Surat Pembaca

Mampukah Negara Memberikan Kesehatan yang Optimal?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sindi Laras Wari, S.K.M (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, SURATPEMBACA– Sehat itu mahal, merupakan ungkapan yang sering kita dengar. Namun tak hanya bertahan untuk sehat yang mahal, tapi untuk mendapatkan kesehatan juga mahal. Akankah kita bisa mendapatkan kesehatan yang optimal dengan pelayanan yang manusiawi di negeri yang menggunakan ekonomi kapitalis ini?

Senin 24 Maret 2025 di depan Polda Sumatera Utara, Julita Surbakti yang duduk di kursi roda mengikuti aksi unjuk rasa (tribunnews.com, 24/3/2025).

Diketahui bahwa seorang wanita yang diduga menjadi korban malapraktik salah satu Rumah Sakit (RS) di kota Medan, mengikuti aksi unjuk rasa untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung di depan Polda Sumut. Hal ini dilakukannya bersama puluhan orang lainnya, dengan begitu sedih dan berlinang airmata dia berbicara sambil memandangi kakinya. Pasalnya, sejak 3 Maret 2025 beliau telah melaporkan dugaan malapraktik ini ke Polda Sumut, namun hingga aksi unjuk rasa dilakukan laporannya belum ditindaklanjuti.

Jika kita telisik lebih dalam, tindakan malapraktik tidak hanya sekali ini saja terjadi dan ini bukan kali pertama terjadi dugaan malapraktik. Dugaan malapraktik bisa terjadi dikarenakan banyak faktor penyebab. Namun bila kita lihat kembali, salah satu penyebab hal ini bisa terjadi dikarenakan buruknya kualitas pelayanan kesehatan di negeri ini. Pelayanan publik ini diberikan dengan seadanya kepada masyarakat yang merasakannya, bahkan tidak semua orang yang butuh pelayanan akan mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut. Sehingga muncullah slogan yang tidak asing lagi di telinga kita bahwa “orang miskin dilarang sakit”.

Semua hal ini bisa terjadi dikarenakan buruknya fasilitas pelayanan kesehatan publik yang diberikan oleh negara kepada rakyatnya. Sebab, negara hanya menjalankan fungsinya sebagai regulator dan hal lainnya diserahkan kepada kapitalis sebagai pemilik modal yang mampu mengambil keuntungan dari usaha yang dilakukannya dalam bentuk apa pun. Tak ayal pelayanan kesehatan hanya bisa dirasakan orang yang memiliki uang dan yang tidak memiliki uang jangan berharap mendapatkan pelayanan dengan baik.

Dengan adanya kapitalisasi pelayanan kesehatan akhirnya pelayanan kesehatan hanya dijadikan sebagai objek bisnis dan industrialisasi. Alih-alih melakukan pelayanan dengan sepenuh hati, kebanyakan pengguna pelayanan kesehatan tidak mendapatkan pelayanan dengan baik. Lama kelamaan dengan sendirinya nilai kemanusiaan dan spiritual dihilangkan demi meraup cuan yang diinginkan. Beginilah bobroknya sistem sekuler kapitalis yang hanya ingin meraup keuntungan yang besar tanpa melihat dampak yang ditimbulkan.

Penggunaan jasa pelayanan kesehatan merupakan objek cuan yang sangat besar dan paling dinanti, begitu lingkaran lingkungan yang ada di dalamnya. Tak hanya para pengusaha yang kapitalistik tetapi terdapat oknum pelayan kesehatan yang menginginkan keuntungan yang besar, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk menjadi tenaga pelayanan kesehatan tidaklah sedikit. Maka dari itu, tidak sedikit yang menginginkan modal yang dihabiskan kembali dengan secepat mungkin.

Berbanding terbalik dengan sistem kehidupan dalam Islam yang menggunakan aturan Islam. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang hidup di bawah naungan negara Islam, jadi setiap individu akan dijamin mendapatkan fasilitas kesehatan dengan baik bahkan secara cuma-cuma. Tidak mungkin negara hanya sebagai regulator dan mengkomersialkan pelayanan kesehatan bagi umat yang hidup di nawah naungannya.

Negara memiliki tanggung jawab atas kesehatan setiap individu rakyatnya, karena tidak ada pihak yang mengkomersilkan kesehatan pastilah para kapitalis yang ingin kerja demi meraup cuan hilang dari sistem pelayanan kesehatan dalam Islam. Para petugas pelayanan kesehatan akan diberikan gaji yang layak dan bertanggung jawab penuh dengan tugasnya sehingga mereka mampu melayani dengan sepenuh hati. Lagi dan lagi para penerima pelayanan kesehatan tidak akan diberatkan dengan pembiayaan.

Pada masa berdirinya Daulah Khilafah Islamiyah dengan kesejahteraan yang terjamin, ada suatu masa tidak seorang pun yang mendatangi petugas pelayanan kesehatan. Karena tidak ada yang berkunjung kepada petugas pelayan kesehatan, para dokter dan petugas pelayan kesehatan berbondong mengetuk pintu rumah umat satu per satu untuk menanyakan adakah yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Namun, tak satu pun dari mereka yang membutuhkannya, karena mereka hidup dalam keadaan terjaminnya seluruh lini kehidupan.

Bahkan rumah sakit yang berada dalam Kekhilafahan Islam berada di pegunungan dan di pinggiran sungai, sebagai bentuk persyaratan tempat yang baik dan indah sehingga mendukung dalam proses penyembuhan. Hanya Daulah Islam yang mampu mewujudkannya dengan bukti bahwa Daulah Islam yang menerapkan sistem aturan Islam berhasil berdiri selama 13 abad lamanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (TQS. Al-Anbiya 21: Ayat 107).[WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here