Motivasi

Masalah Datang Pertanda Sayang

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Atik Setyawati

wacana-edukasi.com– Sahabat, pernahkah merasa bahwa beban hidup sangatlah berat? Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepala. Mengapa ini terjadi padaku? Mengapa harus aku yang mengalaminya? Kapan semua ini berakhir? Dan, sederet pertanyaan lagi yang mengisyaratkan jiwa dan raga lelah menghadapi persoalan hidup.

Sahabat, bolehkah mengeluh yang demikian?
Manusia memang memiliki sifat berkeluh kesah, alias berkeluh kesah itu manusiawi. Tapi, pernahkah bertanya pada diri sendiri. Apakah dengan berkeluh kesah masalah selesai? Bukankah dengan mengeluh, masalah justeru semakin terasa berat? Berkeluh kesah ini menumbuhsuburkan energi negatif dalam diri. Sahabat, kita bakalan capai sendiri memperturutkan keluh kesah itu. Masalah bukan untuk dikeluhkan tetapi dicari solusinya agar selesai. Mengeluh harus pada tempatnya yaitu pada yang memberikan masalah dan tentunya yang mengetahui solusinya. Siapakah? Dialah Allah SWT.

Masalah hadir untuk menguji keimanan kita. Boleh jadi kemarin kita memberikan solusi kepada permasalahan orang lain. Dan dia berhasil menyelesaikan masalahnya dengan mengambil solusi dari kita. Ternyata, masalah itu kemudian menimpa diri kita. Kita tahu solusinya sesuai syariat. Nah, di sini kita diuji. Mau taat syariat atau mengingkarinya. Jangan menjadi orang yang bisa mengajari orang lain tetapi abai terhadap diri sendiri. Naudzubillah.

Masalah itu sejatinya wujud Allah SWT sayang dengan kita. Adanya ujian dan kita sabar menghadapinya menjadikan ladang pahala karenanya. Coba kalau tidak ada ujian? Bisa jadi nanti kita menjadi pribadi yang sombong. Dengan adanya ujian masalah kehidupan menjadikan kita lebih bisa mensyukuri akan yang ada. Ujian menjadi magnet kita kembali mendekatkan diri pada Allah SWT. Menjadikan kita peka terhadap permasalahan sesama karena pernah berada pada titik yang sama.

Sahabat, adanya masalah menunjukkan bahwa kita hidup dinamis. Masalah berubah, solusi selalu ada dan sanggup menjalaninya. Ibarat naik tangga, tentu mencapai puncak membutuhkan energi yang lebih besar untuk menaikinya. Banyaknya ujian dan masalah akan menempa pribadi menjadi lebih bijak dalam bertutur dan bersikap. Bukankah ini adalah hikmah dari adanya ujian dan masalah?

Pendewasaan diri terbentuk. Semakin hari menjadi pribadi yang semakin baik dan bertakwa.

Sahabat, kembali pada hal keluh kesah tadi. Keluh kesah itu datangnya dari bisikan setan. Kita mesti menangkal virus setan ini dengan senantiasa berpikir positif atau senantiasa berhusnuzhan terhadap ketetapan Allah. Allah selalu memiliki maksud baik pada setiap peristiwa. Baik peristiwa itu dinilai menguntungkan maupun merugikan oleh kita. Selalu ada hikmah yang dapat dipetik pada setiap kejadian. Bila banyak nikmat maka bersyukur. Bila diuji dengan kesempitan maka bersabar dan terus berupaya. Kedua kondisi ini berbeda, tetapi bagi seorang mukmin keduanya dapat menjadi hikmah.

Sahabat, setiap diri memiliki masalah masing-masing. Dan, masalah manusia sejak manusia pertama hingga akhir zaman adalah sama. Kok bisa? Ya, masalah itu tidak lepas dari bagaimana memenuhi kebutuhan hidup dan naluri-naluri. Tinggal bagaimana akal memutuskan mengambil solusi berdasarkan wahyu ataukah nafsu. Ini tergantung dari pemahaman kita terhadap dalil-dalil suara dengan fakta yang terjadi. Sama-sama mengaku muslim tapi bisa berbeda menyelesaikan masalah karena berbeda cara pandang terhadap penyelesaian masalah. Jika standarnya sama tentu caranya sama.

Sahabat, kita mendapatkan masalah karena kita dipilih oleh Allah mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jadi selayaknya kita mensyukurinya. Menjadi insan yang mendapatkan kehormatan menerima sebuah masalah. Apalagi jika masalah itu adalah masalah yang berkaitan dengan umat. Bukan sekadar masalah pribadi semata. Masyaallah, Allah percayakan kita mampu menyelesaikannya. Yakinlah, Allah akan selalu membimbing kita untuk menyelesaikan masalah itu.

Kencangkan doa, langitkan doa-doa. Dahsyatkan doa itu dengan kepasrahan dan berharap yang sangat Allah mengabulkannya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah: 286 yang artinya:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Metro, 15 Maret 2022

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 84

Comment here