana-edukasi.com — Pembahasan mengenai remaja memang tidak akan pernah habisnya, selalu jadi bahan perbincangan publik akan tingkah dan kelakuannya. Di mana kini semakin hari semakin terasa kerusakan dan carut marut dalam pergaulannya.
Keimanan, akhlak, serta moral, merosot tajam. Kebebasan dijunjung tinggi menjadikan remaja menghamba pada kesenangan sesaat saja. Tanpa menyadari bahwa masa depannya telah rusak ditelan keegoisan dan sikap yang jauh dari kata kebaikan.
Pasalnya remaja saat ini telah diambang kehancuran. Generasi yang sudah tercandu dengan berbagai gaya yang membahayakan. Remaja yang terbawa arus serta berkiblat kepada barat telah membuktikan bahwa prestasi keberhasilan hidup sulit untuk didapatkan.
Pakaian, makanan, tontonan, serta pergaulan sudah jauh dari kata cerminan norma yang menjadi acuan, malah sebaliknya gaya bebas menghantarkan mereka dalam kubangan kesesatan dan kemaksiatan. Pergaulan dan sex bebas menjadi konsumsi hal yang biasa dikalangan remaja, miras, narkoba, serta obat-obatan terlarang menjadikan mereka semakin liar dan bablas dari tuntunan agama.
Sungguh, remaja muslim saat ini telah jauh dari agamanya. Mirisnya lagi malah sudah lupa akan aturan dari tuhannya menganggap kehidupan dunia harus terpuaskan dan kehidupan akhirat menjadi belakangan. Kapitalis liberal telah meracuni remaja muslim dalam sendi kehidupannya, dibuatnya menjadi cinta dunia dan waktunya berfoya-foya serta fokus mencari kesenangan hidup sebagai pemuas nafsu yang menghantarkan kepada kebahagiaan yang suram.
Pendidikan yang jauh dari kata layak menyebabkan penurunan minat anak dan para remaja dalam menimba ilmu. Keberadaan teknologi telah berhasil ditanamkan dengan bebas, sehingga lahir sikap malas yang meracuni otak-otak remaja muslim tanpa di rem dan di pilah pilih baik dan buruknya. Peran keluarga, orang tua serta lingkungan masih minim dalam batas himbauan saja, tanpa memberikan sanksi tegas kepada para remaja agar fokus dan serius dalam menimba ilmu dan menjaga adab pergaulan. Semua itu terjadi karena telah tersistemik oleh aturan kapitalisme secara global.
Liberalisme adalah otak dari kejahatan aturan yang dibuatnya menjadikan segala sendi kehidupan berantakan. Pergaulan remaja dirusak, karena dirasa menjadi sasaran empuk untuk menghancurkan kekuatan kaum muslim, maka yang diserang adalah para pemuda dan pemudinya. Dengan begitu tujuan untuk menjadi agen perubahan menjadi ganas dan semakin hancur karena disibukkan dengan hal duniawi yang semu dan menipu.
Berbeda dengan Islam yang selalu menjadikan para remaja sebagai pasukan yang siap dibimbing untuk senantiasa membela agama Allah yang terpercaya. Sejak dini diajarkan untuk menaati Allah dan Rasul-Nya, serta menerapkan aturan Allah dalam kancah kehidupannya. Bahkan, dari segi pendidikan pun negara Islam menjamin masyarakatnya agar tetap menimba ilmu sampai yang ia inginkan. Menjadikan mereka mencintai pendidikan dan meraup ilmu tanpa memikirkan biaya yang membebankan.
Dukungan dan peran orang tua yang senantiasa dalam ketakwaan menjadikan para generasi berada pada lingkar ketakwaan pula, keimananan yang senantiasa terpaut pada sang ilahi menguatkan kegigihan agar tetap mempertahankan akidah dan menjaga batasan dalam pergaualan.
Islam memisahkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, agar mereka dapat menundukkan pandangan menjaga aurat yang telah ditetapkan serta jangan sampai terjatuh pada jurang kebebasan dengan gaya hidup yang hedonis seperti dalam sistem kapitalis. Tidak mengenal pacaran bahkan minuman yang memabukkan dijauhkan. Teknologi pun digunakan dengan baik untuk perkembangan dan maslahat umat, bukan sebaliknya merusak pola pikir umat.
Sungguh, kerinduan terhadap sistem islam sudah tidak tertahankan. Sebagai seorang muslim, mari kita bersama-sama menerapkan aturan yang selama 100 tahun ini dicampakkan, kita rebut lagi kekuasaan dengan mengganti sistem yang bukan berasal dari pemilik alam dengan sistem yang penuh dengan keberkahan dan rahmat untuk seluruh alam.
Analisa (Muslimah Peduli Generasi)
Views: 49
Comment here