Wacana-edukasi.com — Miris. Kondisi kehidupan masyarakat saat ini telah diwarnai berbagai macam perilaku yang berada di luar akal sehat. Kehidupan sosial remaja diracuni dengan berbagai tayangan yang merusak akidah dan akhlak sampai pada sistem kehidupan sosial masyarakat.
Tidak bisa dimungkiri teknologi yang kian canggih telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi kehidupan manusia saat ini. Dengan keberadaan HP Android misalnya, memudahkan setiap orang untuk mengakses apapun yang dikehendakinya. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Ditambah pemakaian HP Android oleh anak-anak dimasa pandemi ini pun semakin meningkat dengan adanya pelaksanaan proses belajar secara daring.
Sayangnya teknologi yang semakin canggih ini justru menguasai kehidupan manusia, bukan sebaliknya. Bahkan teknologi yang merupakan ciptaan manusia itu sendiri mampu merusak tatanan kehidupannya sendiri, karena kebablasan dalam penggunaan. Tidak terkecuali di negeri ini seolah-olah kecanggihan teknologi yang ada tidak mampu dikendalikan, padahal berbagai aturan telah dilegalkan untuk mencegahnya.
Ancaman kerusakan ini datang dari banyaknya konten video porno yang berseliweran di media sosial dan bisa diakses dengan mudah. Bahkan karena derasnya arus pornografi ini seolah-olah tidak bisa dihindari, sehingga banyak orang tua yang akhirnya menyerah dan membiarkan anak-anaknya larut dalam kerusakan. Semakin diperparah oleh salah satu pablik pigur yang dengan bangga menyatakan bahwa dia tidak melarang anaknya untuk menonton film porno.
Perlu diketahui meskipun marak konten porno ditengah-tengah kehidupan modern saat ini, namun itu tidaklah bisa dijadikan pembenaran untuk membiarkan anaknya mengaksesnya. Apalagi dengan mengeluarkan statement yang kontra dan pembelaan diri agar tidak dicap sebagai orang tua yang kolot dan ingin berpikiran terbuka.
Memang hal seperti ini adalah wajar terjadi dalam sistem yang diterapkan saat ini, yaitu sistem kehidupan sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Mengenyampingkan larangan Allah SWT. karena menganggap agama hanya mengatur ibadah ritual semata, sehingga lahirlah aturan yang nyeleneh, yang berasal dari akal manusia yang terbatas. Juga karena sistem kehidupan liberalisme yang melahirkan kebebasan berekspresi tanpa merasa berdosa dan bersalah. Menganggap hal tersebut sebagai hak asasi bagi manusia yang tidak boleh siapa pun mengusiknya.
Padahal semua orang sepakat bahwa konten porno akan mendatangkan bahaya bagi para penikmatnya, apalagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan mencari jati diri. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun menilai film porno buruk bagi anak-anak. Sebagaimana dilansir dari, detiknews.com (26/6/2021) ketua KPAI mengatakan “Konten porno itu konten berbahaya. Dampak negatifnya serius bagi tumbuh kembang anak”.
Tak terbayang oleh kita apa yang akan terjadi pada generasi penerus bangsa jika hal ini dibiarkan.
Dalam pandangan Islam anak adalah amanah dari Allah SWT bagi setiap orang tua. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas pengasuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat At-Tahrim [66] ayat 6 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras; mereka tidak mendurhakai Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Memberikan pendidikan kepada anak adalah tugas utama bagi seorang ibu sebagai ummu warobatul bait. Menjadikan mereka mengenal agamanya dan beraqidah Islam yang kuat. Sehingga tidak dibenarkan apapun alasannya orang tua membiarkan anaknya mengakses apalagi ikut mendampingi dalam kemaksiatan, karena ini sama saja dengan merusak dan menjerumuskannya dalam lubang dosa.
Namun, selama sistem sekulerisme yang diterapkan, maka mendidik anak untuk menjadikanya solih amatlah berat. Karena selain orang tua, masyarakat dan negara pun memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak-anak. Dengan begitu butuh sebuah sistem yang mampu menciptakan sinergis antara ketiganya, dan hanya sistem Islam sajalah satu-satunya yang mampu membentuk kepribadian Islam pada generasi mendatang. Menjadikan mereka beraqidah Islam yang kuat dan membentengi diri dari setiap hal yang telah jelas diharamkan oleh Allah Swt.
Shintami Wahyuningsih
Views: 30
Comment here