Reporter: Ulya Labibah
Wacana-edukasi.com, NEWS-– Majelis Islam Kaffah kembali menggelar kajian rutin bulanan pada Ahad, 16 Februari 2025, yang bertempat di Mushola Al Hikmah Leces, Probolinggo. Acara yang bertajuk “Laut Kita Terancam, Akankah Kita Diam?” ini dihadiri oleh puluhan ibu-ibu dari berbagai kalangan dan dipandu oleh Ustazah Karyumi sebagai host.
Sebelum materi kajian dimulai, acara dibuka dengan pembacaan puisi oleh Ustazah Tin. Beberapa penggalan puisi yang dibacakan menggugah kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap laut dan hak rakyat:
“Pagar laut katanya tak bertuan,
Membuat susah hidup nelayan.
Rupanya negara yang memberi jalan,
Demi uang menggadaikan iman.
Pagar laut simbol kekuasaan,
Siapa punya modal bisa melakukan penindasan.
Apalah daya rakyat tak dapat melawan,
Pejabat negara justru mencederai keadilan.
Sistem Islam menjadi harapan,
Dari Allah untuk mensejahterakan.”
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Ustazah Maya, seorang guru di SMA IT Al-Amri. Beliau membuka sesi dengan menyanyikan beberapa bait dari lagu Kolam Susu ciptaan Bapak Yok Koeswoyo. Lagu tersebut mengungkapkan kontras antara kekayaan alam Indonesia yang melimpah dan kenyataan memilukan di mana laut milik rakyat dirampas oleh pihak asing, mencerminkan betapa kekayaan alam negara ini sudah tidak lagi berada dalam kendali rakyat.
Ustazah Maya menjelaskan, dalam perspektif Islam, laut merupakan kekayaan yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum. Ada tiga syarat yang menjadikannya sebagai milik bersama, yaitu: pertama, barang tersebut merupakan kebutuhan masyarakat luas; kedua, aset yang tersedia dalam jumlah sangat besar dan tidak terbatas; ketiga, barang tersebut tidak mungkin dimiliki oleh individu. Laut memenuhi ketiga syarat ini.
Masalah besar yang dihadapi saat ini, menurut Ustazah Maya, adalah penerapan sistem kapitalisme yang diterapkan oleh negara, yang berlandaskan pada asas manfaat. Negara, dalam hal ini, bertindak hanya sebagai makelar dan regulator, yang pada akhirnya membiarkan segelintir individu mengambil keuntungan dengan mengkapling laut. Dalam sistem ini, hak rakyat dikuasai oleh pihak-pihak yang berkepentingan, sementara negara lebih mementingkan kepentingan individu daripada kesejahteraan rakyat.
Dalam perspektif Islam, pemerintah atau negara memiliki kewajiban untuk menjadi pelayan dan pengurus bagi rakyatnya, serta berada di garis depan sebagai pelindung hak-hak rakyat. Negara seharusnya mengutamakan kesejahteraan rakyat, bukan justru melakukan penindasan.
Di akhir materi, Ustazah Maya menekankan bahwa Islam menawarkan keadilan dari Sang Maha Adil. Sistem ekonomi yang berlandaskan pada syariah Islam akan menciptakan para pengusaha yang beriman dan bertakwa, serta memanfaatkan kekayaan alam untuk kemaslahatan umat. Islam telah memberikan solusi dalam bentuk syariah yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk pengelolaan kekayaan alam.
“Sehingga, pilihan kita adalah hukum yang ada saat ini atau hukum Allah. Tentunya, kita seharusnya memilih hukum Allah,” tegasnya.
Beliau juga menambahkan bahwa untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan usaha besar dengan terus belajar dan mengajarkan Islam kepada umat.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab, yang diikuti dengan antusias oleh peserta. Banyak pertanyaan yang diajukan seputar tema yang dibahas. Sebagai penutup, acara ini ditutup dengan pembagian doorprize bagi peserta yang aktif bertanya, serta doa penutup yang dipimpin oleh Ustazah Diah.[WE/IK]
Views: 13
Comment here