Surat Pembaca

Maraknya Geng Motor, Potret Buram Sekularisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eva Ariska Mansur (Anggota Ngaji Diksi Aceh)

wacana-edukasi.com, SURAT PAMBACA– Masyarakat lagi-lagi dibuat khawatir dengan geng motor. Sekelompok anak motor sekira dua puluh orang melintas menggunakan motor di kawasan Bogor, dan melakukan penyerangan terhadap anak muda yang sedang nongkrong. Dari aksi tersebut terdapat korban LA (21) mengalami luka bacok. Dilansir Sindonews.com. Sabtu (11-02-2023)

Kejadian serupa juga terjadi di Jakarta Selatan. Sosial media kembali dikejutkan dengan beredarnya video yang memperlihatkan aksi kawanan geng motor. Di video yang beredar, tampak sekitar pukul 02:32 WIB puluhan anggota geng motor tersebut menyerang salah satu apartemen. Dilansir RBG.ID, Senin (06-02-2023)

Maraknya geng motor yang anarkis membuat khawatir masyarakat. Tentu saja perbuatan amoral dan biadab ini menjadi gambaran banyak hal. Seperti gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk kepribadian pemuda dan mengarahkan berperilaku dengan cara yang benar, serta menunjukkan betapa rendahnya jaminan keamanan oleh negara dan ketegasan aparat dalam menjaga keamanan warga.

Gambaran tersebut sebetulnya hasil nyata penerapan sistem sekularisme dalam kehidupan. Ide ini adalah ide batil. Karena ide pemisahan agama dari kehidupan inilah nilai-nilai agama hanya di posisikan dalam ibadah ritual saja, bukan untuk mengatur kehidupan manusia.

Akhirnya manusia merasa bebas melakukan semaunya. Anak-anak kehilangan jati diri mereka sebagai generasi pembangun peradaban. Mereka tidak mengenal halal-haram, sebab yang mereka ketahui adalah bagaimana mereka memuaskan hasrat eksistensi mereka meskipun berbuat brutal nan keji.

Dari sinilah munculnya para pemuda yang anarkis. Sistem pendidikan yang ada juga gagal membentuk kepribadian generasi. Kegagalan ini dikarenakan sistem pendidikan sekarang hanya mengedepankan nilai-nilai materialistis. Keberhasilan dilihat hanya dari segi nilai, kompetisi, dan serapan tenaga kerja. Sedangkan penerapan akidah Islam yang menuntun generasi memiliki kepribadian yang baik justru diacuhkan, pendidikan akidah diserahkan pada diri pribadi masing-masing.

Sekularisme juga membuat negara tidak mampu menyelesaikan akar permasalahan secara total. Negara hanya menindaklanjuti para pelaku geng motor dan memberi sanksi, padahal sebuah hukuman tanpa adanya edukasi tentang tujuan hidup juga tidak akan membekas, yang ada justru semakin menjadi-jadi tindakan keji geng motor tersebut. Karena itu, tidak mungkin geng motor akan berhenti ketika sistem kehidupan dalam bernegara masih berlandaskan sekularisme.

Sebab itu kita butuh sistem untuk mencetak generasi terbaik bagi peradaban. Islam pernah berjaya tiga belas abad lebih lamanya. Pada sistem ini telah terbukti mampu melahirkan generasi yang berkualitas, mereka mendedikasikan hidupnya untuk kemuliaan Islam, dan kebaikan umat muslim. Islam menetapkan cara berekspresi pemuda adalah dengan melahirkan karya untuk peradaban Islam. Alhasil, dunia bisa melihat sesosok Ali bin Abu Thalib, Uwais Al Qarni, Bilal bin Rabbah dan masih banyak lagi contoh lainnya yang tidak bisa disebut satu per satu dengan segudang karyanya.

Ini semua tidak lepas dari sistem Islam yang diterapkan kepada mereka. Islam memerintahkan semua pihak wajib mendidik generasinya dengan benar. Dari aspek keluarga Islam memerintahkan orangtua mengedukasikan anak dengan akidah Islam. Pendidikan utama dan pertama dari keluarga inilah yang akan menjadikan anak-anak mempunyai akidah benar.

Masyarakat Islam masyarakat yang mempunyai kultur amar makruf nahi mungkar. Dari masyarakat inilah anak-anak belajar secara langsung bagaimana menerapkan pemahaman yang ia dapatkan dari keluarga. Sedangkan negara dengan segala perangkatnya akan menerapkan sistem pendidikan Islam. Kurikulum pendidkan Islam akan menelorkan anak-anak yang memiliki kepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikap secara Islam.

Jadi, generasi Islam akan senantiasa tersibukkan dengan aktivitas-aktivitas untuk kemuliaan Islam. Selain dari sistem pendidikan, output generasi yang demikian juga wajib didukung oleh sistem sanksi. Jika ada yang bermaksiat seperti aksi geng motor yang anarkis dalam sistem Islam akan memberikan sanksi pada pelaku tersebut. Batasan anak dan orang dewasa dalam Islam adalah usia baligh. Jika remaja sudah baligh maka dia akan dikenai sanksi, jika mereka berbuat onar, mereka akan medapatkan sanksi takzir, jika mereka melakukan penganiayaan bahkan pembunuhan mereka akan mendapatkan sanksi qisas.

Sanksi yang ditetapkan dalam Islam akan memberi efek jera dan pencegah bagi yang belum melakukannya. Sehingga tidak ada sedikitpun celah bagi generasi muda untuk melakukan tindakan kejahatan, tindakan kekerasan, dan maksiat lainnya. Seperti inilah Islam menjaga generasi dengan metode yang sangat komprehensif dan mencetak generasi berkualitas bagi umat manusia.

Wallahu’alam!

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 71

Comment here