Surat Pembaca

LPG Non Subsidi Meroket, Kapitalisme di Ujung Tanduk

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com — PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) resmi memberlakukan penyesuaian harga LPG non subsidi mulai tanggal 27 Februari 2022 (cnbnindonesia.com (27/02/22).

Sebelumnya, harga beberapa barang kebutuhan pokok juga mengalami hal yang serupa. Minyak goreng mahal dan langka. Telur hingga makanan kesukaan masyarakat Indonesia bernama tempe pun mahal.

Apabila kondisi demikian terus berlanjut, kasihan rakyat. Yang namanya rakyat, di mana pun ia berada, pasti menginginkan hidup sejahtera dan bahagia. Sandang, pangan, dan papan terpenuhi dengan layak. Begitu pula aspek pendidikan dan kesehatan. Namun, mungkinkah semua itu terpenuhi apabila negeri ini masih menginduk pada sistem kapitalisme?

Sistem kapitalisme adalah sebuah sistem yang berasaskan pada pemisahan agama dari kehidupan. Artinya, kehidupan diatur dengan aturan manusia. Lebih jelasnya, dalam ranah pendidikan, kesehatan, politik, pemerintahan, dan yang lainnya diatur sesuai dengan selera para pembuat kebijakan. Akibatnya, banyak kebijakan yang tidak berdampak pada keadilan bagi seluruh warga masyarakat. Hal yang berkebalikan, beragam kebijakan justru banyak berpihak pada korporat. Dengan kata lain, korporat makin jaya, rakyat gigit jari saja.

Pada akhirnya, masyarakat semakin jengah. Lama-kelamaan akan muncul gelombang protes yang semakin besar karena sistem tersebut nyatanya berbuah pada penderitaan rakyat. Sistem itu terbukti tidak mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Ibarat ayam mati di lumbung padi. Hidup di negeri yang kekayaan alamnya melimpah ruah, baik di darat maupun di laut, tapi sayang beribu sayang rakyatnya hidup dalam kesusahan.

Berbeda halnya dengan sistem Islam. Saat sistem ini diterapkan, maka kehidupan masyarakat serba berkecukupan. Negara menjamin kebutuhan pokok warga negara, meliputi sandang, pangan, dan papan terpenuhi secara layak per individu. Begitu pula dalam aspek pelayanan pendidikan dan kesehatan. Diupayakan murah, bahkan gratis.

Dengan konsep periayahan tersebut, maka wajar jika memunculkan rasa cinta rakyat kepada penguasanya. Siapa yang tidak jatuh cinta jika penguasanya saja mencurahkan segenap tenaga untuk menyejahterakan seluruh warganya. Penguasa berkorban tenaga, waktu, dan pikirannya untuk memenuhi amanah yang Allah titipkan kepadanya.

Hal yang sama pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab. Semasa beliau menjadi pemimpin khilafah, beliau selalu memastikan bahwa kebutuhan warga masyarakatnya tercukupi. Hal itu beliau lakukan karena sepenuhnya menyadari bahwa kepemimpinan yang beliau emban kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Sang Pencipta jagad raya beserta isinya.

Suatu hari, saat beliau mengetahui ada seorang janda yang memasak batu demi memberi makan anak-anaknya karena janda tersebut sama sekali tidak memiliki persediaan bahan makanan yang bisa dimakan, Khalifah Umar bin Khattab memanggul sendiri gandum dan daging untuk dibawa ke rumah janda tersebut. Pada saat ajudannya menawarkan diri untuk menggantikan beliau memanggul bahan-bahan makanan tersebut, beliau menolaknya. Sesampainya di tempat janda dan anak-anaknya yang tengah menahan lapar, beliau sendiri pula yang memasakkan dan menyuapi anak-anak tersebut hingga kenyang.

Kisah keteladanan yang dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab sungguh menggugah jiwa. Kiranya hal itu pulalah yang diharapkan oleh seluruh warga masyarakat. Masyarakat sudah rindu sosok pemimpin yang yang benar-benar peduli terhadap nasib mereka, bukan pemimpin yang menjadikan mereka sebagai obyek bisnis.

Perlahan, namun pasti. Kesadaran masyarakat untuk mencampakkan sistem kapitalisme semakin meningkat. Gaung keinginan masyarakat untuk kembali diterapkannya sistem Islam kian membahana. Dengan kata lain, kini nasib kapitalisme berada di ujung tanduk.

Ummu Haneem (Pegiat Literasi)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 4

Comment here