Surat Pembaca

Masuk ke dalam Islam Secara Kaffah

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com — Aneh bin nyata. Saat ada orang atau kawanan orang yang mengenakan pakaian you can see alias baju atasan semacam singlet dan hot pants alias celana pendek di atas lutut jauh, orang memandangnya dengan pandangan biasa-biasa saja. Merasa tidak ada masalah. Namun, begitu yang dilihat adalah sosok muslimah yang ingin ta’at syari’ah dengan mengenakan baju identitasnya, yakni jilbab dan khimar, justru komentar negatif bermunculan. Persoalan jilbab seolah-olah tak kunjung usai. Ada apakah gerangan?

Saat ini ‘jilbab’ tengah viral kembali. Terkait kasus jilbab Padang, Mendikbud Nadiem Makarim, telah memberikan pernyataan untuk memberikan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kasus pemaksaan pemakaian jilbab terhadap siswi non Muslim di SMK N 2 Padang (24/1). Setelah ditelusuri, ternyata beberapa siswi nonmuslim di sana memang sudah terbiasa mengenakan jilbab ke sekolah. Bahkan di antaranya, sudah melakukan kebiasaan tersebut sejak di bangku SD (detiknews.com, 25/1). Pemerintah setempat pun sudah menyampaikan bahwa aturan pemakaian jilbab itu adalah khusus bagi para siswi yang beragama Islam. Sementara, bagi nonmuslim tidak ada pemaksaan untuk melakukannya.

Sebaliknya, di tahun 2014 ditemukan kasus pelarangan jilbab terjadi hampir diseluruh Bali. Komnas HAM RI, Drs. Maneger Nasution MA menyebutkan bahwa kasus pelarangan mengenakan jilbab di sekolah terjadi hampir di seluruh Bali (Republika.co.id, 21/02/2014). Majelis Ulama Indonesia wilayah Bali juga menyayangkan kasus pelarangan tersebut. Pasalnya, pemakaian jilbab merupakan perkara keyakinan agama (21/2/2014).

Seorang Muslim harus merasa percaya diri dengan identitas yang dia miliki. Identitas itulah yang membedakan dirinya dengan umat yang lainnya. Sebuah identitas yang tentunya akan mengantarkan kebahagiaan pada dirinya karena saat dia menutup aurat sesuai aturan Allah, maka ridlo Allah akan bersama dengannya.

Seorang muslim tidak perlu merasa malu saat dirinya berada di posisi yang benar. Dirinya juga tidak perlu merasa terpojok dan takut saat ada orang yang mencibir, menghina, atau menyerang pakaian identitasnya. Sebaliknya, dirinya tetap bersikap tenang karena yakin bahwa Gusti Allah bersama orang-orang yang tsiqoh di jalan kebenaran. Inilah kepribadian yang selayaknya dimiliki oleh seorang muslim. Lebih dari itu, sebagai Muslim sudah sepatutnya mengikuti seruan Allah untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah. Tunduk mengikuti seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bukan tunduk sebagian kepada syariat Allah dan yang sebagian tunduk kepada syariah lainnya. Adapun seruan tersebut telah Allah firmankan dalam Surat Al-Baqarah ayat 208, yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah Ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh-musuh yang nyata bagimu.”

Ummu Haneem

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 118

Comment here