Opini

Mampukah Doa Bersama Mengatasi Bencana?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh  Nur Hayati

(Aktifis Dakwah Remaja Surabaya)

Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh atas kesehatan dan keamanan rakyatnya. Menjamin kebutuhan hidup dasar manusia, termasuk kesehatan, pendidikan dan kebutuhan pokok sehari-hari.

Wacana-edukasi.com — Pandemi Covid-19 di Indonesia kian mengkhawatirkan. Bagaimana tidak? Penambahan kasus Covid-19 di tanah air ini, tiap harinya kian melambung tinggi. Data terbaru yang diungkap oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kasus kematian di Indonesia kini mencapai 61.868 orang. Sementara, total pasien yang sembuh dari Covid-19 terdapat 1.958.553 orang. Dari jumlah keseluruhan mencapai 2.345.018 orang (kompas.com, 06/07/21).

Melonjaknya kasus Covid-19 dan banyaknya kematian membuat warga Indonesia khawatir tak karuan. Pasalnya, penyebaran kasus Covid-19 semakin meluas ke berbagai daerah. Tak hanya itu, penyebarannya yang saat ini sangat cepat dari perorangan, karena diduga terdapat varian baru dari salah satu negara luar yang masuk ke Negara Indonesia.

Cukup mengenaskan. Antara percaya atau tidak, secara tak kasat mata, kematian akibat kasus Covid-19 nyata terjadi. Nyaris kematian warga tanah air, tiap hari diberitakan. Kekhawatiran akan hal ini, tentu dapat dirasakan oleh semua pihak. Mulai dari rakyat kecil hingga para pejabat tinggi negara.

Untuk menekan angka bertambahnya kasus Covid-19 dan kematian, membuat pemerintah berpikir panjang. Berbagai upaya tengah dilakukan, salah satu di antaranya adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang dimulai sejak hari Sabtu, 3 Juli 2021 sampai dengan 20 Juli 2021 mendatang untuk wilayah Jawa dan Bali. Pemberlakuan upaya ini dilakukan sementara, semata untuk membatasi mobilitas masyarakat dalam rangka mengurangi kerumunan warga setempat (cnbcindonesia, 03/07/21).

Adapun upaya lain, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menghimbau kepada seluruh kepala desa, pendamping desa dan seluruh warga desa untuk melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Dengan harapan, agar pandemi dan lonjakan kasus Covid-19 segera usai (detiknews, 03/07/21).

Butuhnya Pertolongan Allah

Dalam doa bersama ini, Halim menghimbau kepada seluruh pihak untuk memohon kepada Allah dan Tuhan yang Maha Esa agar pemimpin dan seluruh warga negara Indonesia diberikan kesehatan, keselamatan, dan perlindungan dari wabah COVID-19 (detiknews, 03/07/21).

Dari sini, terlihat jelas! Himbauan doa bersama membuktikan adanya ketergantungan diri kepada Allah, Sang Maha Pencipta. Yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Termasuk wabah Covid-19 yang merupakan hasil dari sekian banyaknya ciptaan Allah. Tak akan turun ke bumi, kecuali atas kehendak-Nya.

Dengan segala upaya yang dikerahkan, namun pandemi terus berlanjut. Hal ini menunjukkan, betapa lemahnya manusia. Berdoa kepada Sang Rabb sudah menjadi kewajiban selamanya. Sebab, tak ada daya dan kekuatan selain pertolongan dari Allah Sang Maha Kuasa.
Gerakan Keluarga Berdoa, seharusnya tidak dikhususkan kepada keluarga dalam masyarakat. Tetapi, juga wajib dilakukan serentak oleh mereka khususnya pengambil kebijakan.

Kebijakan yang Tak Solutif

Sudah lebih dari satu tahun, pandemi ini terus berlangsung. Berbagai sektor terdampak, mulai dari sektor pendidikan, perekonomian serta kesehatan. Sektor ekonomi yang mengalami dampak serius. Di mana, meningkatnya angka pengangguran oleh rakyat kecil yang disebabkan banyaknya para pekerja diberhentikan (PHK).

Demikian halnya dengan sektor pendidikan. Lebih dari satu tahun lamanya, pelajar Indonesia melaksanakan sekolah jarak jauh. Serta pada sektor kesehatan, banyak tenaga kerja kesehatan yang mengalami kewalahan akibat tiada hentinya pasien yang terpapar virus Covid-19. Parahnya, seluruh rumah sakit hampir penuh, sehingga tak sedikit pasien positif Covid-19 terpaksa melakukan isolasi mandiri di rumah.

Keterpurukan di berbagai sektor ini tak lain akibat gagalnya negara dalam mengatasi pandemi. Terutama dalam mengambil kebijakan. Kebijakan negara sejak pertama masuknya wabah Covid-19 yang mulai merebak di seluruh wilayah bukanlah Lockdown. Tetapi, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga hari ini diberlakukannya PPKM. Sungguh, keduanya bukanlah kebijakan yang solutif.
Bisa dilihat, betapa kebijakan PSBB yang sebelumnya diberlakukan. Tidak berhasil memutus rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Tampak jelas, hari ini pun angka kasus Covid-19 semakin meningkat. Bahkan negara mengambil kebijakan lain berupa PPKM. Padahal keduanya sama, hanya saja sebutannya yang berubah.

Ada beberapa penyebab kegagalan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Pertama, yaitu mengambil kebijakan yang tidak dibarengi dengan memberikan jaminan hidup kepada masyarakat. Baik diberlakuannya PSBB maupun PPKM, banyak masyarakat mengeluh tentang kehidupannya. Betapa sulitnya mencari nafkah di saat pandemi. Sementara negara tak menjamin kehidupan seluruh warganya untuk bisa hidup berkecukupan. Hingga, tak sedikit orang yang pontang-panting bekerja di luar rumah. Tanpa merisaukan kesehatannya. Seolah-olah terkena virus Covid-19 tidak masalah baginya. Yang terpenting keluarga bisa makan, dan kebutuhan lainnya bisa terpenuhi.

Kedua, yaitu kebijakan yang tidak mempertimbangkan pada keadaan yang sedang terjadi. Artinya, negara hanya berani mengambil kebijakan PSBB, maupun PPKM. Tidak sepenuhnya dalam menutup mobilitas masyarakat. Jika menyingkap tabir sesungguhnya masyarakat seolah-olah dituntut untuk memutar roda ekonomi. Bagaimana tidak? Ketika pandemi, sektor ekonomi makin merosot.
Dalam hal ini, misalnya, apabila perdagangan tidak berjalan atau banyak pembuka usaha yang tutup. Tidak ada yang berjualan maka otomatis perekonomian akan berhenti. Maka dari itu, agar ekonomi tetap berjalan. Maka, mau tidak mau masyarakat tetap menjalankan perekonomiannya. Entah dengan berdagang ataupun bekerja lainnya. Sehingga, nyawa pun menjadi taruhannya.

Ketiga, yaitu kebijakan yang tidak dibarengi dengan Lockdown. Lockdown yang menutup mobilitas antar negara. Baik negara asing yang mau masuk ke negara Indonesia, maupun sebaliknya. Karena, faktanya negara Indonesia masih membuka bandara dan menerima warga negara asing untuk masuk ke wilayah Indonesia. Sehingga, tak heran jika ditemukannya varian baru wabah virus. Serta tetap melanggengkan virus Covid-19 di Indonesia.

Keempat, abainya pemerintah dalam memenuhi hak atas kesehatan warganya. Minimnya fasilitas kesehatan sekaligus mahalnya biaya kesehatan. Sehingga tak heran, jika banyak penderita positif Covid-19 memilih isolasi mandiri di rumah tanpa ada fasilitas yang memadai dan penanganan yang berkualitas.

Telah terbukti, bahwa sesungguhnya berbagai kebijakan negara belum mampu menyelesaikan persoalan wabah pandemi ini. Sebab, kebijakan yang diambil adalah tak lain dari penerapan hukum sekuler-liberalis. Hukum buatan manusia yang sangat rapuh dan berasaskan hawa nafsu serta hanya meraih keuntungan pada segelintir orang.

Khilafah Tuntaskan Problematika Wabah Pandemi

Dalam sistem khilafah, nyawa manusia sangatlah berharga. Kesehatan bahkan keselamatannya dijaga oleh negara. Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Tirmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Sangat berbeda dengan sistem yang diterapkan sekarang. Alih-alih menyelesaikan masalah, nyatanya banyak nyawa manusia yang bertumbangan. Seolah-olah nyawa manusia tak ada nilainya. Padahal di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih besar perkaranya daripada hilangnya dunia. Suatu hal bodoh, jika berharap kebaikan dan kesejahteraan pada sistem buatan manusia yang terbukti cacat.

Bila benar, membutuhkan pertolongan Allah mestinya tidak sekedar doa. Namun, juga taubatan nasuha seluruh masyarakat dan pemerintah untuk kembali ke hukum Allah secara Kaffah. Kembali ke panduan Islam adalah satu-satunya pilihan yang solutif dalam situasi genting hari ini. Dengan menerapkan Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh atas kesehatan dan keamanan rakyatnya. Menjamin kebutuhan hidup dasar manusia, termasuk kesehatan, pendidikan dan kebutuhan pokok sehari-hari.

Hanya Khilafah Islamiahlah yang layak dijadikan harapan untuk menyudahi wabah pandemi ini dan segala permasalahan lainnya. Melindungi kemuliaan nyawa manusia sekaligus menjamin keamanan serta kesejahteraan umat.

Wallahu A’lam Bishoshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 9

Comment here