Opini

Mampukah Parenting Kebangsaan Membendung Arus Globalisasi?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Arini F. Aprila

wacana-edukasi.com– Arus globalisasi yang menawarkan berbagai faham dan nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya lokal Indonesia, seperti liberalisme, hedonisme, individualisme, yang merupakan racun berbahaya bagi generasi muda, mencuri perhatian pemangku kebijakan di negeri ini.

Berbagai upaya dilakukan untuk membendung pengaruh dari arus globalisasi ini. Dilakukan di berbagai jenjang usia, dari dewasa, remaja, hingga anak usia balita.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta mengenalkan model parenting atau pola asuh kebangsaan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam menumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme anak sejak usia balita (Antaranews, 2/11/2021).

Parenting kebangsaan dikenalkan dengan tujuan untuk membendung arus globalisai sejak anak masih balita. Mampukah upaya ini mencapai tujuannya?

Untuk mengetahui apakah parenting kebangsaan mampu membendung pengaruh globalisasi. Setidaknya ada dua hal yang harus kita pahami. Pertama, pengaruh arus globalisasi yang merusak itu asalnya darimana? Kedua, bagaimana parenting kebangsaan menyelesaikan masalah globalisasi, muatan apa yang terkandung di dalamnya?

Pertama, siapakah dalang di balik arus globalisasi yang merusak?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Sedangkan menurut buku Terampil dan Cerdas Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas VI karya Sanusi Fattah dkk, globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia dapat menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, teknologi maupun lingkungan.

Globalisasi ini terikat dengan ideologi yang menguasai dunia saat ini, yaitu ideologi kapitalisme. Kapitalisme telah menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, sosial, politik dan kebudayaan. Jadi saat ini arah globalisasi ditentukan oleh ideologi kapitalisme.

Sehingga kita dapat melihat dengan mudahnya liberalisme, feminisme, pluralisme, hedonisme dan lain-lain, yang merupakan ide turunan dari ideologi kapitalisme, masuk ke dalam kehidupan negeri ini, dan menggerogoti nilai-nilai ketimuran kita.

Kedua, muatan apa yang terkandung dalam parenting kebangsaan?

Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Membangun Moderasi Beragama di Taman Pendidikan Al-Qur’an dengan Parenting Wasathiyah dan Perpustakaan Qur’an” disebutkan dengan jelas bahwa parenting kebangsaan diberikan kepada anak untuk membangun pemahaman moderasi beragama.

Dalam pengabdian masyarakat ini, pengabdi mengagas dua bentuk kegiatan dalam jangka waktu tiga bulan (Juli sampai September 2020) sebagai bentuk kontribusi untuk ikut menyelesaikan problematika radikalisme dan terorisme, terlebih lagi sebagai langkah preventif melalui lembaga TPQ Nurul Iman, yakni kegiatan parenting bernuansa wasathiyah dan perpustakaan Qur’ani. Dua kegiatan ini bertujuan membangun moderatisme beragama, atau setidaknya memperkuat moderatisme yang sudah ada, sekaligus menjadi sarana preventif masyarakat TPQ Nurul Iman Perumahan Karangploso View agar terhindar dari doktrin-doktrin radikal. Parenting akan difokuskan pada orang tua santri dan pengajar, dan perpustakaan Qur’ani akan difokuskan pada santri-santri TPQ Nurul Iman (Afwadzi, Benny, 2020: 108).

Parenting wasathiyah yang dimaksud dalam jurnal ini adalah parenting kebangsaan. Padahal moderasi beragama adalah racun yang lain bagi umat Islam. Angel Rabasa, seorang Peneliti Senior RAND Corporation mengatakan moderat artinya orang yang mau menerima pluralisme, feminisme, kesetaraan gender, demokrasi, kemudian humanisme dan lain sebagainya.
Dari dua hal di atas dapat disimpulkan bahwa parenting kebangsaan atau parenting wasathiyah tidak mampu melawan arus globalisasi. Tidak apple to apple, sebab arus globalisasi yang merusak saat ini terjadi akibat pengaruh ideologi, yaitu ideologi kapitalisme. Maka harus melawannya dengan ideologi juga. Apalagi dengan muatan sesungguhnya yang ada dalam motede parenting kebangsaan adalah moderasi agama, yang justru semakin memperkokoh liberalisme, pluralisme, hedonisme yang merupakan pengaruh dari arus globalisasi. Alih-alih menyelesaikan, parenting kebangsaan ini akan menjadi masalah bagi generasi.

Butuh Ideologi Islam

Sesungguhnya yang dibutuhkan umat termasuk di dalamnya generasi adalah ideologi Islam. Ideologi ini yang akan membentengi generasi dari paham dan ide yang merusak. Ideologi Islam juga adalah satu-satunya ideologi yang benar yang dapat melawan ideologi Kapitalisme, yang akan mengubah dunia yang rusak akibat pengaruh kapitalisme menjadi dunia yang bercahaya. Yang dibutuhkan anak usia balita pun bukan parenting kebangsaan, melainkan pemahaman agama melalui sistem pendidikan Islam yang akan mengokohkan keyakinan anak kepada Allah sejak dini. Wallahu’alam bi shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 40

Comment here