Oleh Susan Efrina (Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Bullying adalah suatu tindakan agresif yang dilakukan secara berulang yang dilakukan oleh satu kelompok pada satu individu tertentu dengan tujuan melukai, merendahkan melalui tindakan fisik, lisan, atau emosional. Tindakan itu dapat terjadi di berbagai tempat seperti, lingkungan sekolah, tempat kerja, bahkan dalam lingkungan keluarga.
Kasus bullying (perundungan) kini cukup marak terjadi pada usia remaja, karena kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku, ketidakmampuan mengelola emosi hingga akhirnya memicu hasrat untuk balas dendam demi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan ini terlihat dari fakta siswa MAN I Medan yang trauma tidak mau sekolah lagi karena dibully atau dianiaya oleh teman dan seniornya. MH (14) mengalami traumatik dan luka fisik. MH tidak ingin sekolah hingga takut untuk keluar dari rumahnya di Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan.
“Sampai saat ini anak saya masih mengalami trauma. MH tidak mau sekolah lagi sejauh ini,” kata Khairani Anwar yang merupakan Pimpinan Yayasan Rumah Tahfidz Al-Qur’an Nawar Sa’adah kepada detik Sumut, Minggu (26/11/2023).
“Lalu ia sedang tidak ingin ditanyai soal penganiayaan itu. Pasti pusing kepalanya. Dia takut keluar rumah juga. Makanya ini kawan dekatnya datang ke rumah untuk menghibur,” sambungnya. Dia menjelaskan MH sempat di rawat di rumah sakit setelah melakukan visum. Sebab, MH mengeluh kepalanya pusing dan ada luka lepuh di bagian tangan kanan.
Korban disebut dipaksa untuk memakan lumpur oleh para pelaku, bahkan meminum air libur korban, menghisap sandal. Menyiksa korban dengan cara dipukul, disiksa ditendang , dibakar tangannya pakai kunci yang dipanaskan ke tangan korban. Pelaku sekitar 20 orang dan ada mantan alumni MAN I juga (detik sumut, 26/11/2023).
Akar permasalahan dari kasus bullying (perundungan) ini berasal dari penerapan sistem pendidikan sekuler kapitalisme. Sistem yang menjadikan agama dipisahkan dari kehidupan yang berdampak pada pembentukan perilaku seseorang menjadi bebas dan berbuat mengikuti hawa nafsu. Tidak heran remaja saat ini mengalami krisis moral. Kebebasan yang dilahirkan dari asas ini membentuk para remaja menjadi manusia yang jauh dari norma dan nilai-nilai agama.
Sistem sekuler ini menjadikan remaja menjadi pribadi yang bebas dalam melakukan apa pun sesuai dengan keinginan mereka, bahkan halal haram tidak lagi menjadi standar dari perbuatan. Di sisi lain, dunia pendidikan tidak mampu menanamkan nilai-nilai moral. Pendidikan hanya menjadi produsen orang-orang yang materialistis tanpa bekal moral.
Sekolah madrasah memuat lebih banyak materi agama. Namun, ternyata tidak cukup untuk memberikan suasana akhlakul karimah kepada seluruh peserta didik. Jelas, bahwa masalahnya bukan pada bentuk institusinya, tetapi sistem pendidikan sekulerlah yang bertanggung jawab terhadap persoalan siswa hari ini.
Sistem sekuler hanya mengandalkan penilaian di atas kertas, hingga para siswa berlomba untuk mendapatkan nilai yang terbaik agar mendapatkan prestasi yang dibanggakan. Namun, jauh dari pembentukan kepribadian dan akhlak yang terpuji. Pendidikan yang seharusnya mendidik generasi untuk mengetahui mana yang haq, mana yang batil. Perbaikan kurikulum dan pergantian kurikulum yang telah dilakukan oleh pemerintah tidak mampu menghadang pusaran liberalisasi di kalangan siswa. Karena sistem sekuler sudah tertanam di dalam jiwa para siswa. Akhirnya muncullah kepribadian sekuler kapitalisme.
Dalam Islam bullying (perundungan) diharamkan, karena merupakan perilaku yang melukai perasaan orang lain dan dapat merusak citra atau martabat kemanusiaan mereka. Islam secara tegas melarang pembullyian. Tindakan bullying (perundungan) dianggap sebagai perbuatan yang sangat tercela. Islam adalah agama yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan, menghormati hak orang lain dan peduli terhadap sesama manusia.
Firman Allah Swt. dalam surah Al-Hujurat 11 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah satu kelompok mengolok-olok kelompok lain, karena mungkin kelompok yang di ejek itu lebih baik dari yang mengolok-olok. Dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan-perempuan lain, karena mungkin perempuan-perempuan yang di ejek itu lebih baik dari perempuan-perempuan yang mengolok-olok. Dan janganlah kamu saling mencaci diri sendiri.”
Sistem pendidikan Islam tidak sekuler, melainkan solid bersumber dari satu akidah yaitu akidah Islam. Untuk mewujudkan generasi yang berakhlak mulia harus menjadi cita-cita bersama. Hanya dengan menerapkan sistem Islam yang berkiblat pada Al-Qur’an dan Hadits inilah.
Wallahualam bissawab
Views: 9
Comment here