Bahasa dan SastraPuisi

Masjid Tua yang Merana

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Heni Andriani (Ibu Pemerhati Umat)

Lantunan ayat-Mu menggema
Zikir dan tahmid menyeruak langit biru penuh pesona
Terhanyut diri dalam nirwana
Terpaan angin takwa merindu pekat
Merintih mengharap rida-Mu yang kuat

Di sini, di masjid tua kampungku
Kutatap penuh tanya
Ada rasa yang mengharu biru
Saat debu kehampaan menerpa halaman depannya
Tak ada lagi riuhan pujian
Hanya sayup lantunan dari sang kakek tua yang merana

Masjid tua penuh romantika
Merana, sepi kini melanda
Tak ada lagi riuhan para pembaca ayat-ayat suci penuh makna
Hanya kadang rintihan seorang pemuda yang baru hijrah
Memelas, menengadah, kapan berubah
Masjid tua riuh lagi seperti semula

Ada rasa hati yang membuncah
Agar masjid tua berubah
Riang ceria anak-anak belia ikut membaca Ayat takwa
Riuh lagi ibu-ibu mengaji
Para remaja ramai mengkaji
Islam ideologis penuh harmonis
Para bapak yang rajin salat berjemaah mengharap berkah
Diskusi tentang Islam kafah

Namun semua itu terasa sulit diwujudkan
Masjid tua yang kian ditinggalkan jamaahnya
Hanya kadang ada asa dari pemuda yang baru hijrah
Agar kelak bisa mewujudkan mimpi nya
Menjadikan mesjid tak lagi merana
Berevolusi mesjid yang penuh dengan jawil iman dan takwa.
Selalu ramai dengan doa-doa yang menembus langit
Hingga membuka pintu ampunan Yang Maha Rahman

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 124

Comment here