Oleh : Anita Yusuf (Tim Pena Ideologis Maros)
wacana-edukasi.com, OPINI– Media sosial baru-baru ini dihebohkan dengan adanya video bullying yang dilakukan oleh beberapa pelajar SMP. Kejadian bullying atau perundungan tersebut diketahui terjadi di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap pada Selasa (26/9/2023) lalu. Video yang beredar mengenai aksi bullying tersebut diketahui berdurasi 4 menit. (Liputan 6 petang 28/9/2023).
Memilukan, dalam video yang berdurasi 4 menit itu, korban tampak ditendang oleh salah seorang siswa selama beberapa kali. Tak hanya itu saja, saat korban tengah duduk, siswa yang sama juga tampak menendang korban hingga terjatuh. Sontak saja aksi tersebut menjadi sorotan netizen. Bahkan, tak sedikit pula yang geram saat melihat aksi ‘bang jago’ dari siswa SMP tersebut. (Liputan 6 petang 28/9/2023)
Ternyata, perundungan bukan hanya terjadi dicilacap saja, namun juga terjadi di berbagai wilayah. Mirisnya, kasus perundungan mayoritas terjadi di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kemendikbudristek (87,5%) dan Kemenag (12,5%). Daerah tempat terjadi perundingan antara lain Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Maluku Utara.(DetikEdu Jumat 23/9/2023)
Pemahaman Sekulerisme-Liberalis
Bullying atau perundungan adalah perilaku agresif yang melibatkan berbagai perilaku, baik berupa kekerasan fisik maupun seperti memukul, menampar, memalak, menendang dan membuat gerakan kasar lainnya, atau kekerasan verbal seperti menghina atau memanggil dengan panggilan buruk dan sebagainya.
Dampak buruk yang akan di alami korban pasca bullying dapat berupa gangguan mental atau psikologis, kerusakan fisik, bahkan yang terburuk akan kehilangan nyawa. Maraknya pembullyian dalam aspek pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ;
Pertama, faktor keluarga. Keluarga yang broken home atau tidak harmonis bisa menjadi penyebab munculnya pelaku perundungan. Orang tua yang sering bertengkar dan alpa dalam pengasuhan sehingga anak biasanya memilih mencari perhatian di luar rumah, salah satunya merundung.
Kedua, faktor sekolah. Manajemen dan pengawasan yang kurang dari pihak sekolah menjadikan kasus perundungan makin subur. Begitu pun kurikulum dalam pendidikan yang hanya berfokus pada akademik, sehingga melahirkan anak didik yang kurang berakhlak.
Ketiga, faktor media. Bukan lagi satu rahasia jika media menjadi corong makin tingginya kasus perundungan. Game online, film kartun dan anime misalnya, menyuguhkan banyak kekerasan fisik. Juga tontonan-tontonan aksi kekerasan lain yang biasanya disebar di berbagai media massa, yang pada kenyataannya akan menanamkan budaya kekerasan di dalam benak anak-anak.
Adanya ketiga faktor tersebut, didasari oleh penerapan sistem Kapitalisme yang sudah lama berpijak di negeri kita. Sistem inilah yang melahirkan pemahaman sekulerisme-kapitalisme. Pemahaman-pemahaman inilah yang tertancap kuat di segala bidang kehidupan termasuk dalam pendidikan.
Pemahaman sekuler merupakan pemisahan agama dari kehidupan. Siapa pun yang memiliki pemahaman ini akan menganggap bahwa agama hanya sebagai status beragama saja bukan sebagai aturan hidup yang harus diterapkan di segala aspek kehidupan. Wajarlah, jika pengikutnya akan lebih memilih memperturutkan hawa nafsunya daripada terikat dengan aturan agamanya. Alhasil ia pun mau bebas dalam berkata maupun berperilaku semaunya tanpa memperhatikan nilai-nilai agama. Dan inilah yang disebut dengan pemahaman liberalisme (kebebasan)
Cara Islam Atasi Bullying
Dalam sistem kapitalisme ini kasus bullying makin tumbuh subur. Sementara dalam sistem Islam, perundungan akan di hilangkan dengan cara-cara berikut.
Pertama, Islam mengajarkan agar umatnya berlaku baik kepada sesama. Rasulullah saw. adalah suri teladan umat muslim dengan kesempurnaan akhlaknya. Inilah yang akan mengilhami perbuatan seseorang, ia akan mengontrol dirinya agar tidak mencelakai orang, sebaliknya ia akan menjadi sebaik-baik manusia, yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Kedua, keluarga yang dibangun dengan landasan akidah Islam akan menciptakan keluarga yang sakinah mawadah dan rahmah. Rumah akan menjelma menjadi baiti jannati, tempat para penghuninya saling menguatkan keimanan. Ibu akan menjadi madrasatul ula bagi anak-anak mereka, mencurahkan kasih sayangnya dan menancapkan ilmu agama bagi anak-anak mereka. Begitu pun ayah, akan selalu ada untuk bisa menjadi teladan bagi anak dan istrinya. Inilah yang akan melahirkan individu yang lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang. Bukan individu kasar yang menyukai kekerasan.
Ketiga, sistem pendidikan yang menjadikan akidah Islam sebagai landasan akan fokus pada pembentukan kepribadian anak didik. Sekolah harus memastikan anak didiknya agar memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Dari sinilah lahir interaksi antara siswa yang senantiasa diliputi dengan kebaikan akhlak. Mereka akan berlomba-lomba untuk tolong-menolong bukan malah merundung satu sama lain.
Keempat, negara mendukung penuh atas kondisi ketakwaan masyarakat. Media apa pun, jika menjadi wasilah terbentuknya karakter perundung, akan cepat dihilangkan sekalipun dipandang menguntungkan negara (secara ekonomi). Pelakunya akan diberi sanksi keras, baik penyebar konten kekerasan ataupun pelaku perundungan sebab keduanya telah melanggar syariat. Wallahu’alam Bisshawab.
Views: 21
Comment here