wacana-edukasi.com– Setelah booming sejak diperkenalkan pada publik, Salam Pancasila kembali digaungkan pada awal tahun baru ini dengan disinyalir menjadi salam jalan tengah yang bebas dari kepercayaan tertentu. Menurut Yudian Wahyudi selaku Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) penggunaan ‘Salam Pancasila.’ bukan sebagai pengganti salam keagamaan, melainkan sebagai salam kebangsaan (DetikNews, 23 /01/ 2022).
Pancasila sering dibenturkan dengan ajaran agama terkhusus Islam,setelah banyaknya prokontra dengan diusungya Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) tahun lalu dengan isu kontroversial yang mewarnai RUU tersebut mulai dari isu lahir paham new komunis dan isme-isme lainya.
Slogan nasionalisme,(NKRI harga mati,saya Pancasilais),narasi yang ditunjukan dari satu kelompok untuk menyerang kelompok yang tidak pro Pancasila terutama) bagi umat Islam yang menyerukan penerapan syariah Kaffah (kafah).
Menarik dari penyampaian kepala BPIP bahwa alasan dari penggunaan Salam Pancasila dirana publik yaitu:
Pertama, Untuk menjaga bangsa Indonesia tetap bersatu tidak terpecahbelah,pernyataan ini kontradiktif dengan fakta yang ada pasalnya permasalahan yang terjadi dinegeri bukan dari pengaruh salam kegamaam atau ajaran agama Islam, melainkan sistem negeri yang menjauhkan agama dalam pengaturan negara (sekuler).Faktanya dapat kita temui dalam beberapa problem negeri misalnya:penanggulangan pandemi yang tidak becus, masalah ketimpangan sosial (kaya, semakin kaya miskin semakin miskin), sulitnya lapangan perkerjaan (banyaknya lulusan sarjana yang jadi penggangguran), naiknya kebutuhan pokok (harga minyak dari Desember kemarin yang mendulang tinggi) dll.Contoh ini sudah mengkonfirmasi tidak ada kaitan sedikit pun masalah negeri ini dengan ajaran-ajaran agama.
Kedua, Pernyataan Khoirul Anam, selaku penulis buku’ Salam Pancasila’ alasan dari terbitnya buku ini sebagai dalih klarifikasi dari BPIP dalam pertarungan wacana Islam fundamentalis dengan ideologi Pancasila. Pernyataan ini harus diluruskan Islam fundamentalis yang dimaksud adalah kelompok yang mendakwahkan syariah dan khilafah, seolah ajaran ini menjadi momok menakutkan dan pemecah belah bangsa padahal faktanya tidak seperti itu.
Isu radikalisme, yang disematkan pada kelompok Islam yang kokoh dengan ajaran agamanya sering dijadikan kambing hitam untuk menutupi kebobrokan negeri ini.
Jadi pertanyaanya siapa yang ingin memecah belah negeri ini? kelompok yang getol mengkritisi pemerintah agar negeri ini baik atau kelompok yang mengaku paling pancasilais padahal sering menzalimi dan menindas rakyat dengan segala kebijakannya.
Untuk mempersatukan umat di negeri ini tidak harus dengan membuat salam lintas agama, maupun salam pancasila, sebab setiap agama sudah punya salam masing-masing, cukup saling menghargai satu sama lain. Dan yang paling panting bagaimana negara hadir sebagai regulator untuk masyarakat dalam pemenuhan segala kebutuhan rakyat. Untuk itu umat muslim mari jalin ukhuwah buang segala ashabiyah kelompok, organisasi dll. Hal ini karena kita adalah saudara seakidah.
Allah Swt berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا…
Berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah-belah. Ingatlah nikmat Allah atas kalian saat kalian dulu saling bermusuhan, lalu Dia mempertautkan kalbu-kalbu kalian sehingga kalian dengan nikmatNya menjadi bersaudara… (TQS Ali Imran [3]: 103).
Karena itulah Imam Abul Qasim al-Isbahani mengatakan, “Kelompok yang selalu merujuk dalam segala sesuatu pada al-Quran dan as-Sunnah pasti akan selalu menjaga persatuan.” Alhasil, mari kita eratkan ukhuwah (persaudaraan), kuatkan wihdah (persatuan) dan rekatkan mahabbah (saling cinta). Niscaya akan lahir al-quwwah (kekuatan).Dengan itulah kita secara bersama-sama akan mampu meraih ‘izzah (kemuliaan) di dunia dan akhirat.
Hasni Surahman
Views: 23
Comment here